11. Pencarian Sia-sia

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Kakek membangunkanku pagi-pagi buta, pukul lima lebih tepatnya, seolah akan ada perayaan besar dan aku harus bersiap-siap lebih awal. Meski nyatanya Kakek hanya ingin aku mendatangi kediaman Kazuhiko untuk melakukan "apa saja" yang mungkin bisa meringankan kekhawatiran serta kegelisahan Paman dan Bibi Ito.

Benar, Si Jangkung itu belum kembali sejak kemarin, pun tidak dapat dihubungi. Ia benar-benar membuat masalah kali ini dan membuatku semakin dihantui.

"Apa ada kabar dari teman-temanmu?" Kakek bertanya dari pintu geser yang membatasi toko dengan kediaman Saito--Kakek. Aku yang sedang memutar kunci-kunci etalase dan toko menoleh sambil menggeleng. "Ito tetangga yang baik, bantu lah ia." Kakek melanjutkan sebelum berpindah ke hadapan meja reparasi. Aku mengangguk lantas meninggalkan Kakek dan mesin-mesin sederhana bobrok di depan matanya.

Papan bertuliskan "open" tergantung di hadapan Ito Manufacture--kediaman Kazuhiko. Pintu kacanya terbuka lebar dan aku bisa menemukan Bibi Ito tengah mengusap kucing-kucing pembawa keberuntungan--maneki neko--dengan pelan dan penuh kehati-hatian. Beberapa keramik bulat berbentuk babi juga kucing yang berfungsi sebagai tempat membakar obat nyamuk--katori neko, katori buta--pun tidak luput dari belaian-belaian lembut.

Nampaknya Bibi Ito cukup menikmati kegiatan berbenah dan berberes, meski jelas terlalu dini untuk mulai bekerja apalagi menjajakan barang dagangan. Lagipula unit-unit bisnis dalam naungan Yanaka Ginza biasa mengawali operasi sekitar pukul sembilan hingga sepuluh pagi, sesuai  perjanjian kesepakatan antar pedagang dan pengurus wilayah setempat. Apapun itu aku rasa tidak masalah, tidak akan ada yang tega menegur Bibi Ito mengingat akar dari anomali ini adalah hilangnya Kazuhiko.

Belum sempat aku mengucap salam atau mempertontonkan keberadaan, Bibi Ito sudah menoleh sambil memasang senyum tulus bertabur lelah. Perempuan berwajah lembut itu rupanya menyadari kehadiranku, ia lantas menyambut dengan pertanyaan menjebak. "Ryu, apa Kazuhiko menghubungimu?"

Aku menggeleng, mengabaikan gurat kawatir bercampur gelisah di sudut-sudut mata Bibi Ito. Seperti jejak dari  malam-malam panjang tanpa tidur dan kesulitan-kesulitan sejenis. Padahal ketiadaan eksistensi putranya baru berlangsung satu hari, bagaimana jadinya jika Kazuhiko tidak kembali? Apa mungkin ia akan menyusul Ibu dan tidak lagi mengenali keluarganya?

"Begitu, tolong kabari Bibi ya jika kamu mendapat kabar."

Aku menjawab "tentu" sambil membungkuk sebelum masuk dan berusaha  berbasa-basi dengan Bibi Ito. Menanyakan apakah ia bisa tidur semalam dan melayangkan beberapa gurauan untuk memperkecil kekhawatiran serta kegelisahan--seperti perintah Kakek. Meski gagal dan berakhir dengan kecanggungan-kecanggungan. Beruntung Maeko dan Asami muncul di saat yang tepat.

Gadis-gadis penghuni Yanaka Ginza itu tidak datang dengan sendirinya. Keduanya merespon panggilanku dan mendatangi Ito Manufacture seperti apa-apa yang aku usulkan pagi tadi--beberapa menit setelah dibangunkan dengan tidak menyenangkan oleh Kakek. Lebih jelasnya, aku mengajak mereka berkumpul dan menyusur kawasan sekitar Yanaka Ginza demi menemukan keberadaan atau petunjuk keberadaan Kazuhiko.

Asami mengambil alih keadaan, ia berbincang-bincang ringan dengan Bibi Ito, gadis kucir dua itu jelas lebih mampu menyenangkan orang lain dibanding aku. Sementara Maeko berusaha tersenyum sambil membereskan keramik-keramik, meletakan replika kucing dan babi aneka rupa ke rak-rak. "Bibi, kami akan pergi mencari Kazuhiko." Ia--Maeko--berucap setelahnya.

Omong-omong, gadis tangguh itu menginap di kediaman Asami semalam. Sebab Paman Nakamura tidak kunjung pulang dan aku sudah terlalu dewasa untuk menemaninya tidur. Ia menolak pada awalnya, tidak ingin meninggalkan toko Nakamura pun menerima usulan sebaliknya--Asami yang menginap. Melelahkan sekali, aku harus menggoda dengan berbagai ucapan seperti "kamu ingin tidur denganku" dan "jujur saja tidak perlu malu" hingga menerima berbagai jenis pukulan mematikan--aku melebih-lebihkan.

Kami meninggalkan Ito Manufacture pukul enam tiga puluh dan aku masih memiliki dua setengah jam sebelum tugas-tugas sebagai pegawai paruh waktu Kedai Yadori memanggil. Meski sejujurnya aku tidak tahu harus mencari ke mana. Maksudku Paman Ito pasti sudah mengelilingi kawasan sekitar Yanaka Ginza semalam dan campur tangan orang-orang dewasa pasti meningkatkan nilai jangkauan pencarian.

"Ini terlalu heboh bukan? Kazuhiko tidak pulang satu hari dan hampir seluruh penghuni Yanaka Ginza dibuat repot!" Maeko melebih-lebihkan keluhannya sambil melangkah meninggalkan kawasan pertokoan. Aku sendiri tidak kaget pun heran, toh Si Jakung itu satu-satunya putra dari keluarga Ito. Lebih lagi Bibi Ito--ibunya--sangat dihormati oleh warga Yanaka Ginza. Kazuhiko jelas menjadi kesayangan orangtuanya dan memiliki posisi tersendiri di hati warga Yanaka Ginza--termasuk aku, Asami, dan mungkin Maeko.

"Orang-orang terus saja hilang," Asami menanggapi. Ia sedang membicarakan puluhan ribu manusia yang hilang tanpa jejak setiap tahunnya--johatsu. Sesuatu yang tabu untuk diucap apalagi didiskusikan.

"Kazuhiko terlalu muda dan bodoh untuk melakukan hal semacam itu." Aku yakin tidak banyak remaja SMA--biasa--yang memilih hilang tanpa jejak, kecuali mereka mendapat perlakuan sangat buruk di rumah dan sekolah, atau murid kelas tiga yang gagal melewati ujian masuk universitas.

Kazuhiko sendiri tidak punya alasan, ayahnya baik, ibunya juga meski kerap menekan untuk terus belajar dan memperbaiki nilai--ini hal baik bukan. Ia punya kawan yang luar biasa juga banyak penggemar di sekolah, ia bahkan direkrut oleh agensi. Jadi Si Jangkung itu tidak mungkin hilang, kecuali ia merasa sangat tertekan dengan pilihan ibunya, ocehan Maeko, penolakanku, dan tingkah berlebihan para penggemarnya. "Ayo berpencar," aku melanjutkan.

Maeko sempat menolak, tapi luluh setelah aku menyebut bagaimana rupa tindakan serta ucapannya saat mengajari Kazuhiko. Jelas, jika Si Jangkung benar-benar hilang maka Maeko dan aku adalah dua dari sekian banyak pemicu.

"Game center, kafe internet, kafe komik, dan tempat-tempat yang buka dua puluh empat jam sehari." Asami mengulang apa-apa yang aku sebutkan. "Jadi aku dan Maeko akan ke selatan, Ryu ke Utara."

"Tidak, kalian datangi saja tempat-tempat tadi di sekitar sini." Aku teringat dengan salah satu penggemar Kazuhiko, siswi berambut panjang yang membawa kabar keberhasilan Si Jangkung. "Aku akan mencari ke tempat lain, nanti akan aku hubungi jika menemukan sesuatu." Lanjutku sambil memamerkan ponsel.

Asami mengangguk seolah mengerti bahwa aku tidak ingin menyebut atau menjelaskan lebih lanjut, tapi seperti biasa Maeko tidak kenal ampun. "Ke mana?" Ia--Maeko--bertanya.

Aku berpikir sejenak sebelum menjawab. "Ceritanya panjang, nanti saja aku jelaskan." Lantas berlari meninggalkan Asami, Maeko, dan pertanyaan serta keingintahuan.

Gadis berambut panjang mengatakan Agensi Young berada di dekat Stasiun Ueno--kemarin. Jadi meski aku tidak menemukan satu pun laman dalam internet yang memuat letak agensi itu, pilihan terbaik tetap mengunjungi Stasiun Ueno. Aku bisa berkeliling setelahnya, atau bertanya pada pejalan kaki dan polisi setempat mengenai kantor Agensi Young.

Menurut perhitungan sederhana, berjalan kaki dari Yanaka Ginza hingga stasiun Ueno memakan kurang lebih dua puluh hingga tiga puluh menit. Jaraknya sekitar dua kilometer dan meski tidak terlalu jauh aku diburu oleh waktu dan tuntutan-tuntutan. Menaiki kereta dari Nippori hingga Ueno jelas menyita lebih sedikit waktu dan tidak ada pilihan lain yang bersedia memberi alternatif.

Pukul tujuh lebih lima belas aku telah mengelilingi Stasiun Ueno, bertanya pada siapa saja mengenai Agensi Young, dan menajamkan mata--berjaga-jaga jika Kazuhiko tiba-tiba muncul di antara keramaian. Namun hasilnya nihil, Si Jangkung itu dan agensinya yang tidak tercantum dalam laman pencarian benar-benar merepotkan.

Young dan seluruh tawarannya bisa jadi tidak nyata. Keberadaan para penipu di jalanan Kota Tokyo sudah jadi rahasia umum, orang-orang selalu waspada saat satu-dua manusia menawarinya bekerja sebagai model, meski beberapa mahasiswa seni melakukan itu untuk menghemat biaya. Kemungkinan buruk selain menguapnya Kazuhiko--johatsu--adalah ia ditipu habis-habisan. Mungkin ia dilarikan ke kota lain setelah dilucuti lantas dipaksa melakukan pekerjaan-pekerjaan tidak menyenangkan, seperti menyortir ayam jantan dan betina.

Aku hampir menyerah dan kembali ke Stasiun Ueno saat spanduk bertuliskan Yang Entertainment terpampang di salah satu sisi gedung. Lain kali aku akan mengajari si gadis berambut panjang dan Kazuhiko cara membaca yang baik dan benar--jika Young-yangeru yang mereka bicarakan adalah Yang E.

Perempuan cantik berwajah oriental menyambutku dengan senyum dan keramahan sebelum menanyakan keperluan. Tanpa berbasa-basi aku menyebut nama Kazuhiko, mengatakan bahwa keberadaan Kazuhiko adalah alasan dibalik kedatanganku. "Kazuhiko, ah Ito Kazuhiko yang tinggi itu?" Si perempuan oriental kembali bertanya.

"Ya, aku sedang mencari Kazuhiko, aku teman dan tetangganya, apa ia ada di sini atau datang ke sini?" Jelasku.

"Tidak, mungkin ia sedang belajar di suatu tempat, sebentar lagi ujian bukan? Kazuhiko kawatir dengan nilainya." Sial, Si Bodoh itu tidak bersembunyi di sini, lantas di mana?

Aku hendak bertanya kapan terakhir Kazuhiko mengunjungi kantor agensi Yang, serta posisi Si Bodoh itu dalam tubuh Yang. Namun keraguan menyelimutiku, kenyataan bahwa Kazuhiko tidak memberitahukan keberhasilannya padaku adalah satu dari sekian penyebab. Lagi, tidak seharusnya aku menceburkan diri dalam kolam privasi dan apa-apa yang ingin Kazuhiko sembunyikan. Jadi aku meminta maaf karena mengganggu dan berterimakasih sebelum meninggalkan gedung sempit Yang. 

Tujuanku selanjutnya adalah Kedai Yadori, mengingat jam sudah menunjuk pukul sembilan lebih dan aku tidak ingin terlambat bekerja. Seharusnya begitu, tapi perasaan tidak enak memenuhi otakku hingga luber. Seluruhnya tentang Kazuhiko dan hal-hal buruk yang bisa kutulis sebagai skenario terburuk dari kasus hilangnya remaja SMA.

Aku menimbang-nimbang, Nenek pemilik Yadori sangat baik, aku yakin ia tidak akan keberatan jika pegawai paruh waktunya terlambat beberapa jam. Apalagi dengan alasan mencari kawannya yang hilang, ia pasti akan bersimpati, dan alih-alih marah ia akan membantu pencarian. Setidaknya itu yang berhasil dibayangkan oleh Tuan Otak Ryu.

Maka dengan berbagai pertimbangan dan pembenaran, aku mengabaikan Yadori, memilih menyusur kawasan Ueno dan mendatangi tempat-tempat yang disebut ulang oleh Asami. Tentu aku tidak banyak berharap, toh hilangnya Kazuhiko bukan sesuatu yang bisa dipecahkan oleh anak-anak remaja seperti aku, Maeko, juga Asami.




📐_____📐_____📐_____📐_____📐

Kalau kalian jalan-jalan di Tokyo terus ditawari jadi model bisa jadi itu tawaran legit. Kecuali yang menawari enggak punya kartu nama atau nolak buat kasih kartu nama.

Pandu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro