Perkenalan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Mata pelajaran pertama hari ini adalah fisika. Guru fisika ini terkenal dengan keahliannya dalam sepak bola dan kemampuannya yang mudah dekat dengan siswa. Leon sangat bersyukur karena guru fisikanya saat kelas satu tidak mengajar dengan baik. Dalam satu bulan, guru fisika sebelumnya hanya akan masuk satu atau dua kali. Jika beruntung ia akan mengajarkan materi tentang fisika tapi seringkali ia hanya berceramah layaknya sedang dalam acara pengajian. Untuk nilai ujian, seluruh kelas mendapat nilai yang baik karena ujiannya adalah mengumpulkan jurnal harian ibadah. Leon kadang sulit membedakan apakah ia belajar agama atau fisika.

Suara seperti penyiar radio berkumandang di kelas XI IPA 5. Suara tersebut berasal dari seseorang yang memakai seragam cokelat khas ASN yang sudah berdiri di depan kelas.

"Selamat pagi, saya Sunu guru mata pelajaran fisika. Senior kalian biasa memanggil saya Abi."

"Selamat pagi, Pak" seluruh kelas berubah riuh karena antusias.

"Oke untuk hari ini kita tidak akan membahas fisika tetapi kita akan membuat beberapa kesepakatan. Sebelumnya mari kita berkenalan. Ayo kamu silahkan perkenalkan diri." Pak Sunu menunjuk Renzo yang duduk di pojok kelas bagian belakang.

"Saya Pak?" Tanya Renzo sambil mengarahkan jari telunjuk ke depan wajahnya.

"Iya, kamu Renzo." Sontak seluruh kelas melihat ke sudut ruangan itu dengan antusias.

"Saya Renzo Laberdo."

"Kalian wajib menyebutkan nama, asal kelas, hobi dan cita-cita. Posisi berdiri." Pak Sunu melemparkan senyuman hangat khas seorang ayah ke arah Renzo.

Renzo terlihat cukup canggung, kemudian ia berdiri.

"Nama saya Renzo Laberdo, asal kelas X-3, hobi main sepak bola dan main gitar, cita-cita saya hng..." Renzo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kemudian melanjutkan kalimatnya "menjadi polisi."

Pak Sunu menyambut ucapan Renzo yang begitu pelan saat menyebutkan kata 'polisi' dengan tepuk tangan meriah. Setelah melihat yang dilakukan Pak Sunu, seluruh kelas bertepuk tangan dengan meriah. Hal ini membuat wajah Renzo menjadi merah karena malu.

"Renzo Laberdo, saya bangga sama kamu. Kamu aktif di OSIS, tim sepak bola dan kamu salah satu gitaris handal sekolah ini." Pak Sunu kembali tersenyum.

Renzo menundukkan kepalanya hingga tenggelam di antara jaket dan tasnya yang berada di atas meja.

"Selanjutnya." Pak Sunu menunjuk orang yang duduk di samping Renzo.

"Nama saya Deniandra Frasetiadi, biasa dipanggil Fras bukan Pras apalagi mas Pras. Fras. Oke. Asal kelas X-3, hobi tidur dan kadang main bola, cita-cita jadi suami yang baik hehehe....."

Seisi kelas tertawa mendengar tawa Fras.

"Oke Pras," Pak Sunu buru-buru memperbaiki ucapannya setelah melihat perubahan raut wajah Fras, "Fras maksud saya. Saya dengar kamu juga bassis band sekolah."

"Oh iya, saya lupa Pak. Saya satu band sama kampret eh Renzo maksud saya. Posisi saya bassis" Fras menjelaskan sambil tersenyum malu.

"Woooh..." seluruh kelas berseru takjub.

"Ooh jadi mereka satu band dan tadinya satu kelas, pantas kelihatan akrab." Leon berbisik pada Vista.

Vista tidak menaggapi Leon, ia justru terlihat mengamati hal lain. "Eh, itu si Sri ngapain lagi liat Ren sampe gak kedip gitu?"

"Suka mungkin." Leon menjawab santai kemudian membalikkan badan menghadap ke bagian belakang kelas.

Setelah hampir semua laki laki di barisan belakang menyelesaikan perkenalannya, giliran Vista akhirnya tiba.

"Saya Vista Aulia Putri. Asal kelas X1 hobi dance dan gambar. Cita-cita saya arsitek."

"Keren sekali Vista. Kalau saya mau buat rumah bisa dong dibuatkan design sama kamu?" Pak Sunu antusias menanggapi.

"Siap, Pak" jawab Vista dengan senyum mengembang diwajahnya.

"Saya Leony Adiandra Rose. Asal kelas X-1, hobi membaca buku, cita-cita guru."

"Ngibul tuh, Kak Ros hobinya marah" tukas Kiki berdiri dari duduknya.

"Tak mau lah punya guru macam Kak Ros. Takuuut." Hiyo melanjutkan pernyataan Kiki dengan logat melayu yang dibuat-buat.

Pak Sunu hanya tertawa. "Kak Ros bisa jadi pemimpin yang baik. Ditahun pertama kamu sudah mewakili sekolah mengikuti pelatihan Paskibra, kamu juga ketua organisasi di luar sekolah dan sekarang kamu bendahara kelas." Pak sunu mengakhiri kalimat dengan senyum khasnya.

"Saya Carratha Gunandar. Asal kelas X-6 , hobi sepak bola, cita-cita guru."

"Woooh" seluruh kelas bersorak, bukan karena Atha yang mengibaskan rambut saat menyelesaikan kalimatnya tapi karena cita-citanya yang diluar dugaan.

"Atha, salah satu pemain andalan di tim sepak bola sekolah mau jadi guru, guru apa kira-kira?"

"Fisika, Pak."

"Wooh" kelas kembali riuh.

"Luar biasa. Saya harap kamu bisa meraih cita citamu. Saya dengar dulu kamu terkenal sebagai vocalist band saat SMP, apa benar?"

" Hng..hng.." Atha terlihat kebingungan.

"Oh jelas Pak, dia juga jago main instrument. Dia bisa main gitar, bass, piano, dan drum. Dia sering tampil diacara sekolah" jawab Dini antusias.

Atha kembali duduk dan wajahnya berubah merah. Atha jelas merasa malu karena menurutnya selain kemampuan Fisika dan sepak bola yang lainnya hanya hal biasa saja.

"Perkenalkan nama saya Jian Lazuardi, biasa dipanggil Ardi, tapi panggil Jian juga ndak apa-apa. Asal kelas X-1. Hobi main alat musik dan menari. Cita-cita saya jadi seniman." Seisi kelas riuh karena logat bicara Ardi yang terdengar lucu. Suaranya begitu keras tapi tutur katanya lembut. Perpaduan sempurna dari keturunan jawa yang sudah besar di Sumatra.

"Seniman, saya harap kamu bisa jadi salah satu seniman yang bisa membanggakan Indonesia. Selanjutnya" Pak Sunu menunjuk Sri yang terlihat sudah sibuk menghapal perkenalannya sejak Atha memperkenalkan diri.

"Saya Sriracha Anggraeni, panggilan Acha. Ya walaupun gue lebih terkenal dengan nama Sri, gue harap kalian panggil gue Acha. Asal kelas X-5. Hobi gossip, cita-cita artis."

"Wooh" tidak seperti sebelumnya suara riuh kali ini seperti sorakan yang dilakukan oleh penonton bayaran.

Satu persatu siswa memperkenalkan diri. Terakhir perkenalan dari Prana yang duduk tepat di depan meja guru.

"Saya Pranata Febryan. Asal kelas X-1. Hobi belajar dan cita-cita dokter"

"Oke pak ketua kelas. Kelas ini dipenuhi anak anak unik dan berbakat. Dari semua kelas yang saya masuki, kelas ini yang paling menarik."

Begitu Pak Sunu mengakhiri kalimatnya, bel istirahat berbunyi.




Terima kasih sudah membaca ;)

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day9

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro