Bab 21

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam ini kaisar mengadakan pertemuan di ruang kerja dalam istana emas. Sementara menunggu kedatangan jenderal dan penasihat, ia memikirkan hal yang terjadi di Genbu. Pasti ada jawaban dari semua kejadian itu, ia memperhatikan buku-buku yang berjajar rapi di rak dan telah dikelompokkan.

"Bagaimana menurutmu?" Pandangan Ryuu pun beralih pada sosok lain di ruangan yang menyaru dalam kegelapan.

Sosok itu menunjukkan diri, tetapi belum sempat menjawab sudah terdengar ketukan dari luar. Mereka berdua mengalihkan perhatian. Kaisar memberi perintah pada Tachibana bersaudara yang memberi salam di baliknya untuk masuk.

"Kau tetap di sini," perintah kaisar pada sosok yang sudah kembali masuk dalam bayangan. 

Tachibana bersaudara masuk sesuai perintah dan pandangan mereka langsung terpaku pada sebuah lukisan besar. Gadis kecil yang sangat mereka kenal, mengenakan hakama yang entah berwarna apa, tetapi sepertinya perpaduan merah, biru, dan cokelat karena warnanya cukup gelap. Dalam lukisan itu juga ia mengenakan haori bunga-bunga berwarna merah yang sangat cocok. 

Namun, mereka harus menahan tawa karena walau terlihat cantik, gadis kecil mereka tetap saja tidak bersikap anggun. Posisi duduknya dalam lukisan itu sangat berantakan, kaki kecilnya terlihat dari balik haori. Satu yang mereka sadari kalau ternyata Hikari telah tumbuh menjadi gadis yang menawan di usianya. 

Tingkah gadis itu memang kekanakan, tetapi itulah yang membuat mereka menyayangi dan sangat berusaha melindungi. Mereka yakin lukisan ini pasti baru jadi dan kaisar langsung memerintahkan pelayan untuk memajangnya di ruang kerja istana emas. Posisi yang sangat mencolok karena beberapa perubahan terjadi pada rak-rak buku dan meja kerja kaisar.

"Sepertinya kalian sudah cukup memandangi lukisan gadis kecilku," ucap kaisar yang mengembalikan kesadaran mereka berdua dan langsung ingat tujuan datang ke istana emas.

"Hormat kami kepada Yang Mulia Kaisar." Tachibana bersaudara berlutut memberi penghormatan. 

Mereka merutuki diri masing-masing karena lupa dengan tata krama terhadap kaisar dan terlalu mengagumi lukisan Hikari. Pesona gadis kecil mereka memang tak dapat diabaikan begitu saja walau hanya berupa lukisan. 

"Bangunlah!" Nada bicara kaisar sudah berubah menjadi lebih tegas dari sebelumnya. Mereka memang akan membahas satu hal penting, tetapi baik Akashi maupun Akimaru tidak berani menebak topik itu. 

Begitu keduanya kembali berdiri, mereka merasakan sesuatu yang seharusnya sejak awal masuk disadari. Kewaspadaan meningkat dan Tachibana bersaudara melihat di pojok sebelah kanan ada sosok lain yang menyaru dalam gelap.

"Tunjukkan dirimu!" titah kaisar dan sosok itu pun dalam sekejap sudah berada di sebelah Akashi.

Akimaru dapat merasakan aura yang sama ketika ia mendapat titah oleh kaisar beberapa waktu lalu di ruangan ini. Terlebih ia melihat reaksi terkejut Akashi dengan kemunculan sosok di sebelahnya. Jenderal besar kerajaan tersebut sudah memegang pedang dan siap untuk bertarung.

"Tenanglah, Akashi." Kaisar masih memperhatikan sikap jenderalnya. Setelah dirasa Akashi tidak akan membuat masalah, ia pun kembali bersuara. "Ia adalah pemimpin Kyutei." Ucapan kaisar sontak membuat Tachibana bersaudara memperhatikan sosok berpakaian serba hitam. Sulit dipercaya.

Memang tidak ada yang aneh dari penampilannya. Rambut hitam panjang yang diikat, pakaian yang membalut tubuh itu dengan sempurna, pedang tergenggam kuat di tangan. Namun, jika mereka tidak memperhatikan dengan baik pasti akan ada yang terlewat. Sayangnya, posisi kedua pria itu sangat dekat dengan posisi pemimpin Kyutei tersebut. Pandangan mereka tertuju pada bagian dada yang tidak rata seperti pria umumnya. 

Apakah ia seorang wanita? pikir Tachibana bersaudara.

"Tatapan kalian benar-benar tidak sepantasnya sebagai penasihat dan jenderal kerajaan." Suara itu mengalun lembut dari sosok yang mereka perhatikan.

Lagi-lagi Tachibana bersaudara harus merutuki ketidaksopanan mereka. Ternyata sosok itu memang benar seorang wanita. Sungguh memalukan.

Kaisar hanya bisa menggeleng, tak percaya melihat tingkah laku kedua pria di hadapannya. "Sudahlah! Aku meminta kalian ke sini karena ada hal yang harus kita bahas."

Ya, mereka sudah menghabiskan waktu terlalu lama hanya untuk hal-hal yang bisa dilakukan nanti. Jenderal dan penasihat Kerajaan Ryujin tersebut kini kembali fokus pada tujuan kedatangan mereka. Keduanya menatap kaisar yang memilih posisi bersandar di kursi kerja.

"Masalah kita tentang kemunculan Oni di area lembah Shibafu. Setelah pembantaian yang kulakukan, masih ada Oni yang menampakkan diri siang ini. Seorang anggota Kyutei melaporkan jika ada beberapa penduduk hampir menjadi korban. Namun, anehnya makhluk-makhluk itu lenyap setelah cahaya yang begitu terang muncul. Kupikir ini ada kaitannya dengan cahaya yang juga muncul di Genbu. Hanya saja aku masih belum menemukan jawabannya."

Hening selama beberapa saat seusai kaisar bicara, pemimpin Kyutei pun menanggapi. "Hamba juga berpikir demikian, Yang Mulia." Perhatian kaisar, jenderal, dan penasihat Kerajaan Ryujin kini beralih ke sosok yang memecah keheningan.

"Katakan!"

"Sebelumnya anggota hamba mengawasi pergerakan para Oni di sana dan tidak melakukan apa pun saat beberapa penduduk hampir diserang. Ia akan langsung menghabisi semua makhluk itu ketika berada dalam satu jangkauan. Namun, tepat ketika anggota hamba akan bergerak, cahaya yang begitu terang muncul dan makhluk-makhluk tersebut berteriak. Sayang sekali, ia tidak bisa melihat secara jelas karena sinarnya sangat menyilaukan. Tepat ketika cahaya tersebut menghilang, beberapa Oni lenyap dan ada yang masih tersisa berupa tubuh hangus dan dengan sekali sentuh berubah menjadi arang, lalu menghilang."

Kembali keheningan tercipta usai pemimpin Kyutei memberi laporan lengkapnya. Seisi ruangan itu berpikir bagaimana mereka bisa menjelaskan fenomena yang terjadi hari ini? Semuanya berkaitan satu sama lain. Kaisar pun masih tidak habis pikir dari mana makhluk-makhluk itu muncul kembali?

"Aku ingin kau melanjutkan pencarian identitas orang yang mengendalikan makhluk-makhluk itu dan kemunculan mereka kembali di area lembah Shibafu. Jangan melewatkan apa pun, aku ingin laporan secepatnya. Mengerti?"

"Hamba mengerti, Yang Mulia."

"Pergilah!" perintah kaisar dan dalam sekejap pemimpin Kyutei menghilang, tanpa terasa jejaknya jika ia pernah berada dalam ruangan ini. Pandangan kaisar beralih ke Tachibana bersaudara yang sepertinya sejak kedatangan mereka benar-benar tidak fokus. "Dan ada apa dengan kalian berdua?"

Mereka hanya diam, tak tahu harus memberi jawaban seperti apa. Baik Akimaru maupun Akashi sama-sama memikirkan sosok yang baru saja menghilang dari ruangan ini. Bagaimana bisa pemimpin Kyutei tersebut membuat mereka kagum sampai seperti sekarang? Seorang wanita yang memiliki aura begitu kuat dan dapat menghilang dalam sekejap.

Kaisar menggeleng sekali lagi dan menghela napas berat. "Sudahlah! Ia sudah pergi dan kalian masih diam seperti patung. Ini sudah sangat larut dan aku harus kembali bersama Hikari. Jadi tugas kalian cari buku-buku apa pun yang berkaitan dengan Genbu di ruangan ini! Aku ingin hasilnya besok pagi."

Tachibana bersaudara seketika tersadar dari kelakuan mereka. Sepertinya ini menjadi sedikit kesialan karena mereka kehilangan waktu istirahat malam ini. Namun, apa boleh buat? Mereka tidak akan kalah dari Kyutei. Ya, itu sudah diputuskan. Sebagai jenderal dan penasihat Kerajaan Ryujin, mereka harus menunjukkan hasil terbaik.

"Baik, Yang Mulia!" sahut keduanya lantang.

Ryuu pun meninggalkan ruang kerja istana emas. Ia sudah cukup lama meninggalkan gadis kecilnya di kamar sendiri. Malam ini ia ingin tidur dengan tenang seperti biasa dan memeluk tubuh mungil itu. Jadi esok ia sudah dapat berpikir jernih untuk menerima laporan dari Akashi dan Akimaru.


Jakarta, 9 Februari 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro