Akhir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Fras mendekati Vista dan bertanya dengan serius, “Lo sudah menolak Ardi?”

Vista tersenyum kaku kemudian mendorong Fras pelan. “Duduk, gue bakal cerita.”

Fras tersenyum jahil kemudian kembali duduk ke bangkunya. “Baiklah kepada Vista Aulia Putri dipersilahkan.”

“Gue sama Ardi sebenarnya gak ada hubungan apapun. Serius.”

“Kami gak minta klarifikasi dadakan tapi cerita lengkapnya.” Atha ikut tersenyum jahil menatap Vista.

“Gue tuh sebenarnya sudah curiga sama mereka dari acara lelang waktu itu. Ardi tuh gak bisa jauh-jauh dari Vista.” Sri ikut meledek Vista yang wajahnya sudah memerah.

Beberapa hari sebelumnya
Ardi berdiri di depan aula sekolah sambil memandang ke arah panggung. Dari sekian banyak orang yang ada di atas panggung, matanya hanya tertuju pada satu orang yang berdiri di pusat panggung. Ardi tersenyum cerah memandang Vista yang menjadi center pada latihan untuk lomba bulan depan. Ardi tetap berdiri di tempatnya hingga latihan selesai. Ardi sengaja tidak masuk ke dalam aula karena takut membuat mereka tidak nyaman. Ardi sudah cukup puas memandang Vista dari kejauhan.

“Penampilan kalian membaik.” Ardi memberikan sebotol minuman teh kemasan pada Vista.

“Syukurlah kalau kelihatannya begitu. Kamu sudah seminggu penuh nunggu aku selesai latihan. Gak apa-apa?” Vista menatap meminta kejujuran dari Ardi. Vista sebenarnya kurang nyaman karena merasa terus diawasi selama satu minggu terakhir.

“Aku senang bisa lihat penampilan kamu, meski dari jauh.” Ardi tersenyum tulus.

“Aku merasa kita melakukan penghianatan tau gak.”

“Kenapa?”

“Rasanya akhir-akhir ini kita sering jalan dan itu tanpa sepengetahuan Leluchon.”

“Kenapa mereka harus tahu?” Ardi menaikkan suaranya.

“Mereka teman-teman kita. Kenapa kita gak main sama mereka aja daripada harus jalan berdua?”

“Kamu benar-benar gak tahu atau pura-pura gak tahu?” Ardi memelankan suaranya dan ia tertunduk lesu.

“Menurut aku, kamu gak perlu nunggu aku latihan setiap hari…”

Ardi menghentikan kata-kata Vista. “Vista, aku suka sama kamu.”

“Iya aku tahu, kalau kamu gak suka sama aku gak mungkin kita bisa berteman baik.” Vista menjawab dengan santai dan tidak merasa ada yang salah dengan kata-katanya.

“Aku suka bukan sebagai teman. Aku suka sama kamu lebih dari sekedar teman.”

Vista sempat tercekat, tidak menyangka pernyataan cinta tiba-tiba dari Ardi. Beruntung teman-teman tari Vista duduk agak jauh dari mereka sehingga kemungkinan besar tidak ada yang mendengar percakapan mereka.
Vista menatap Ardi dengan tulus. “Aku suka sama kamu lebih dari teman, tapi sebagai sahabat dan bukan sesuatu yang lain.”

Ardi menunduk, kemudian ia menghela napas. “Untuk sementara sepertinya aku gak bisa bersikap biasa aja di dekat kamu.” Ardi bangkit berdiri kemudian mengusap pelan puncak kepala Vista.

“Tapi… jangan jauhi Leluchon karena…karena mereka tulus sama kamu.” Suara Vista bergetar saat menatap mata Ardi.

“Aku pulang duluan.” Ardi melangkah cepat ke arah parkiran tanpa menoleh lagi pada Vista yang masih berdiri di depan aula.

***

“Jadi ceritanya lo menolak Ardi?” Fras tersenyum lebih lebar dari sebelumnya.

“Jadi karena itu Ardi menghindari Vista.” Renzo mengangguk paham.

“Sepertinya iya. Gue salah gak sih? Gue benar-benar merasa bersalah sama Ardi, karena gue dia gak bisa main sama kalian lagi.”

“Dia cuma butuh waktu untuk menyembuhkan. Katanya waktu bisa menyembuhkan sakit hati, walaupun gue gak sepenuhnya setuju. Waktu hanya membuat kita terbiasa dengan luka itu.” Atha tiba-tiba menjadi serius bak pujangga.

Leon, Renzo dan Sri kompak tercengang karena kata-kata Atha. Fras malah tertawa keras sambil menepuk-nepuk pundak Atha.

“Sudah sore, takutnya Atha kesambet.” Vista bangkit dari duduknya kemudian menoleh pada Leluchon. “Kalian gak mau pulang?”

“Gaya bener yang habis menolak bapak ketua OSIS.” Fras berjalan mendahului Vista kemudian berlari setelah ia menjulurkan lidahnya. Vista menjadi kesal dan berlari mengejar Fras yang sesekali tertawa mengejeknya.

Renzo berjalan sambil merangkul Atha dan Sri berjalan menyusuri jalan setapak di samping Leon. Vista dan Fras yang pada awalnya tidak akur sama sekali kini sudah menjadi seperti saudara kandung jika dilihat dari cara mereka bertengkar. Atha dan Renzo yang dulunya hanya sekedar tahu satu sama lain kini sudah menjadi teman yang kata Atha meski kelasnya belum bisa diakui sebagai sahabat namun Leluchon sudah memiliki tempat lebih dari teman. Leon dan Sri yang dulunya enggan menyapa satu sama lain kini dapat berjalan berdampingan dan saling menguatkan satu sama lain.

Enam orang anak yang memiliki latar belakang dan masa lalu berbeda kini berjalan melalui jalan yang sama. Meskipun ada yang harus berlari mengejar dan ada beberapa yang harus bergerak lebih lambat untuk menyesuaikan akhirnya mereka bisa berjalan bersama. Karakter yang berbeda tidak membuat mereka menjadi berpisah namun membuat ikatan mereka menjadi semakin erat.

LELUCHON SELESAI

Terima kasih sudah membaca 
26 April 2020 – 1 Juni 2020, terima kasih untuk pembaca yang sudah setia membaca dan memberikan apresiasi melalui vote. Cerita ini merupakan awal dari petualangan Leluchon.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro