13

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Satu hari di desa Orc tanpa kehadiran Kaila cukup membuat suasana hati Selena buruk. Rumah milik Krall yang ia tempati seakan menjadi sebuah penjara yang sepi dan pengap. Tidak ada asap yang mengepul dari tungku kayu yang biasa dipakai Kaila memasak, malah membuatnya sesak. Akhirnya mau tidak mau Selena harus mengakuinya, ia kesepian tanpa Kaila.

Karena kehadiran Kaila di dekatnya, Selena tidak membenci para Orc seperti dulu, ia tidak memandang mahluk – mahluk berkulit hijau dan bertaring itu sebagai monster yang mengerikan. Malah., ia menganggap Kaila sebagai kakak perempuannya sendiri, atau sosok ibu yang sudah lama hilang dari pandangannya.

Tapi Selena berusaha menyingkirkan perasaan itu ketika seorang shaman utusan Delzar datang kepadanya. Ia membawa seperangkat baju perang dari kulit, lalu memberitahu Selena agar segera menemui Shaman agung itu di depan kuil saat matahari mulai terbenam.

Inilah saatnya, pikir Selena sambil meraih pedangnya. Selesaikan tugas ini dan setelah penguburan Alan selesai, ia akan pulang.

Ketika udara mulai terasa dingin, dan matahari sudah mengguratkan warna jingga di langit, Selena keluar dengan membawa pedangnya. ia bergegas ke arah kuil dan menemui sosok Delzar di sana, ditemani seekor omniwolf berwarna hitam dan penunggangnya, yang membuat Selena tidak percaya. Penunggang itu adalah Garzo.

"Kau lebih cepat dari yang kuduga," kata Delzar begitu melihat Selena. "Dan karena kupikir kau tidak mungkin melawan monster dengan baju perangmu yang berat dan gaun kusam itu, aku membuatkan pakaian perang baru. Mungkin tidak cocok untuk seleramu tapi setidaknya bisa membuatmu bertahan hidup lebih lama."

Pakaian pelindung Selena terdiri dari rompi kulit tebal berwarna cokelat tua kasar dan bersisik seperti ikan yang diikat dengan sabuk berbahan sama, Selain itu Selena juga mendapat sarung tangan dan sepatu panjang yang sedikit kebesaran untuk ukuran tubuhnya sehingga ia harus mengencangkan ikatannya lebih kuat.

"Terima kasih atas perhatiannya," Selena menanggapinya dingin, baju kulit itu sedikit terasa gatal. Tapi ia harus mengakui bahwa pakaian pelindung dari kulit ini tidak terlalu jelek juga.

"Ini," Delza menyerahkan sebuah kendi tanah liat kecil yang tertutup rapat. "Kau akan membutuhkan ini untuk menampung darah dari mahluk itu. Dan jangan khawatir kendi ini akan bocor atau pecah, aku sudah memantrainya cukup kuat."

Selena menerima kendi itu dan mengikatkannya di sabuknya dengan kuat, hanya untuk memastikan agar benda kecil itu tidak jatuh dan hilang entah kemana. "Ada lagi yang harus aku tahu?" tanya Selena. "Seperti, bagaimana aku mengambil darahnya?"

"Yang jelas bunuh monster itu dulu, kemudian sayat urat nadinya."Delza memberi perintah. "Dan pergilah sekarang. jangan berdiri di situ saja seperti mayat hidup!"

Selena dengan dikawal Garzo mulai masuk ke dalam hutan, suasananya sama dengan yang Selena ingat beberapa hari lalu ketika ia nyaris menjadi korban para wisp, gelap dan mencekam. Tapi kali ini Garzo membawa obor, sehingga Selena bisa melihat jalan dengan sedikit jelas, warna gelap batang pohon dan sesemakan berubah menjadi kuning suram ketika mereka melintas dan pakaian kulit ini juga cukup hangat dan melindungi dirinya dari sengatan dingin angin malam.

Dari kejauhan Selena bisa melihat bola-bola kecil dari arwah hutan berpendar di balik pohon, lalu sketika bersembunyi dengan cepat.

Suasana sepi mengiringi mereka berdua selama berjalan, tidak terdengar apapun dalam hutan dan sesekali mata Selena melirik begitu ada suara di sesemakan, tapi untungnya itu hanya kelinci atau rubah yang berlompatan keluar untuk mencari makan malam.

"Terima kasih," kata Selena mencoba memulai pembicaraan, ia merasa aneh berjalan bersama orang lain kalau tidak mengobrol.

Garzo menghentikan omniwolfnya, lalu menoleh kepada Selena. ia jadi terlihat menyeramkan karena sebagian wajahnya yang disinari obor. "Untuk apa?"

"Karena ... kau mejadi pemanduku," jawab Selena kikuk. "Kau tahu, aku tidak mau tersesat lagi di hutan ini ..., maksudku. Wisp – wisp itu sangat menakutkan bukan?"

"Tidak perlu berterima kasih, shaman agung yang menyuruhku untuk menemanimu." jawab Garzo dingin. "Dan wisp tidak akan berani dekat – dekat dengan para omniwolf, jadi kau tidak perlu khawatir." Ia memperhatikan Selena. "Kau yakin tidak mau menumpang?"

Omniwolf yang ditunggangi Garzo ikut melirik, mata serigala raksasa itu berkilau keemasan dan bercahaya terang tanpa cahaya obor sekalipun, ia mengeluarkan suara geraman yang rendah sambil menyeringai. Tanpa sadar, Selena mundur beberapa langkah.

"Jangan takut," kata Garzo seolah memahami pikiran Selena. "Skurg tidak akan memangsa sembarangan, para omniwolf adalah mahluk yang punya harga diri tinggi."

Harga diri tinggi, boleh saja Garzo meyakinkannya, tapi bayangan para serigala besar itu memangsa para korban persembahan perang masih tersangkut di kepala Selena. Terutama, karena mungkin saja Garzo masih menyimpan dendam padanya karena pertarungan kemarin.

"Aku juga tidak akan mencelakaimu,"Garzo memberi jaminan kepada Selena. "Kehormatanku sebagai prajurit melarangnya."

Selena akhirnya menyerah, ia perlu menyimpan tenaga untuk bertarung nanti, dan mati kelelahan akibat berjalan jauh adalah hal bodoh terakhir yang ingin dilakukannya, ia akhirnya menerima tawaran Garzo dan mulai naik ke punggung Skurg, rasanya sama seperti Selena menunggang seekor kuda, hanya saja bulunya sangat tebal sehingga terasa hangat dan otot binatang ini sekeras batu karang.

Skurg bergerak lagi dengan perlahan, setiap langkah kakinya nyaris tidak bersuara, dalam hal ini Selena mengagumi para omniwolf. Mereka bisa berlari dengan beringas seperti angin dan api, tapi juga mengendap – endap dan tersembunyi seperti hutan lebat.

"Kenapa kau tidak membunuhku?" Garzo bertanya tiba-tiba. "Membunuhku saat duel adalah jalan paling cepat agar kau bebas. Tapi kau tidak melakukanya."

"Karena nampaknya ada anak yang sepertinya akan menangis kalau aku sampai membuhumu," Selena mengakui. "Siapa dia? Adikmu?"

Garzo hanya menjawab dengan anggukan pelan.

"Kalau begitu, kau punya adik yang manis."Selena berkomentar. "Dia pasti sangat menyayangimu."

Selena baru sadar, kata-kata terakhirnya mungkin terkesan menggoda Garzo. Tapi ia tidak bisa menahan senyum membayangkan wajah sangar orc itu bisa tiba – tiba merah padam.

"Benar – benar merepotkan. Sejak ibuku meninggal, lalu ayahku gugur, Ia selalu mengekorku seperti bebek kemanapun aku pergi." Garzo mendengus. "Aku benci berhutang nyawa. Anggap saja ini melunasi hutangku karena kau membiarkanku hidup."

Kata-kata Garzo memang terdengar kasar, tapi Selena bisa mendengar kelegaan di dalam suaranya, bersyukur untuk tetap hidup. Karena pada intinya keberanian dalam perang adalah untuk tetap hidup dan bukan mati.

Skurg tiba-tiba berhenti tidak jauh di depan sebuah gua yang menyerupai mulut raksasa yang sedang menganga dan akan menyedotnya ke kegelapan, dengan stalaktit tajam yang tergantung di atas seperti taring binatang buas. Skurg menekuk sedikit kakinya seolah memberi tanda agar Selena turun dari punggungnya.

"Kita sudah sampai dan aku tidak bisa mengantarmu lebih jauh," kata Garzo sambil menunjuk ke mulut gua. "Itu adalah gua tempat Fenrir bersarang, dan selanjutnya ini tergantung dirimu. Asal kau tahu, sejauh ini tidak ada satu Orc pun yang keluar hidup – hidup dari dalam sana setelah menantangnya."


=========

Bab 13
Bab yang katanya angka sial ya? Memang ini agak pendek dan saya baru menyadarinya hahaha... Tapi bagian yang seru akan saya simpan untuk minggu depan saja ya


Selain game, sekarang  ada satu film yang belakangan ini mencuri perhatian saya. Tidak, bukan aksi gebuk-gebukan ala Black Panther atau Infinity War. Tapi tentang beruang muda bertopi merah yang sangat menyukai selai jeruk, Paddington.


Alur filmnya sebenarnya  biasa saja tapi punya gaya penceritaan yang menarik dan berkesan, tapi karakter Paddington yang sopan, baik hati, namun sedikit ceroboh, rasanya siapapun sulit menolak untuk mengizinkan beruang ini tinggal di rumahnya.


Yah rasanya agak aneh juga membahas paddington di tengan cerita yang keras dan penuh darah ini. Mungkin satu saat saya ingin membuat cerita yang hangat seperti itu. Oleh karena itu, saya tetap mohon dukungannya berupa vote dan komentar di abb ini 

m (_ _) m 
=======
   Episode selanjutnya

Sesosok makhluk besar menerjang dari arah kanan Selena, secara spontan ia berguling menghindar, dan begitu Selena menyadari sosok yang baru saja menyerangnya, darah di nadinya nyaris membeku. 

=========


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro