Bab 20

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tepat di sekitar area lembah Shibafu, makhluk-makhluk merah itu kembali menampakkan diri. Air liur berlomba keluar ketika mencium aroma manusia yang mendekat, membangkitkan insting berburu mereka. Kali ini mereka tak dapat lagi menahan lapar. Para Oni itu juga sudah memastikan jika tidak ada aroma dari orang yang membantai mereka beberapa waktu lalu di antara manusia-manusia tersebut.

Setelah pembantaian yang dilakukan oleh Kaisar Ryuu, rakyat merasa keadaan sudah aman. Mereka pun mulai kembali pergi ke lembah Shibafu untuk mencari tanaman herbal sebagai persediaan. Teror dari Oni membuat mereka sebelumnya tidak berani menginjakkan kaki di surga tanaman-tanaman langka tersebut.

Sayangnya, ketika hampir sampai lembah Shibafu, mereka melihat makhluk-makhluk tersebut. Tubuh mereka tak sanggup bergerak, padahal ingin rasanya melarikan diri. Apa yang bisa mereka lakukan sekarang? Apakah menjadi mangsa dari makhluk-makhluk itu?

Bukankah pihak istana sudah memberi pengumuman jika para Oni tersebut telah dibantai kaisar? Lalu kenapa? Apakah mereka dibohongi? Tidak mungkin! Kaisar Ryuu tidak mungkin berbohong pada rakyatnya.

Tidak ada jalan lagi untuk kabur. Para Oni itu sudah mengepung mereka, kulit berwarna merah dan berbau busuk sungguh menjijikkan dan membuat mual. Tidak ada Kaisar Ryuu yang bisa menolong. Orang-orang itu sudah pasrah.

Namun, tepat ketika para Oni itu semakin mendekat, kilat menyambar beberapa kali. Area lembah Shibafu yang minim cahaya tiba-tiba saja menjadi begitu terang. Teriakan Oni menggema di lembah tersebut, tubuh mereka mengeluarkan uap dan perlahan mulai melepuh.

Penduduk kerajaan Ryujin sendiri hanya bisa menutup mata, karena cahaya itu sungguh menyilaukan. Mereka tak tahu apa yang terjadi, tetapi jika dari yang didengar, para Oni itu jelas kesakitan. Apakah mereka selamat berkat cahaya ini?

Entah berapa lama mereka memejamkan mata dan hanya bisa mendengar, para penduduk merasa suasana di lembah Shibafu sangat hening. Kehangatan masih menyelimuti mereka dari cahaya itu. Perlahan orang-orang tersebut mulai membuka mata dan tak melihat satu pun makhkuk merah di sekitar mereka, kebingungan jelas menyelimuti.

Apa yang terjadi?

***

Cahaya itu menyinari seluruh wilayah Kerajaan Ryujin, baik rakyat yang berada di luar atau pun para penghuni istana dapat merasakan kehangatan serta aliran energi yang mengaliri tubuh mereka. Mata mereka terpejam, menikmati semua itu, tetapi ada kekhawatiran yang menyelimuti. Bagaimana jika ini adalah serangan musuh kerajaan? Bukankah sangat berbahaya?

Namun, sebenarnya semua bersumber dari bagian utara istana, lebih tepat di luar area Genbu. Hikari yang masih berada dalam gendongan kaisar dapat merasakan saat rubah kecilnya menggeliat dan melompat turun. Ia pun ingin ikut turun, tetapi pelukan sang kaisar begitu eratnya. Mereka tidak bisa melihat apa pun jadi Ryuu sendiri merasa cemas, terlebih baru kali ini ia merasakan ada sumber kekuatan yang begitu besar.

"Onii-sama, rubahnya hilang," ucap Hikari pelan, ada gemetar di suara gadis kecil itu.

Ia takut. Hikari sudah berjanji akan menjaga dan merawat rubah dari Genbu tersebut. Lalu sekarang, baru sebentar sekali mereka keluar dari sana, dirinya sudah menghilangkan makhluk kecil itu. Bagaimana jika sang kaisar marah padanya? Padahal Ryuu sudah melarang, tetapi ia bersikeras.

Gadis kecil itu pada akhirnya memilih menenggelamkan kepala di gendongan Ryuu. Kedua matanya yang masih terpejam mengeluarkan air mata. Sang kaisar pun dapat merasakan jubahnya mulai basah sedikit. Oh, gadis kecilnya ini tidak tahu jika ia lebih khawatir dengan keselamatan mereka dibanding harus marah hanya karena rubah kecil itu.

"Tenanglah, Hikari."

Tepat setelah sang kaisar mengucapkan kalimat penenang, sinar yang menyilaukan tersebut mulai berangsur menghilang. Kemudian dengan cepat, Ryuu membuka matanya, mengedarkan pandangan dengan siaga ke sekeliling. Ia harus memastikan tidak ada aura negatif di sekitar Genbu ini. 

Pria itu pun melihat rubah kecil yang membuat Hikari khawatir dan menangis berada tepat di hadapannya dengan mata polos yang menatap majikan barunya. Ia mengelus pucuk kepala gadis kecilnya dan menurunkan dari gendongan. "Hikari-chan," panggilnya.

Gadisnya itu menggeleng dan masih menutup mata. Ryuu sendiri akhirnya meraih rubah kecil tersebut dan menggosokkan bulu lembut itu di tangan Hikari. Cara ini ternyata memang berhasil, tangan kiri gadis itu beralih ke kedua matanya dan memilih mengintip dari sela-sela jari dibanding melihat langsung.

Pekikan keluar begitu saja dari bibir mungil Hikari, ia melompat kecil dan meraih rubahnya dari tangan Ryuu. Gadis kecil itu langsung memeluk erat hewan berbulu tersebut. Ia menaikkan pandangan pada sang kaisar yang ternyata memperhatikan tingkahnya.

"Dia tidak hilang," ucapnya diiringi senyuman khas yang menampakkan gigi kelinci gadis kecil tersebut.

"Ya. Sekarang kita benar-benar harus kembali sebelum ...."

Ryuu tidak melanjutkan ucapan ketika dari kejauhan pria itu dapat melihat jenderalnya berlari menghampiri. Ia tahu salah satu dari Tachibana bersaudara tersebut pasti mencarinya. Mereka cemas sama seperti yang dirasakan olehnya tadi. Sang kaisar harus aman, begitu pun dengan Hikari.

Ia berjalan ke batas Genbu karena ini merupakan area terlarang dan hanya boleh dimasuki oleh mereka yang memiliki izin. Akashi sendiri sudah sampai dan menatap kaisarnya dari bawah ke atas berulang kali, itu pun ia lakukan juga pada Hikari. 

Mereka baik-baik saja, batin sang jenderal seraya menghela napas lega.

"Kau tidak perlu cemas, Jenderal. Ada mereka di sini dan aku tidak akan melepas siapa pun yang coba bermain-main di sini," ucap Kaisar Ryuu yang mengingatkan dirinya jika mereka memiliki pelindung lain.

Pandangan Akashi sendiri kini terfokus pada seekor rubah kecil dengan aura kuatnya yang berada di gendongan Hikari. Dari mana gadis kecil ini mendapatkan seekor rubah? Terlebih bulunya yang putih dan lebat itu sangat berbeda dengan rubah pada umumnya.

"Kita kembali ke istana utama," ajak Kaisar Ryuu yang diikuti langsung oleh sang jenderal. Pria itu sendiri masih dibayangi satu pertanyaan,  bagaimana cahaya tadi muncul?


~ Jakarta, 01 Desember 2019 ~

Aku tahu cerita ini updatenya lama banget dan pasti sudah banyak yang lupa. Oke, untuk membayar waktu yang lama, bab 20 ini aku buat lebih panjang dari sebelumnya.

Terus bab 21 kapan? Doakan saja ideku lancar dan aku sendiri juga saat ini lagi fokus proses terbit novel thriller yang berjudul Led Vatra.

Oh, kalian bisa ikutan waiting list juga loh untuk pemesanan novel ini. Masih bisa nabung karena open PO di pertengahan Desember. Aku juga kasi bonus 1 novel kolpri buat pemesan Led Vatra. Kalau kalian berminat bisa langsung DM aku aja, ya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro