4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cahaya baskara menembus jendela berkaca patri. Di bawah sinar mentari pagi, Maharani Iswari berdiri menimang bayi. Dia merinai melantunkan aubade nan suci. Suaranya yang lembut dibalas tawa renyah isi buntalan mungil di pangkuan yang belum memiliki gigi.

"Jadilah teguh, Anakku, laksana karang di laut yang tetap berdiri tegak diterjang ombak," harap sang Maharani sambil jarinya dimainkan si bayi. "Jadilah lantang, Adinda, bak guruh di angkasa yang didengar banyak orang."

Sang Penguasa memejamkan mata. Karunia Sang Hyang Adidharma nyata adanya. Syukur terus dia panjatkan tak henti-henti kepada-Nya.

"Engkau akan jadi penerus yang diberkati, Putri Gana," ujar Maharani Iswari sambil melihat mata hitam si bayi. "Lebih baik dari mendiang kakakmu, Pangeran Kartikeya."

Senyum sang Maharani sirna. Hatinya serasa teriris ketika ingat kembali saat-saat terakhir putranya. Wajah sang Pangeran yang tegar atas takdir yang telah ditetapkan terus terbayang di kepala.

Terngiang lagi saat dirinya memberikan kata-kata terakhir. "Jika kematianku dapat memberikan kemakmuran bagi Kerajaan Kalawijaya, maka lakukanlah. Semoga setelah ini, keadilan terus ada," harap sang Pangeran. Wajahnya tabah bahkan saat penutup mata dililitkan.

Sebagai simbol keadilan yang tak pandang bulu, sang Maharani sendiri yang menjadi algojo. Sebelum benar-benar mengambil nyawa sang putra, didekatinya Pangeran Kartikeya. Dia lantas berbisik di telinga, "Bagaimanapun engkau bersikap, Ibunda akan selalu mencintaimu, Ananda."

Para warga yang hadir menunduk seraya menautkan tangan. Mereka menyenandungkan elegi untuk sang Pangeran. Rinai air mata pun tak bisa lagi ditahan. Sungguh disayangkan, dia yang dicintai semua orang, harus dihukum sendiri oleh ibunya. Sedih, pilu, kasihan ....

Pedang teracung tinggi memantulkan setitik sinar baskara di balik awan sebagai tanda hukum yang ditegakkan. Tatkala bilah perak itu meluncur ke leher Pangeran Kartikeya, satu tetes air mata sang Penguasa jatuh tak terasa.

Putri Gana menangis karena pipinya basah oleh air mata sang Maharani. Cepat-cepat dia ditimang kembali disertai senandung aubade suci.

"Seperti janji Sang Hyang Adidharma, engkau akan menjadi penerus yang terus membawa kejayaan dan kemakmuran pada kerajaan ini, Adinda." Maharani Iswari mencium lembut kening Putri Gana. "Astungkara."

~~~oOo~~~

END

Terbit pertama kali di Storial: 28 Agustus 2022

Terbit kemudian di Wattpad: 1 November 2022




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro