28

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Krall berada di paling depan untuk memimpin barisan penunggang Omniwolf yang mengikutinya dari belakang. Jumlah pasukannya tidak berkurang banyak dari pertempuran yang pertama, tapi tetap saja Krall merasa pertempuran kali ini akan berjalan lebih sulit.

Bau kayu hangus menguar semakin pekat di udara ketika iring-iringan pasukan itu semakin berjalan jauh, sesekali mereka menjumpai rusa, tupai, atau binatang kecil lainnya yang berlompatan melarikan diri menjauhi hutan dengan ketakutan.

Tidak lama, mereka tiba di bagian hutan yang telah terbakar seluruhnya, sisa-sisa api masih menyala melalap habis ranting dan daun yang tersisa, asap yang terlihat pekat, membuat daerah sekitarnya menjadi berwarna kelabu.

"Para manusia," salah satu orc yang berjalan kaki menggeram ketika memandangi kumpulan pohon yang menghitam dan tidak berdaun lagi. "Mereka akan membayar semua kerusakan ini dengan darah mereka!"

Gerutuan Orc itu disambung prajurit yang lain dengan ikut menyumpah dan memaki, Krall memilih bungkam dengan tatapan tetap tertuju ke depan, walaupun kehancuran hutan yang telah melindungi leluhur dan desanya selama ratusan tahun membuat hatinya terasa sakit.

Begitu keluar dari kepungan kabut asap, Krall menyaksikan deretan sosok-sosok berkuda di ujung penglihatannya, jumlah mereka ratusan dan semakin bertambah banyak, menampakan sosok berbaju rantai baja. Beberapa di antaranya menggenggam panji berwarna hitam yang berkibar karena angin seiring jarak mereka semakin mendekat .

Krall segera menyadari bahwa apa yang dikatakan Selena bukan omong kosong. Para Zealot itu punya tatapan haus darah sedingin es dari balik topeng yang hanya memperlihatkan bagian dagu mereka.. Dan Krall menyuruh pasukannya untuk berhenti.

Kedua pasukan itu saling berhadapan dalam diam, hanya dipisahkan tanah lapang yang kosong dengan jarak beberapa ratus meter.

Frost, sang omniwolf menggoyangkan kepalanya yang ditumbuhi surai putih dengan gelisah, sinar matahari membuat bulunya yang seputih salju menjadi semakin berkilau seperti berlian. Ia berusaha memutar kepala untuk memandang sang tuan yang yang duduk di atas punggungnya dengan mata emas yang cemerlang tapi nampak khawatir.

Krall menangkap ketakutan yang terpancar dari tunggangannya. Hubungan jiwa antara omniowolf dan penunggangnya tidak terpisahkan. Ketika anak lelaki Orc berusia sepuluh tahun, mereka dibawa ke bagian hutan gelap tempat para Omniwolf berada dan ditinggalkan selama tiga malam di sana sendirian, mereka yang ditakdirkan menjadi penunggang akan kembali bersama seekor anak Omniwolf yang sebesar tubuh mereka, sementara yang tidak, akan pulang dengan tangan kosong.

Omniwolf itu memilih tuannya sendiri, mereka binatang suci bagi para Orc yang punya kebanggaan diri tinggi, dan adalah sebuah kehormatan untuk menunggang salah seekor diantaranya. Krall sendiri beruntung mendapatkan Frost, Omniwolf berbulu putih itu merupakan salah satu yang paling langka diantara yang lain.

"Semuanya akan baik-baik saja," Krall menepuk punggung Frost yang berotot keras, mencoba untuk menenangkannya. "Apa kau takut, sobat?"

Frost mengeluarkan geraman rendah sebagai jawaban.

"Aku juga." Krall mencondongkan badannya kedepan setengah berbisik. "Tapi ini akan sama seperti perburuan babi hutan yang biasanya. Tangkap dengan cakarmu, lalu cabik – cabik mereka sampai kau puas. Setelah ini kita akan berpesta daging panggang dan kau akan mendapat bagian yang paling besar dan berlemak. Aku Janji."

Jawaban itu tampaknya membuat Frost lebih tenang, sehingga ia mengeluarkan suara dengkuran pelan.

Seorang penunggang muncul dari arah belakang pasukan, di punggungnya ia menyandang sebuah gada besar berduri, dan menaiki Omniwolf dengan warna kecoklatan.

"Apa semua warga desa sudah diungsikan?" tanya Krall. "Bagaimana dengan para Shaman?"

"Desa sudah dikosongkan, dan para shaman sudah mengambil posisi mereka di sekitar Kuil." Penunggang itu melapor dengan napas terengah-engah. Kemudian dahinya berkerut. "Boleh aku bertanya satu hal saja kepada anda?"

"Katakan saja."

"Kenapa anda tidak menyertakan para shaman untuk ikut bertempur?" kata penunggang itu. "Aku tidak bermaksud meragukan rencana perang anda, tapi -"

Penunggang itu terdiam, dan tampak mencari kata-kata yang tepat untuk ia utarakan. Dan Krall memahami hal itu, langsung menjawab. "Aku tahu kau juga di sana ketika Selena menjelaskan semuanya, Galathor. Mereka membawa ksatria sihir dan itu pasti pasukan yang kuat." Krall menarik napas dengan berat sebelum melanjutkan. "Para shaman itu, dan juga istriku sekarang berusaha melindungi sesuatu yang sangat penting. Bukan hanya bagi kita para Orc, tapi untuk semua mahluk yang menjejak tanah daratan ini."

"Dan apa itu?"

Krall mengabaikan pertanyaan anak buahnya, dan mengangkat tangan untuk memberi tanda agar yang lain tetap pada tempatnya, sementara ia sendiri memacu Frost maju ke arah pasukan manusia. Sesuai adat dari sukunya, menyampaikan salam perang sebelum mereka bertempur habis-habisan. Dan juga mungkin sedikit harapan agar pertumpahan darah ini bisa dihindarkan.

"Para manusia!" Krall berseru lantang ke arah barisan para ksatria kerajaan Levan. "Apa yang membuat kalian menjadi haus darah seperti ini? Penjaga kalian, Kalios menciptakan dan melindungi kalian agar menjaga tanah ini. Aku Kralld'zur, putra dari Kralathar, panglima dari suku ini menuntut penjelasan dari kalian!"

Beberapa Kasatria Zealot di barisan depan, memandang satu sama lain dengan bingung. Tidak menyangka bahwa monster di depannya berbicara dengan bahasa yang sama dengan mereka, hanya yang ksatria bertopeng perak saja tampak tidak terpengaruh akan hal itu, mereka tetap berdiri tenang di kudanya masing-masing.

"Bahasa yang sama tidak akan menghapus kenyataan bahwa kalian adalah mahluk terkutuk ciptaan Morgrath!"

Seorang pria menjawab seruan Krall, ia berkuda dengan cepat ke depan, didampingi seorang Ksatria yang berbahu lebar. Dari baju pelat baja warna merah yang ia pakai dan helm perang yang berhiaskan batu ruby, Krall bisa menduga pria itu pasti punya kedudukan tinggi di pasukan mereka.

"Namaku Aiber dari keluarga Somerville, dan aku berperang atas nama Kalios penjaga kami! Tidak ada lagi yang bisa kami bicarakan dengan iblis seperti kalian!" Katanya sambil memutar kudanya. "Horace! Kita pergi dari sini, siapkan para pasukan!"

Ksatria yang mendampinginya sesaat berhenti dan memandangi Krall, lalu berbalik mengikuti pimpinannya. Bagi Krall, pria yang dipanggil dengan nama Horace, terlihat seperti berperang dengan setengah hati.Orang seperti itulah yang akan dihabisinya lebih dulu.

Krall kembali ke barisannya. Manusia-manusia bodoh itu tidak akan mau mendengar apa yang ingin dikatakannya.Seperti apa yang dikatakan Selena, kepercayaan mereka terhadap Kalios dan penyihir agung telah membutakan hati mereka.

"Usaha yang bagus," kata orc penunggang omniwolf di sampingnya, "Sekarang apa yang akan kita lakukan?"

"Bawa, dua puluh penunggang ke bagian kiri pasukan. Galathor, kau ke sisi kanan bersama dua puluh yang lain." Krall memberi perintah. "Begitu perang dimulai, kepung dan hancurkan kedua sisi pasukan mereka. sementara aku dan yang lain akan menyerang bagian tengah."

Kedua penunggang itu mengangguk dan segera pergi ke posisi mereka, sementara Krall tidak bergerak dari posisinya bersama puluhan penunggang dan ratusan prajurit pejalan kaki. Ia mengambil Brodbone dari punggungnya.

"Akhirnya tiba, sobat." Krall berkata pelan. "Akhirnya tiba saat yang menentukan apakah kita akan layak diterima di meja perjamuan bersama para leluhur."

Tidak lama setelahnya, Terompet tanduk bergema di sisi pasukan Levan, dan para penunggang kuda serempak maju, awalnya mereka bergerak perlahan, tetapi semakin lama semakin cpat, suaranya menderu dan meninggalkan jejak debu di belakang mereka.

Krall membalas suara terompet itu dengan raungan sekeras halilintar sambil mengacungkan Brodbone tinggi ke udara, begitu ia melecutkan kaki ke bagian tubuh Frost, omniwolf itu langsung melesat seperti anak panah yang yang dilepaskan dari busur, mengincar mangsa pertamanya.

Dalam sekejap, kedua pasukan itu saling bertabrakan memenuhi udara dengan raungan yang memekakkan telinga.  



=========
Bab 28


Mungkin ini jadi bab paling pendek sepanjang cerita ini selain cerita utama hahaha.... yah apa boleh buat, bab ini dan bab minggu depan adalah pengantar untuk klimaks yang akan terjadi, selain itu saya juga lagi menunggu agar cepat bulan oktober untuk download Final Fantasy X, benar-benar tidak sabar!


Doakan saja agar semuanya lancar dan terus dukung Krall dengan Vote dan Komennya.

m(_ _)m 
=========

Bab Selanjutnya:

Pikiran Selena berpacu, sekaranga Gladius tidak akan bisa bergerak dalam waktu yang cukup lama. Sebagian dari dirinya ingin meletakkan senjata lalu melarikan diri, melupakan segalanya dan hidup tenang entah di mana. Kekuatan lawan di hadapannya terlampau besar untuk ia hadapi. Tapi apakah ia sanggup melakukannya?

=========

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro