Part 20

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Siang hari, di taman belakang rumah Langit. Dara, tengah sibuk mengatur lensa kamera untuk memotret Langit yang katanya, ingin iseng ikutan casting online.

Di depan Dara, Langit sudah siap berpose sesuai persyaratan.

"Satu, dua, tiga!"

Cekrek!

Dara tersenyum melihat jepretan terakhirnya. Gadis itu langsung memberikan kameranya pada Langit. "Gimana?" tanya Dara.

"Wih, keren, ya? Gue-nya." Langit tertawa pelan melihat beberapa hasil jepretan Dara.

Dara mencibir pelan. Gadis itu memilih berjalan ke arah kursi di mana sebuah laptop masih menyala di sana. "Tinggal bikin vidio perkenalan, sama akting monolog lo, Lang," ucap Dara.

"Yaudah, yuk!" ajak Langit.

Dara kembali beranjak. Gadis itu mengambil alih kamera di tangan Langit, kemudian kembali mengatur posisi.

"Perkenalan dulu, ya!" kata Dara dengan mata yang terfokus pada kamera.

Langit mengangguk.

"Satu, dua, tiga!"

"Hai nama saya Langit Candra Alvarizki, umur 17 tahun, saya siap menjadi calon Bintang di masa lampau!"

Dara berdecak pelan mendengar kalimat terakhir. Gadis itu langsung menjeda vidio dan menatap Langit kesal. "Yang bener, dong!"

"Jangan serius-serius atuh Neng Dara." Langit mencolek dagu gadis itu dengan gemas.

Dara menepis tangan Langit. "Sekali lagi! Cepetan!"

Melihat wajah garang Dara, Langit akhirnya memilih bersiap kembali.

Kali ini, ia melakukannya dengan benar. Takut Dara marah, padahalkan ini cuman iseng, Langit melakukan ini hanya ingin berduaan bersama Dara saja.

Tapi entah kenapa, Dara malah terlihat bersemangat dan ingin sekali Langit lolos dalam casting itu.

Waktu tiga jam rupanya tidak cukup untuk Dara mengurus segala keperluan dan persyaratan Langit.

Saat ini, Langit dan juga Dara tengah duduk di ruang tamu berdua.

Dara masih sibuk berhadapan dengan laptop. Sedangkan Langit, malah asik bersandar pada bahu Dara dengan mata yang ikut fokus pada layar.

"Itu gue ganteng ya, Dar?" Langit menunjuk wajahnya sendiri.

"Enggak."

Langit mencubit hidung Dara dengan gemas. Sontak saja Dara menepis tangan cowok itu. "Lang, diem deh."

"Ini yang ikutan casting gue loh, Dar. Kok malah lo yang kelihatan semangat banget?"

"Terserah gue, lah!"

Selang beberapa menit, akhirnya selesai. Dara menyimpan laptop milik Langit dan menyimpannya di meja.

"Selesai. Tinggal nunggu email masuk aja. Siapa tau lo kepilih," ucap Dara.

Langit tertawa, cowok itu menegakan tubuhnya dan mengusap puncak kepala Dara dengan lembut. "Kalau gue terpilih, lo orang yang paling berjasa banget dong?"

"Iya, lo harus bayar sama gue."

"Bayar pake cinta aja bisa, gak?"

"Makan cinta doang gak akan kenyang," jawab Dara.

Langit sontak saja tergelak. Dara mengedarkan pandangannya. Tanpa sengaja, matanya bertatap langsung dengan sosok Cakra yang tengah berdiri memperhatikannya di lantai atas.

Langit yang menyadari arah pandang Dara, langsung saja ikut menatap ke arah sana.

Hatinya mendadak sakit melihat Dara yang bahkan sama sekali tak menghiraukan keberadaan Langit.

Gadis itu malah terlihat enggan mengalihkan pandangannya dari Cakra. Pun, Cakra juga menatap Dara di atas sana.

"Udah sore, lo gak pulang?" tanya Langit membuyarkan Dara.

Dara sontak menatap ke arah Langit yang mendadak raut wajahnya berubah.

Cowok itu beranjak, kemudian merapikan laptop, kamera dan alat-alat lain yang ia gunakan tadi.

"Yuk, gue anter." Langit tersenyum tipis.

Dara sadar betul bahwa Langit tak lagi ceria seperti tadi. Enggan bertengkar, Dara akhirnya memilih beranjak dan meraih tas gendong miliknya. "Yuk," ajak Dara.

Langit langsung menautkan jari jemarinya pada tangan Dara. Sebelum menarik Dara pergi, Langit menyempatkan diri menatap ke arah Cakra yang ternyata masih berada di sana.

Tak mau berlama-lama lagi, Langit langsung menarik Dara keluar.

"Lang, gue kan bawa motor," ujar Dara saat mereka sudah berada di luar.

"Gue anter pake motor lo. Besok pagi lo gue jemput pake motor lo juga."

Dara memilih mengiyakan saja. Langit sepertinya sedang badmood.

Langit langsung naik ke atas motor Dara. Begitupun dengan Dara, ia langsung naik ke jok belakang dan memeluk Langit dari belakang.

Saat motor melaju, dan selama di perjalanan, Langit tak berbicara apapun. Yang ia lakukan hanya mengusap punggung tangan Dara menggunakan tangan sebelah kiri.

"Dara," panggil Langit.

"Iya?"

"Gue sayang sama lo."

"Gue harap, lo juga sama," sambung Langit.

***

Langit mengerutkan alisnya melihat Cakra yang saat ini tengah duduk di tepi kolam berenang.

Tangannya tengah memegang ponsel. Langit berjalan mendekat tanpa suara.

Sampai akhirnya, matanya menangkap jelas foto Dara dan juga Cakra di layar ponsel milik Cakra.

"Yaelah," ucap Langit yang sontak saja membuat Cakra kaget.

Cowok itu buru-buru mematikan ponselnya dan berbalik menatap ke arah Langit. "Ngapain lo?" tanya Cakra.

"Berak."

Langit memilih bergabung duduk bersama Cakra.

Cowok itu menatap lurus ke arah air kolam. Sedangkan Cakra, Cowok itu merasa tak enak pada Langit.

"Gue bakal hapus," ucap Cakra.

"Buat apa?" tanya Langit.

Cakra menghela napasnya. "Dara pacar lo, bukan pacar gue."

"Lo tau Isyana Sarasvati? Dia bukan pacar gue, tapi fotonya gue simpen kok," jawab Langit.

Langit menarik napasnya pelan. Cowok itu menatap ke arah Abangnya. "Lo masih sayang sama Dara?"

"Sayang gue ke Dara, cukup gue yang rasain. Yang terpenting sekarang, lo pacar Dara. Itu artinya, lo orang yang lebih berhak bikin dia bahagia." Cakra menepuk bahu Langit beberapa kali.

Cakra menatap ke arah langit sore. Cowok itu tersenyum. "Gue lihat, Dara bahagia banget sama lo, Lang."

Tapi dia belum lupain lo sepenuhnya, Bang, ucap Langit dalam hati.

Sebenarnya, Langit merasa dirinya penghalang sekarang.

Apa dia jahat? Apa dirinya begitu jahat menjadi penghalang antara Cakra dan juga Dara?

Yang ia lihat, Dara masih terlihat jelas masih menyimpan perasaan pada Cakra. Walaupun tidak dapat dipungkiri, ada tatapan kecewa yang begitu sulit Dara hilangkan.

Dan sekarang, Langit melihat jelas jika Cakra masih menyayangi Dara. Dia terlihat menyesal sudah menyia-nyiakan gadis seperti Dara.

Perasaan Dara pada Langit, masih terlihat begitu abu-abu bagi Langit.

"Lo tenang aja, Lang. Lagian, gue sama Sonya udah tunangan. Kita udah terikat, gue gak akan mungkin balik lagi sama Dara."

"Gue ke kamar." Langit beranjak, cowok itu memilih berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Cakra memejamkan matanya kuat. Ia tak mau egois lagi. Ia tak mau hubungannya dengan Langit kembali merenggang hanya karena seorang gadis.

Cakra sudah ikhlas soal Dara. Terlebih, Langit terlihat begitu serius dengan mantan kekasihnya itu.

Cakra tak mau mengganggu hubungan mereka. Cakra ingin Langit bahagia, Cakra ingin Dara bahagia.

"Segala kesalahan, pasti punya resiko. Kesalahan gue mengabaikan Dara, beresiko merelakan kebahagiaan dia sama orang lain."

TBC

Hallo! Gimana kesan setelah baca part ini?

Semoga suka ya!

Rekomend cerita Langit Dara ke temen-temen kamu, yuk!

Kalau kamu jadi Dara, kalian pilih buat balik ke masa lalu bersama Cakra, atau bertahan sama cowok yang selalu Ada bersama Langit?

Ada yang ingin disampaikan untuk Langit

Dara

Cakra

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro