Siapa Dia?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah bel tanda masuk berbunyi, seorang guru yang mengenakan seragam batik memasuki kelas XI IPA 5. Guru tersebut tersenyum sambil mengedarkan pandangan ke seluruh kelas.

"Selamat pagi anak-anak. Saya Yesnety guru mata pelajaran Pkn. Saya akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun ke depan."

"Selamat pagi, Bu." Seluruh kelas menyambut salam dengan semangat.

"XI IPA 5 merupakan kelas yang berisi banyak siswa berpengaruh di sekolah. Ibu melihat banyak calon pemimpin di kelas ini." Bu Yesnety kembali mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas kemudian tersenyum. "Jadi siapa kira-kira yang akan jadi ketua kelas?"

"Prana, Bu." Seluruh kelas kompak satu suara untuk memilih Prana menjadi ketua kelas. Prana terpilih menjadi ketua kelas karena ia dikenal sebagai anak yang pendiam dan pintar. Satu alasan lain adalah agar ia tidak mempersulit saat ada tugas. Sebagai ketua kelas yang baik tentu ia akan membantu menaikkan nilai rata-rata kelas dengan memberi contekan.

Setelah pembentukan pengurus kelas, kegiatan selanjutnya adalah bersih-bersih kelas. Selama kegiatan bersih-bersih Leon hanya duduk di kursi guru dan membagi tugas untuk teman-temannya.

"Kan yang ketua kelas gue, kenapa lo yang mengatur semua?" protes Prana yang masih memegang sapu dan serokan sampah.

"Prana ku sayang, kalo kamu yang atur mereka nih ya manusia semacam Hiyo, Catur dan ..." Leon mengerjapkan mata beberapa kali karena melihat Ren sedang membersihkan kaca jendela. "Sejak kapan anak itu jadi penurut?" Leon seperti melihat keajaiban, dengan kondisi saat ini seharusnya anak seperti Ren pasti sudah berada di kantin. "Itu si Ren sejak kapan di situ?" Leon bertanya karena meragukan penglihatannya.

"Dia sudah di situ dari tadi Leon" jawab Vista yang berada di sisi kanan Leon sambil memegang kemoceng.

"Tumben." Leony masih tidak percaya.

"Untuk yang satu itu gue akui, kemampuan lo buat mengatur orang oke lah. Tapi bisa gak LA menyingkir dari situ. Gue mau nyapu."

"Oh iya sorry." Leon beranjak dari tempat duduknya. Leon kemudian mengambil penghapus papan tulis dan membersihkan papan tulis yang sebenarnya sudah bersih. Sesekali Leon melihat kearah Ren yang masih membersihkan kaca jendela.

Leon masih ingat dengan jelas beberapa bulan yang lalu Ren diseret ke ruang BK karena berkelahi, tapi sekarang Ren yang dilihatnya seperti sosok yang berbeda. Terutama saat ia tersenyum pada Fras yang juga membersihkan kaca. Mereka terlihat akrab.

Leon jadi teringat kata penulis favoritnya " Tidak ada yang benar-benar jahat dan tidak ada yang benar-benar baik. Orang yang jahat bisa jadi tidak jahat jika kita melihat dari sudut pandangnya."

Ren mungkin bukan orang jahat, hanya saja ia sedikit kasar atau bisa saja bukan dia yang memulai perkelahian itu. Kenapa jadi mikirin Ren?

"Leon, uy. Leon." Vista menggerak gerakkan tangannya di depan wajah Leon. Leon tidak memberi respon.

"Leoooooon." Vista berteriak tepat di telinga kiri Leon.

"Astaga, apasih Vista?"

"Ayo ke kantin."

"Gue ke kantin sama Jinda deh ntar. Lo duluan aja."

"Oke deh."

Seluruh anggota geng Leon sudah berkumpul di bawah pohon beringin. Konon katanya pohon beringin ini sudah ada sejak sekolah belum dibangun. Pohon beringin ini menjadi saksi bisu dari sekian banyak kisah yang terjadi di sekolah.

"Gue sama Indra sekelas dong, keren kan?" kata Yessa.

Leon, Jinda, Dika dan Indra hanya saling memandang.

"Udah tahu kali." Jinda menjawab sambil menggelengkan kepala.

"Kalian tau Renzo gak? Dia orangnya gimana sih?"

"Renzo Laberdo, dia anak baik hanya saja orang suka salah paham sama sikap dinginnya. Dia juga jago main bola dan akhir-akhir ini dia gabung di klub seni bimbingan Bunda. Dia juga personil band sekolah" jelas Dika.

"Gitaris" tambah Jinda.

"Kalian tau? Kok gue tahunya dia anak OSIS yang masuk lewat jalur KKN karena gue denger dia sama Edo sahabatan. Terus band sekolah? Kayanya gue gak pernah lihat dia tampil" protes Leon.

"Kak Ros jangan bilang kakak suka sama dia?" Tanya Indra menyelidik.

"Gak mungkin, Kak Ros pasti cuma kepo aja." Yessa menjawab dengan cepat lalu merangkul Leon.

"Iya gue kepo doang."

"Satu info lagi. Dia diajuin jadi duta anti narkoba sama divisinya." Kata Dika sambil membalik lembar buku yang dibacanya.

"Kok kalian tau?" Tanya Yessa dengan wajah polos.

"Kita kan anggota OSIS juga Yessa" jawab Jinda mulai kesal.

"Aw.., Dika coba sih pacar lo dibuat jinak dulu" Yessa meringis kesakitan karena kakinya diinjak oleh Jinda dengan sengaja.

Leon hanya tertawa melihat tingkah teman temannya.





Terima kasih sudah membaca ;)

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day8

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro