Bab 22

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah kepergian kaisar, Tachibana bersaudara masih berdiri di tempatnya. Mereka memikirkan satu hal yang sama karena sedikit berpengaruh terhadap harga diri. Kyutei, sebuah pasukan rahasia dan mereka akui sebagai yang terbaik untuk mengawal kaisar memiliki pemimpin seorang wanita.

"Ne, Akashi." Panggilan Akimaru mengembalikan sang jenderal dari lamunannya. Ia menoleh dan hanya menatap sepupunya dengan kening mengerut. "Bagaimana Kyutei, menurutmu?"

Suasana kembali hening, Akashi menatap sekeliling ruang kerja istana emas. "Sedikit mengejutkan. Wanita itu ...." Ia menggeleng, tak yakin bagaimana harus mengungkapkan pendapat.

"Kenapa kaisar membuka identitas Kyutei pada kita? Dan sepertinya aku tidak asing dengan wajah wanita itu."

Akashi tak memberi jawaban, ia mulai menuju rak-rak buku di sekeliling meja kerja kaisar. Pria itu menarik salah satu buku, kemudian menoleh pada Akimaru yang masih berdiri di tempatnya.

"Sampai kapan kau hanya akan diam di sana, Akimaru? Lakukan tugasmu sebagai penasihat kerajaan dan jangan mempertanyakan tindakan kaisar. Ada saatnya kita akan memperoleh jawaban." Walaupun sama penasarannya, tetapi Akashi tahu batasan yang ada dan memiliki kewajiban untuk memperingatkan sang penasihat.

"Ya, kau benar."

Hening kembali menyapa dalam ruangan tersebut. Hanya terdengar gemeresak mereka yang mulai membaca. Mencari buku yang menyimpan rahasia tentang Genbu bukanlah hal mudah. Karena bagaimana pun juga tempat itu terlarang dan hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang mendapat izin kaisar.

Akimaru yakin memang ada buku khusus yang membahas tentang tempat itu. Namun, karena saat kecil kaisar berlatih di Genbu, artinya tempat tersebut memang sangat sakral. Buku yang membahas tentang Genbu juga pasti disimpan di tempat yang paling aman. Ia pun menghentikan sejenak kegiatan mencari buku dan mengamati sekeliling sambil berpikir. Ruangan ini baru ditata kembali karena kaisar memajang lukisan baru dan yang boleh mengawasi penataan hanyalah Kasim Asuma-pengurus kaisar sejak kecil.

"Mungkin dia tahu letaknya," gumam Akimaru, tetapi masih belum terlalu yakin dengan pikirannya. Jika Asuma tahu, seharusnya kaisar meminta bantuan sang kasim, bukan kami. Atau kaisar tidak berpikir kalau ada kemungkinan Asuma mengetahui letaknya?

Ia tidak ingin membuang waktu terlalu lama. Akimaru ingin istirahat jadi tidak ada pilihan lain. Lagipula otaknya tidak pernah salah. Bukan hanya karena menyandang nama Tachibana yang membuat Akimaru dipercaya sebagai penasihat Kerajaan Ryujin, melainkan juga kecerdasannya. Itulah mengapa begitu Ryuu diangkat menjadi kaisar, ia langsung menunjuk Akimaru sebagai penasihat.

"Jangan kabur, Akimaru!" Suara Akashi menghentikan langkah sang penasihat yang sudah berada di ambang pintu.

"Aku tidak berniat kabur, hanya ingin memanggil seseorang yang dapat memudahkan pencarian kita." Akimaru pergi setelah mengatakan tujuannya, sedangkan Akashi melanjutkan pencarian.

***

Ryuu sudah selesai membersihkan diri dan bersiap untuk istirahat. Di ranjangnya ada Hikari yang terlelap bersama rubah kecil dari Genbu. Keberadaan hewan kecil itu cukup mengganggu pikirannya. Sang kaisar tidak bisa merasa tenang sebelum mengetahui seluk beluk lainnya tentang Genbu.

Walaupun dulu ia berlatih di sana, tetapi Ryuu selalu melakukan sesuai bimbingan gurunya. Sebelum terjadi sesuatu yang tak diinginkan, ia memang harus mencari tahu untuk menentukan tindakan terbaik. Jika sesuatu yang buruk terjadi, ia harus mengembalikan rubah kecil itu dan memberi pengertian pada Hikari.

Ah, memikirkan gadis kecilnya membuat Ryuu teringat hal yang terjadi saat di ruang pertemuan bersama para menteri tadi siang. Apa yang sebenarnya mereka pikirkan? Permaisuri? Oh, tentu Ryuu sudah memikirkannya sejak lama dan mereka tidak berhak ikut campur. Terlebih lagi dengan beraninya mengajukan putri-putri para bangsawan itu. Sial!

"Aku rasa pertemuan kita kali ini sudah cukup dan sisanya akan diurus oleh penasihat Tachibana."

Ia bahkan terpaksa mengakhiri pertemuan dan langsung pergi setelah mengucapkan kalimat penutup tersebut. Ryuu tak pernah ingin mendengar pendapat para menteri tentang pendamping. Ia sudah mengatur segalanya dan cukup berjalan baik sampai sejauh ini. Jika saatnya tiba, tentu Ryuu akan mengumumkan permaisuri Kerajaan Ryujin pada semua orang.

Sang kaisar tidak ingin terburu-buru dan mengacaukan rencana. Ia sudah memiliki cukup banyak masalah yang harus diselesaikan. Ryuu merasa hari ini pikirannya terkuras dan butuh istirahat. Ia pun menaiki ranjang dan menempatkan diri di sebelah Hikari. Menarik gadis kecil itu ke pelukannya dan menutup mata. Senyum lelah terbit dari bibirnya dan sosok dari masa lalu itu muncul tiba-tiba.

"Kimura shisho, aku sudah berjanji padamu dan pasti akan menepatinya. Tenanglah dan percayakan dia padaku," ucap Ryuu sebelum benar-benar masuk ke alam bawah sadar.

Jakarta, 25 September 2020

Footnote:

- shisho : sebutan untuk instruktur bela diri.

Note: Maaf banget ya aku ngilangnya lama. Karena jujur aja nulis cerita ini ternyata butuh perjuangan banget buat muter otak. Semoga next part bisa lebih cepat. Dan maaf pendek yaaa.

See you ^_^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro