(Fts) Tahun Baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Alam melakukan paduan suara malam ini di puncak sebuah gunung. Kabut tipis menyelimuti dan sinar bulan purnama bersama miliaran bintang membantu pencahayaan tempat ini.



Ratusan tenda telah didirikan memenuhi lapangan puncak. Aku bersama teman-temanku tengah bernaung mengelilingi api unggun sambil bakar-bakar makanan.



Suara katak dan jangkrik di semak meramaikan suasana malam, petikan gitar melantun merdu bersama dengan nyanyian anak Pramuka yang membingkai keindahan malam sempurna ini. Mulai dari yel-yel hingga lagu jazz mereka semua nyanyikan.



Aku dan teman-temanku sesekali turut bergabung bernyanyi, penghuni tenda di sekitar juga sama. Kami menonaktifkan ponsel dan lebih memilih berkumpul seperti ini.



Setelah semua makanan siap, kami berbagi dengan orang-orang sekitar. Mereka pun menawarkan sajian mereka. Momen berbagi dihiasi dengan senda gurau, bahkan sampai ada yang jatuh cinta lokal ala anak muda.



Saat ini aku tengah camping bersama teman-temanku, dan kami akan menginap selama empat hari tiga malam. Acara ini diselenggarakan dalam rangka penyambutan tahun baru. Tidak hanya sekedar camping. Nanti tengah malam akan diadakan acara terbang lampion dan festival kunang-kunang, semua orang menanti momen itu.



"Kak Encef di mana Al?" Sule menanyakan keberadaan pembina kami padaku.



"Lagi kumpul panitia kalo gak salah ...."



"Kak Encef tidur di tenda kita Al?" sambung Rafly.



Aku menggeleng. "Gak tau, penghuni tenda belakang bilang kalo panitia udah disediain khusus untuk tidurnya."



"Uhm ... gitu."



"Heh! Laki-laki."



Dari arah samping para anak perempuan merusuh ke tenda kami. Aku yang merasa risih langsung berkoar, "Perempuan dilarang ke tenda laki-laki dan sebaliknya--"



"Kecuali kalo ada keperluan!"



Kalimatku dipotong oleh Salma, aku mengedikkan bahu mulai tak peduli dan lebih memilih diam.



"Lah ngapain semuanya ke sini?"



Adih yang baru kembali dari semak-semak setelah buang air langsung terheran-heran dengan kedatangan para perempuan ke tenda kami.



"Reaksinya ngajak ribut semua, kita mau minta air panas doang!"



"Air panas?" tanyaku heran.



"Iya."



"Kalian emang persediaannya abis?" lanjutku.



"Bukan, anjing tenda sebelah nyenggol panci yang kita rebus--"



"Pfft! Ahaha! Anjingnya pinter!"



Sule tertawa lepas di sampingku membuat ekspresi para gadis jadi masam.



"Kalo gak ada kita pergi nih!"



"Ada kok, ambil aja di dapur, si Azis lagi masak air."



"Oke makasih gaes!"



Aku mengusap wajah, makin aneh saja bahasa zaman sekarang.



Waktu dengan cepat berlalu, dan sekarang adalah waktunya untuk terbang lampion. Mercon, kembang api langit pun terlihat dari sela-sela rempetan rumah di bawah sana. Kami semua keluar dari tenda dan setiap tenda memegang dua lampoin. Kilauan sinar kuning keemasannya membuatku senang dan terpukau. Terutama saat menghitung bersama untuk melepaskan lampionnya sangat berkesan.



"LIMA ... EMPAT ... TIGA ... DUA ... SATU!"



Seluruh lampion di lepas berbarengan meski ada yang terbang lebih dulu sedangkan satunya tertinggal. Namun semua lampion tetap terbang merata menuju langit gelap yang bahkan cahaya pun tak dapat menjangkaunya.



"HAPPY NEW YEAR!"



Semua orang saling mengucapkan selamat tahun baru, pesta lampion tengah dilaksanakan. Lampu senter yang berwarna-warni turut andil dalam acara ini, samar-samar gemuruh kembang api yang meledak di udara sampai ke telinga kami walau sangat kecil.



Namun di pertengahan acara tiba-tiba Rafly memohon padaku agar diantar untuk buang air kecil.



"Alan anterin gue dong ... nanti gue traktir bakso!"



"Penakut njir ...."



Aku langsung merasa jengkel tapi tetap memenuhi permintaanya. Rafly berjalan ke tenda untuk mengambil senter, baru kemudian mengajakku agar bergerak cepat mengikuti langkahnya menyusuri permukaan tanah hutan yang lembab, juga ditanami berbagai jenis rumput liar.



"Ngapain jauh-jauh Raf?" tanyaku risih.



"Malu atuh eh di depan situ mah!" sarkas Rafly ikut jengkel padaku.



Aku mengedikkan bahu, kembali tak peduli. Rafly memintaku untuk memegangi senternya dan aku menurut. Sambil bersiul ria aku menunggu Rafly yang tak berusara sama sekali.



Satu menit berlalu di jam tanganku. Aku mulai bosan menunggu dan memanggilnya, "Raflyyy!"



"Apa Alan? Jangan berisik ih! Lagi fokus!"



Kuhela napas kasar, menjijikan!

"Dih! Lama banget lu?"



Aku kembali menunggu dan beberapa saat kemudian kulirik kembali jam tangan yang sudah menandakan lima menit berlalu.



"Rafly! Lama banget sumpah!"



Namun, tak ada jawaban.



"Raf? Rafly?"



Tetap tak ada jawaban.



Aku merasa kesal dan nekad menerobos semak di mana anak itu tengah buang hajat, tetapi--tak ada siapa pun di sana. Aku menengok kanan, kiri, depan, belakang bahkan atas tak terlewat. Aku terdiam, di mana Rafly?



Kutelusuri lagi berjalan ke depan seperti ada jalan setapak khusus yang menggiringku ke suatu tempat.



"Rafly? Kurang asem lu anjay!"



Anak itu tak memberi tanda-tanda keberadaannya. Aku mulai curiga kalau dia tengah jahil. Namun sebenarnya aku juga penasaran dengan japan setapak ini. Kuikuti terus hingga akhirnya menemukan sebuah danau yang cukup luas.



Aku berjalan menuju pesisir danau, berharap menemukan tanda-tanda keberadaan Rafly.



"Woy bocah! Sue lu Rafly! Di mana si anak?"



Saat asyik berjalan di pesisir danau, tiba-tiba seperti ada daya gravitasi yang kuat menarik tubuhku masuk ke danau. Suara ceburan tubuhku membuat makhluk malam di sekitar ikut terkejut, tapi kemudian tak peduli.



Aku memejamkan mataku dan memberontak di air--aku tak bisa berenang. Kutahan napasku, otakku ikut panik. Hatiku resah, dan dinginnya air danau di gunung ini menambah kengerianku akan rasanya tenggelam seperti ini.



Hingga detik berikutnya setelah portal pasir hisap--entah bagaimana aku menyebutnya--menarikku ke dasar danau, aku kembali dimuntahkan ke suatu tempat yang begitu terang. Butuh beberapa saat mengerjapkan mata untuk menyesuaikan penglihatan. Akhirnya aku bisa melihat keadaan sekitar.



Siang, di pesisir danau--tunggu--danau?



Aku mengabaikan tubuhku yang basah kuyup dan lebih memilih bangkit sambil melihat keadaan sekitar. Benar. Aku masih berada di tempat yang sama--dengan waktu berbeda.



"Alan? Lu juga ketarik ke sini?"



Aku menengok asal suara, terlihat Rafly dengan pakaian yang sama dan juga basah kuyup menghampiriku bersama dengan seorang gadis berpakaian archer dengan tudung menutupi wajahnya. Terlihat misterius.



"Ini--di mana? Dan, siapa itu?"



"Ini namanya Kristal. Kita ada di dunia pararel, portal itu kebuka satu tahun sekali saat tahun baru. Itu artinya, kita bakal kejebak di sini selama satu tahun. By the way, keadaan di sini lebih primitif tapi cara berpikirnya tetap modern."



"Dalam lima menit lu ngapain aja di sini?! Dan--kok santai banget sih? Nanti gimana orang tua ama temen-temen kita di sana?"



"Kalian akan dianggap hilang dan mengaitkannya dengan kejadian mistis. Banyak orang hilang di gunung ini karena mereka terhisap ke sini. Setelah satu tahun berlalu, banyak yang ingin menetap di sini dan tak ingin kembali. Ada juga yang memang kembali."



Gadis misterius bernama Kristal itu menjelaskan informasi penting sekaligus mengerikan padaku. Itu artinya, ada sesuatu yang membuat orang hilang ini betah dan melupakan kehidupan masa lalunya.



"Rafly, kita harus pulang sekarang juga sebelum portalnya ketutup--"



"Terlambat. Portalnya sudah menututup tepat saat kau sampai ke sini dengan pakaian basah kuyup itu."



"Shit!"

.

.

.

A/N

mudah2an gak abstrak2 amat yah😅
Salam kece dariku, CryoUmbra

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro