Sriracha Anggraeni

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Seorang gadis cantik dengan rambut hitam panjang dan aura yang terlihat gelap terlihat sedang berdiri di depan pintu kelas X-3 dengan beberapa temannya.

"Sri..." Seorang gadis dengan wajah polos berlari ke arahnya.

"Acha, bukan Sri." protesnya pada gadis itu.

"Terserah. Nama lo kan Sriracha, suka-suka gue dong mau panggil Sri atau Acha. Karena Sri lebih lokal jadi gue lebih suka manggil lo dengan nama itu."

Sri mendengus kesal. "Oke, jadi kenapa?"

"Ya karena gue suka aja manggil lo Sri."

"Astaga Alya, gue itu tanya kenapa lo sampe lari lari bukan kenapa lo manggil gue Sri."

Jika saja Alya bukan salah satu rekan kepercayaannya, Sri mungkin sudah meninggalkannya saat Alya memanggilnya Sri.

Bukannya Sri tidak mengakui namanya, tapi nama Sri sudah cukup pasaran dan tidak modern. Sri seringkali menghilangkan nama depannya saat perkenalan. Sri memiliki gengsi yang tinggi apalagi terkait eksistensinya di dunia pergosipan. Tapi apalah daya seantero sekolah sudah mengenalnya sebagai Sri dibanding Acha yang menurutnya lebih cocok untuknya.

"Haduh gue lupa Sri, apa ya tadi?" Alya mulai meremas remas tangannya.

"Kenapa Alya?" Tanya Sri sekali lagi.

"Devi mau dilabrak sama kakak tingkat, masalah Kak Ali. Katanya tuh kakak tingkat pacarnya Kak Ali. Kan lo tau kalo Devi sama.." Alya belum menyelesaikan ceritanya tetapi Sri sudah menginterupsi.

"Kumpulin anak- anak sekarang!"

" Eh, iya. Siap." Alya langsung berlari ke kelas lain.

Sri duduk di taman sekolah menunggu rekan- rekannya. Mereka tidak bisa disebut teman, karena mereka terhubung oleh pergosipan. Rekan adalah kata yang cocok untuk menggambarkan sekumpulan anak ini. Sri adalah ketua Lovely. Anggota Lovely adalah mata-mata yang bertugas mengumpulkan informasi yang akan menjadi hot news. Jaringan mereka terbentuk seperti MLM jadi tidak ada jumlah pasti untuk geng ini.

Beberapa siswi berkumpul di depan Sri dan siap menunggu perintah. Tentu saja Alya ada diantara mereka. Begitu Sri berdiri seluruh anggotanya mengikutinya. Mereka berjalan menuju kelas X-6 tempat Devi berada.

Benar saja beberapa kakak kelas sudah ada di depan pintu X-6.

"Maaf cari siapa ya?" Tanya Sri dengan nada sarkastik.

"Oh jadi anak ini minta bantuan lo semua?" Gadis itu meninggikan suaranya.

"Maaf ya kak. Tapi berhubung lo lebih tua," Sri menekankan pada kata 'tua' yang terdengar seperti ejekan "seharusnya lo kasih contoh yang baik dong buat adik kelasnya." Sri tersenyum sinis pada gadis itu.

"Gue gak ada urusan sama lo. Devi harus tahu akibatnya." Wajah gadis itu sudah memerah, kemudian ia menarik tangan Devi dengan kasar.

"Dian Larasati, kalo lo berani menyentuh Devi gue gak akan tinggal diam. Sekedar info, meskipun gue terlihat lembut dan cantik tapi gue jago karate. Ya daripada kita menyelesaikan masalah ini dengan kekerasan lebih baik lo introspeksi diri deh."

Dian hanya bisa terdiam mendengar kata kata Sri.

"Oke kalo lo gak bisa mencerna kata-kata gue, nanti gue jelasin sama Ali biar dia tahu perbuatan lo."

"Temen lo yang sok cantik ini merayu pacar gue." Dian menarik rambut Devi dengan kasar.

"Oke kalo lo mau main kasar." Sri menyeringai.

Tak butuh waktu lama untuk Sri melumpuhkan Dian dan teman temannya. Sri melumpuhkan Dian bukan dalam arti sebenarnya. Sri hanya memberikan beberapa pelajaran kecil untuk Dian. Akhirnya Dian dan teman temannya meminta maaf pada Devi, meskipun tidak terdengar tulus. Bagi Sri hal terpenting adalah keselamatan anggotanya.

"Ini akan jadi highlight gosip besar untuk hari ini, tolong jangan dibesar besarkan ya. Gue males masuk BK." Sri berjalan santai melewati kerumunan siswa yang menonton. Gerakan Sri membuat kerumunan itu terpecah menjadi dua untuk memberikan jalan bagi Sri.




Terima kasih sudah membaca J

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day6

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro