Chapter 3 Bersiap Menjamu Tamu Penting

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Masih ada waktu sekian menit yang bisa digunakan Enha untuk mengecek ponsel, sebelum bersiap memasukkan stok perhiasan ke brankas. Enha membuka aplikasi WA dan mendapati pesan chat masuk dari kakak ipar.

"Kalau sudah pulang kerja, tolong bantu kakakmu menyiapkan makan malam. Aku datang bersama seorang tamu penting dan harus menjamunya dengan baik. Kami sebentar lagi sampai ke rumah. Posisi kami saat ini sudah melewati pabrik kertas Pura Grup."

Enha mendesah pelan usai membaca pesan chat masuk WA tersebut.

"Sudah gilakah? Kakak ipar menyebut laki-laki yang mau dikenalkan kepadaku itu sebagai tamu penting? Heol. Yang benar saja!" tandas Enha dalam hati.

Setengah jam berlalu sepulang dari tempat kerja. Tepat pukul setengah enam petang. Enha sibuk dengan kegiatannya beres-beres ruang makan. Mulai dari mengelap meja kursi makan, menyiapkan sekaligus membersihkan tumpukan beberapa piring dan juga peralatan makan yang lain seperti sendok, garpu dan tak tertinggal pula sumpit.

Ketika kegiatan perempuan itu hampir selesai, Enha tiba-tiba merasa masih ada yang kurang. Enha mengetuk dagu fokus berpikir apa yang masih belum dilakukannya. Kedua mata Enha mengarah ke meja makan yang masih telanjang bulat. Perempuan itu baru tersadar dirinya belum memasang taplak meja makan.

Enha hendak bergegas meninggalkan ruang makan untuk menuju ke sebuah sudut ruangan, tempat di mana lemari penyimpanan berada. Tubuh perempuan itu nyaris bertubrukan dengan Jiha, andai kedua langkah kakinya tidak direm kuat-kuat.

"Jangan muncul tiba-tiba sembarangan, dong!" tukas Enha sewot.

"Ini, 'kan, yang kamu butuhkan? Aku tahu kamu lupa ambil," ucap Jiha dengan nada santai sambil mengulurkan taplak meja makan kepada Enha.

Enha meraih uluran taplak meja makan tersebut dari tangan Jiha sambil mengucapkan rasa terima kasih.

"Bagaimana menurutmu?" Jiha bersuara kembali. Tiba-tiba perempuan itu menanyakan pendapat kepada Enha.

Enha yang sudah beraktivitas memasang taplak meja makan, sontak menanggapinya dengan datar. "Apanya?"

"Kenapa bertanya apanya? Kamu tidak lihat status WA yang diunggah kakak iparmu?" tanya Jiha tidak habis pikir.

Enha mencoba untuk mengingat sesuatu. Sebelum benar-benar beranjak meninggalkan toko, Enha memang sempat mengintip sebentar status WA yang diunggah kakak iparnya. Dalam status WA tersebut, tampak gambar foto sosok seorang laki-laki yang mana wajahnya ditutupi stiker emoji tawa. Itulah yang sekelebat muncul dalam memori kepala Enha.

"Bagaimana aku bisa menilai kalau wajahnya saja ditutupi stiker emoji tawa begitu?" tukas Enha sewot.

"Mungkin memang sengaja dibuat begitu biar jadi kejutan buat kamu," timpal Jiha yang asal menjawab.

Enha sontak makin sewot. Perempuan itu lantas mengatakan sesuatu dengan nada kurang bersahabat. "Kalau begitu tanya pendapatnya itu nanti! Astaga. Kalian memang benar-benar pantas berjodoh. Soalnya sama-sama konyol!"

Merasa pekerjaan bantu-bantunya sudah beres, Enha lantas main pergi meninggalkan Jiha seorang diri di ruang makan. Sambil memandangi punggung sang adik perempuan yang bergerak makin menjauh, Jiha bergumam pelan seorang diri.

"Tiap kali dengar kata-kataku, anak itu pasti jadi super sensitif begitu. Aku harus bagaimana, dong? Mungkin lebih baik aku diam saja."

Di dalam kamar tidur, Enha telah kelar berbenah diri. Hanya tinggal bersolek saja. Dengan mengenakan dalaman kaos polos putih lengan pendek dirangkap kemeja biru navy lengan panjang motif flower kecil-kecil, yang mana keseluruhan kancingnya dibiarkan terbuka semua, dipadu padan celana denim hitam selutut, Enha memandangi pantulan dirinya sendiri di depan sebuah cermin meja rias.

Perempuan itu lantas bergegas mendempul wajah dengan bedak padat yang ringan dan cerah. Tak tertinggal pula bibirnya dipoles dengan matte lipstik warna peach. Usai merias, giliran perempuan itu menyisir rapi rambut hitam panjang sebahu yang dibiarkan tergerai.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara ketukan yang berasal dari pintu kamar tidur Enha. Enha sama sekali tidak menyahut dari dalam karena sudah tahu kalau itu pasti Jiha. Pintu kamar tidur pun berderit dan terbuka makin lebar.

Jiha menampakkan diri kemudian berseru riang usai melihat penampilan Enha. "Nah, gitu, dong! Kamu mesti sering-sering bersolek biar cantiknya kelihatan seperti saat ini."

"Kalau bukan demi kalian, aku ogah melakukan beginian," tandas Enha.

"Masa, sih, terpaksa begitu?" sergah Jiha.

Enha sama sekali tidak kepikiran kata-kata yang bisa dipakai untuk mendebat Jiha. Yang ada justru perempuan itu menanyakan maksud tujuan Jiha datang menyambangi kamar tidurnya.

"Aku cuma mau kasih tahu kamu untuk cepat bersiap ke ruang tamu, menyambut kakak iparmu yang datang bersama tamu pentingnya itu," ungkap Jiha memberi tahu.

"Kamu duluan sana, gih! Entar aku menyusul," timpal Enha.

"Buruan, ya! Tidak pakai lama. Duh! Aku makin tidak sabar ingin cepat melihat bagaimana rupa tamu pentingnya itu," komentar Jiha antusias sambil menutup kembali pintu kamar tidur Enha.

Enha hanya mengembuskan napas pendek melihat tingkah kakak perempuannya. Perempuan itu selangkah lagi menginjakkan kaki di ruang tamu. Namun, Enha tidak serta merta menampakkan diri. Perempuan itu menyembunyikan diri untuk beberapa saat di balik bufet yang bersisian dengan dinding pembatas antara ruang keluarga dan ruang tamu.

Enha mencuri dengar percakapan antara ketiga orang yakni Jiha, kakak iparnya dan tamu penting tersebut. Perempuan itu bahkan sesekali sedikit melongokkan kepala untuk sekadar mengintip ke arah ruang tamu.

"Mana Enha? Kenapa dia tidak ada di sini sekarang?"

Kedua mata Enha membulat lebar ketika mendengar namanya disebut oleh kakak ipar yang mempertanyakan soal keberadaannya kepada Jiha. Jiha lantas menjawab pertanyaan suaminya, "Dia sedang bersiap beberapa saat yang lalu, tapi aku sudah minta dia untuk bergegas kemari. Sebentar lagi dia pasti muncul ..., atau kalau misal tidak berkenan menanti, aku panggilkan dia."

"Tidak perlu. Aku sudah ada di sini."

Enha menyahut dari tempatnya menyembunyikan diri. Enha melangkah gugup menampakkan diri untuk lekas berbaur dengan kakak perempuan serta kakak iparnya dan tamu penting tersebut petang itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro