Kejutan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Sejak kecil, Renzo bukanlah tipe anak yang suka memilih-milih teman. Saat SD, ia berteman dengan hampir semua penghuni sekolah termasuk bapak satpam dan penjual cilok di depan sekolahnya. Renzo adalah anak yang sangat ramah dan ceria sampai suatu hari ia harus pindah dari sekolah lamanya karena orangtua Renzo memutuskan untuk pindah ke kota. Sekolah baru Renzo terlihat jauh lebih nyaman dibandingkan dengan sekolah sebelumnya di desa tapi Renzo tidak terlihat senang karena itu artinya ia harus mencari teman baru.

Meski sekarang Renzo sudah duduk di bangku kelas 5 dan sekolah barunya hanya berjarak beberapa menit berjalan kaki dari rumah, Bunda tetap menghantar Renzo ke sekolah barunya. Bunda menghantar Renzo hingga memasuki kelas. Renzo melihat teman-teman barunya mulai menertawakannya, entah apa alasannya. Saat jam istirahat Renzo memilih untuk tetap duduk di bangkunya karena tidak ada satu orangpun yang mengajak ia pergi ke kantin. Renzo menjadi pendiam sejak saat itu.

"Ren, lo ngapain bengong di sini? Awas kesambet." Edo tertawa karena melihat Ren yang benar-benar terkejut.

Renzo berdiri tengak dengan posisi siap kemudian merapihkan dasinya kemuadian dengan suara yang dibuat lebih rendah dari biasanya ia berkata, "yang terhormat Bapak mantan ketua OSIS ada apa gerangan anda datang ke sekret hari ini?"

"Saya mau cek apakah anda selaku pimpinan bidang kerohanian dan olahraga sudah menyiapkan proposal untuk acara bulan ini?" Edo berlagak seperti jendral yang bertanya pada prajuritnya.

"Gue sudah konsultasi sama Fras sebagai PJ untuk bidang humas Rohis, proposal sudah selesai. Ardi juga sudah acc. Ini tinggal diperbanyak aja proposalnya sama sekretaris."

"Bagus. Renzo memang bisa diandalkan."

"Ngapain gue laporan sama lo. Lo bukan ketua OSIS lagi."

"Kan gue sudah bilang, cuma mau cek lo buat masalah atau gak."

Senyum Renzo mengembang, ia tahu Edo datang untuk memberinya dukungan karena ini adalah program pertama yang akan dilakukan Renzo sebagai Ketua Bidang Kerohanian dan Olahraga. Renzo sebenarnya cukup terkejut saat diangkat menjadi ketua karena ia merasa tidak pantas menjadi pimpinan untuk hal-hal berbau kerohanian. Berbeda dengan Fras yang sejak SMP sudah aktif di kegiatan Rohis, Renzo hanya tahu hal-hal yang berhubungan dengan olahraga saja.

***

Seperti jam istirahat di hari-hari sebelumnya Renzo, Fras, Atha, Ardi, Leony dan Vista sudah duduk mengelilingi empat meja yang sudah di satukan. Atha melihat Leon dengan tatapan yang aneh. Matanya melihat bergantian ke arah pintu kelas dan Leon. Leon yang tidak menangkap maksud Atha malah sibuk dengan kotak bekalnya hingga sebuah suara yang Leon kenali memasuki kelas.

"Halo semua." Seorang gadis yang membawa kotak bekal datang menyapa orang-orang di meja itu. "Aku boleh makan sama kalian, kan?"

"Tumben. Pacar lo kemana?"

"Dika lagi sibuk ngurusin persiapan acara bulan ini sampe gak sempat makan siang." Dengan santai, Jinda menarik kursi kosong yang ada di samping Renzo dan duduk disana.

Leon dapat melihat Atha menghela nafas. Entah apa alasannya Atha terlihat tidak nyaman dengan kehadiran Jinda. "Lo ribut lagi sama Dika? Emang lo gak punya teman lain apa di kelas sampai harus datang jauh-jauh ke kelas ini?"

"Selamat makan." Jinda mengabaikan pertanyaan Atha kemudian ia sibuk dengan kotak bekalnya. Dari respon yang Jinda tunjukkan Leony bisa tahu kalau semua jawaban dari pertanyaan Atha tadi adalah iya.

Sri sudah duduk di bangkunya ketika Leon selesai makan bersama teman-temannya. Sri terlihat ragu-ragu kemudian menarik ujung seragam Leon.

"Leon..."

Leon yang sedari tadi masih sibuk memasukkan tempat bekal dan botol minumnya ke dalam tas akhirnya menoleh. "Iya, kenapa Sri? Kamu mau bilang sesuatu?"

Sri tersenyum malu dan dengan tangan yang meremas roknya ia bertanya, "Kalau mulai besok aku gabung makan siang sama kalian boleh? Atha sudah beberapa kali ajak aku ikut tapi aku takut kamu dan yang lainnya gak nyaman."

Leon sebenarnya terkejut karena ternyata Sri yang ia lihat sebagai sosok menakutkan beberapa tahun lalu ternyata punya sisi seimut ini. "Tentu boleh."

***

Pohon beringin yang ada di tengah sekolah merupakan salah satu ikon sekolah ini. Pohon beringin ini telah berdiri kokoh selama ratusan tahun-begitu kata pak satpam yang ayahnya dulu satpam di sekolah ini juga-dengan kolam besar di sisi kanannya yang bisa jadi seperti danau jika musim penghujan. Di sekeliling kolam terdapat beberapa bangku taman yang berbentuk kayu terbuat dari semen. Bangku taman di pingir kolam adalah tempat favorit Leon dan teman-temannya berkumpul. Rasanya sudah lama sekali sejak mereka berkumpul bersama di bawah pohon beringin.

"Yo, Leony Adiandra Rose." Yessa menghapiri Leon kemudian merangkulnya seperti biasa. Leon juga menyapa Indra dan Jinda yang ada di bangku taman.

"Dika mana?" Leon bertanya karena tidak melihat Dika dimana pun.

"Dika langsung cabut, ada acara katanya."

"Tumben. Dika gak biasanya cabut tanpa bilang gue." Leon cukup kecewa karena meskipun Dika terlihat dingin tapi ia adalah salah satu orang yang paling dekat dengan Leon.

"Oh iya, gue mau tanya sama lo. Minggu lalu lo jalan sama siapa di mall?" Yessa yang biasanya berbicara halus dan banyak bercanda terlihat sangat serius menatap Jinda.

"Minggu lalu, gue di rumah kok."

"Kami lihat lo jalan sama cowok ya dan itu bukan Dika." Indra ikut menatap Jinda sinis.

Jinda mengerutkan kening kemudian tersenyum, "itu teman sekelas gue. Kami mau kerja kelompok."

"Kalian gak usah berlebihan deh." Leon menepuk pundak Yessa dan Indra.

"Gue gak berlebihan Kak, gue cuma takut mereka ribut karena itu."

"Benar. Kita sudah tahu seberapa posesifnya Dika."

"Udah deh daripada kita ngomongin hal yang aneh ini, ngebatur yok. Laper gue." Leon mengajak teman-temannya untuk makan siomay batur di kantin.

Setelah selesai makan dan berbincang banyak tentang teman baru mereka di kelas masing-masing, Yessa dan Indra pamit lebih dulu karena ada kerja kelompok jam 5 sore ini.

"Kak, gue mau curhat."

"Oke, girls time."

"Gue suka sama Renzo."


Terima kasih sudah membaca ;)

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day19

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro