Menang Iklan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Pertemuan minggu lalu menyebabkan perubahan besar pada seluruh kelompok Pentas Seni kelas ini. Seluruh latihan berjalan dengan lancar dan latihan gabungan jumat ini sudah terlihat lebih baik dibandingkan penampilan evaluasi pertama minggu lalu.

"Terima kasih, Kak." Sri menghampiri Leon kemudian menyapa dengan ramah.

"Kenapa lo berterima kasih?" Leon melangkah mundur karena kedatangan Sri yang tiba-tiba.

"Ya, karena lo sudah jadi sutradara yang baik walaupun galak."

Leon belum pernah melihat senyuman Sri yang sehangat ini. Jenis senyuman yang mungkin hanya ia tunjukkan ke beberapa orang saja.

"Gue baru bisa dinyatakan sebagai sutradara yang baik kalau evaluasi kita bulan depan baik-baik aja." Leon menjawab dengan canggung. Kisah masa lalu mereka –yang mungkin tidak Sri ingat- cukup untuk membuat Leon tidak nyaman berada di sekitar Sri.

"Tapi gue yakin, kita pasti bisa lebih dari baik-baik aja. Karena ada lo di sini." Sri menyentuh lembut pundak Leon kemudian kembali tersenyum. "Gue cabut duluan."

Leon masih tidak bisa berkata-kata meskipun Sri sudah tidak terlihat lagi olehnya.

"Kenapa lo?" Atha mengibaskan tangannya di depan wajah Leon, karena Leon tidak memberikan tanggapan akhirnya Atha menepuk pundak Leon cukup keras.

"Athaaa." Leon berteriak, kemudian mengelus bagian yang baru saya dipukul oleh Atha.

"Sorry, Kak. Lo kenapa sih bengong?"

"Lo lihat tadi Sri ngajak ngobrol gue?"

"Lihat lah. Kenapa?"

"Gue rasanya seperti baru nonton film horor."

"Kenapa memangnya?"

"Seorang Sri ngajak gue ngobrol loh Atha."

"Sri memang ramah, lo aja belum kenal dia."

"Tapi katanya..."

"Kata mereka yang belum kenal kan? Coba deh lo berteman sama dia. Sri itu baik, ramah dan sangat royal dengan temannya. Makanya dia bisa punya Lovely."

"Oooh gitu. Maaf tapi gue gak tertarik berurusan sama dia."

"Kalian lagi ngomongin apa sih?" Fras datang dengan bungkusan camilan di tangannya dan diikuti Renzo di belakangnya.

"Ini Kak Ros, katanya gak mau berurusan sama Sriracha."

"Gak boleh gitu Kak. Dia kan teman kita juga." Fras masih sibuk dengan cemilan di tangannya.


Rubi memasuki kelas dengan wajah yang sangat cerah dan perasaan yang sangat gembira. Hari ini merupakan hari pengumuman pemenang proyek iklan yang digarap oleh seluruh siswa kelas XI. Beberapa siswi terlihat murung karena ini merupakan pertemuan terakhir mereka dengan Rubi.

"Selamat pagi, hari ini saya akan mengumumkan pemenang proyek iklan yang telah kalian garap. Sesuai janji saya, pemenang proyek ini akan mendapatkan nilai sempurna untuk praktik bahasa. Satu lagi yang membuat saya bangga adalah dua dari lima pemenang berasal dari kelas ini."

Kelas yang tadinya fokus memperhatikan penjelasan Rubi tiba-tiba menjadi riuh penuh dengan sorakan dan tepuk tangan.

"Setelah dilakukan penilaian oleh dosen dan rekan satu tim penelitian kami maka kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi adalah..." Rubi sengaja menghentikan kalimatnya karena ia menikmati ekspesi berharap dari siswa kelas ini.

"Joke Team."

Suara tepuk tangan kembali mengisi ruang.

"Kita menang." Ardi berdiri dari duduknya kemudian menghampiri Renzo dan Fras. Mereka melakukan tos ala anak laki-laki.

Leon dan Vista hanya saling berpandangan kemudian mereka tersenyum dan dengan kompak berbalik.

"Kita menang."

"Gak sia-sia gue mengerahkan kemampuan editing yang cemerlang." Fras berkata-kata sambil kembali menepuk dadanya dengan bangga.

"Selamat untuk Joke Team. Kalau diterjemahkan menjadi bahasa Indonesia kelompok kalian berarti lelucon tapi karya kalian bukan lelucon." Rubi tersenyum menatap satu persatu wajah-wajah bahagia tersebut.

Kemudian pengumuman dilanjutkan. "

Kelompok dengan nilai tertinggi ketiga adalah Kit Kat Team."

"Yeah." Atha mengacungkan tinjunya ke udara kemudian menyisir rambutnya ke belakang "Siapa dulu aktornya? Tentu Carratha Gunandar."

Kemudian seluruh kelas diisi dengan suara tawa dan tepuk tangan.


Lonceng istirahat berbunyi. Seperti sudah menjadi kebiasaan, Atha dan Ardi membawa tempat bekal mereka ke tempat duduk Fras dan Renzo kemudian mereka kembali menyatukan keempat meja dan makan bersama.

"Untuk merayakan kemenangan kita, gimana kalau kita makan-makan?" Fras mengajukan ide dengan antusias.

"Boleh juga tuh." Vista langsung menyetujui ide Fras.

"Lokasinya mau dimana?" Leon menatap teman-temannya satu persatu.

"Di rumah aja ya biar bisa lama-lama." Ardi menyampaikan pendapatnya.

"Di rumah gue aja." Renzo menjawab dengan cepat membuat Leony tersedak.

"Gak salah? Bukannya lo gak suka orang lain main ke rumah?" Fras terkejut kemudian bertanya sambil menunjuk Renzo dengan sendok yang ia pegang.

"Kalian kan bukan orang lain." Renzo menundukkan kepalanya setelah mengatakan hal itu.

"Jadi mereka ini siapa kalau bukan orang lain?" Fras kembali bertanya pada Renzo sambil mengangkat sendoknya dan menunjuk satu persatu orang yang mengelilingi meja itu.

"Teman." Renzo menjawab dengan pelan.

"Akhirnya seorang Renzo bisa mengakui teman." Fras menutup mulutnya karena terkejut setelah mengatakan itu.

"Pokoknya besok pulang sekolah kita makan-makan di rumah gue." Renzo kembali menegakkan kepalanya sebelum mengucapkan hal itu.

"Oke, besok kita makan-makan di rumah Renzo." Vista mengulangi perkataan Renzo untuk mengkonfirmasi pernyataannya.

"Gue boleh ikut?" Atha bertanya sambil memamerkan senyum khasnya.

"Boleh dong. Lo kan teman menang juga, tapi juara tiga hahaha." Fras menjulurkan lidahnya untuk meledek Atha.

Tak lama kemudian sepotong tempe goreng sudah melayang dan mendarat di kepala Fras. Tentu lemparan pembalasan dari Atha. Hal itu membuat meja tersebut dipenuhi tawa.


Senyuman Sriracha Anggraeni yang jarang terlihat.


Terima kasih sudah membaca ;)

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day16

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro