10. Lalita

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Bocah berusia delapan tahun itu menangis tergugu setelah aku memarahinya habis-habisan.
Karena nakal? Bukan.
Justru karena ia terlampau baik hati, emosiku meluap.

Hari ini ia bercerita bahwa ia tak makan siang lagi. Bekal yang kubawakan? Habis diminta teman-temannya. Dan ini tidak terjadi sekali dua kali, tapi berkali-kali.

Beberapa anak nakal di kelasnya kerap meminta bekal makan siang yang ia bawa, termasuk cemilan, bahkan uang jajan. Seperti biasa, anakku akan memberikannya, begitu saja.

Terkadang anak-anak nakal itu juga mengganggunya. Pernah ia pulang dengan tangan memar. Bekas cubitan.
Pernah juga ia pulang dengan kening benjol. Terkena lemparan kotak pensil.
Atau beberapa waktu yang lalu, alat tulis yang yang baru saja kubelikan amblas, diminta paksa.

Dan seperti biasa, anakku hanya diam tak membalas.

"Mbokya kalo dijahatin orang itu dibalas! Cubit balas cubit! Pukul balas pukul! Jangan bisanya cuma diam!" teriakku.

Dan tangis bocah itu terus tergugu.

"Kemarin uang jajan, kemarin-kemarin alat tulis! Hari ini makan siang yang diambil, besok apa lagi?" Emosiku kembali meluap.
"Mama nggak suka sama anak lemah kayak kamu!"

"Aku nggak mau jadi anak jahat, Ma." Akhirnya bocah itu bersuara pelan, diselingi isak tangis.

"Mama selalu bilang, memukul orang lain itu perbuatan jahat. Membalas menyakiti orang itu perbuatan anak nakal. Dan aku nggak mau jadi orang jahat! Aku nggak mau jadi anak nakal!" Tangisnya melengking.

Tenggorokanku tercekat. Teringat akan setiap untaian doa yang kuperuntukkan untuknya.

Tuhan, jadikan anakku seseorang yang baik hatinya, seseorang yang baik tingkah lakunya, seseorang yang baik pula budi pekertinya.

Duh, Gusti. Apakah selama ini doaku salah? Apakah selama ini aku tak mendidiknya dengan benar?

"Oh, Lalita, Sayang..." Akhirnya tangisku ikut pecah.
Aku menghambur ke arah bocah perempuan yang masih menangis itu lalu memeluknya erat.
Dan kami bertangis-tangisan.

Kau sudah hidup dengan benar, Nak.

Mama yang salah...

°°°

Selesai

2019©Winset

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro