Eighth Year

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tahun kedelapan

16 Mei 20xx

Haaahh ... sudah cukup lama aku tidak menulis di sini. Sudah satu tahun mungkin. Ah, sungguh cepat waktu berlalu.

Hari ini cuacanya cerah dan aku suka! Bunga tulip berwarna merah muda sudah tumbuh dengan sempurna di halaman depan apartemenku. Hmm, sepertinya aku akan memetik beberapa saat keluar nanti.

Akhir-akhir ini, aku selalu memikirkan satu hal. Berlibur. Aku ingin sekali berlibur di musim semi ini.

Sepertinya, minggu depan aku akan pergi ke Pulau Jeju untuk mengistirahatkan pikiranku di sana. Aroma bunga, semilir angin laut, hingga makanan-makanan uniknya telah membuat hatiku menjerit agar segera membawanya ke sana.

Ah, tapi apa boleh buat, untuk kali ini, sepertinya aku harus bersabar dulu. Masih ada banyak tugas yang diberikan dari kantor pusat untuk kukerjakan. Tangan, mohon bantuannya!

Ah iya, aku memang baru saja pindah ke Korea Selatan di bulan Januari kemarin. Kantor pusat menyuruhku untuk mendokumentasikan semua festival, acara, dan kebudayaan yang ada di negara ini untuk satu tahun ke depan.

Ya, memang berat, namun hasilnya setimpal dengan upah yang kelak akan mereka bayarkan kepadaku.

Awalnya, aku tidak sanggup untuk berpisah dengan Ibu dan adikku yang masih berada di Jepang. Ibu bahkan menahanku agar tidak pergi ke negara itu. Tapi bagaimana lagi, ini juga untuk kebaikan kami semua.

Ia marah dan kecewa kepadaku. Wanita itu berkata bahwa aku tidak seharusnya pergi meninggalkan wanita tua sepertinya seorang diri.

Padahal, masih ada kakakku di Jepang. Dia juga selalu mengunjungi Ibu setiap minggu. Jadi, apa yang salah?

Setelah kuyakinkan bahwa aku hanya akan menetap di sana selama satu tahun, akhirnya ia mengizinkanku untuk pergi. Adikku, yang awalnya melarangku untuk pergi, malah meminta banyak oleh-oleh dariku ketika pulang nanti. Minta dibelikan album dari salah satu grup band terkenal, katanya. Ah, sepertinya dia memang sudah cinta mati dengan grup-grup di negara ini.

Cinta mati ....

Sama sepertiku, sepertinya. Haha.

Aku meninggalkan Jepang diiringi dengan tangisan beberapa kerabatku. Selama satu tahun, aku tidak akan bertatap muka secara langsung dengan mereka. Ah, menyesakkan, namun inilah jalan yang harus kuambil. Aku bahkan masih ingat, pada hari yang mendung itu, aku memeluk ibuku sekuat tenaga sebelum memasuki ruang tunggu bandara. Kami berdua menitikkan air mata dan suasana menjadi haru biru.

Tapi sekarang, aku sudah kuat! Aku tidak lagi merasa sedih dengan jarak yang memisahkan kami. Lagipula, setiap hari, aku selalu mengirimi mereka surel tentang kabarku di sini. Keluarga sama seperti cinta. Seberapa jauh pun kau pergi, benang merah yang mengikat di jarimu pasti akan menuntunmu untuk kembali.

Ah, sepertinya aku meracau lagi.

Ngomong-ngomong, aku jadi kembali teringat tentang si Nyonya Musim Semi. Di mana dia sekarang? Bagaimana kabarnya? Apakah dia sudah menemukan pendamping di usianya yang sudah matang ini?

Bagaimana pun juga, jauh di dalam lubuk hatiku yang egois, aku berharap agar dia belum menemukan jodohnya. Katakanlah aku sebagai seorang penjahat, kriminal, atau orang egois, namun aku tidak peduli. Aku mencintainya!

Jadilah, pada tahun kedelapan ini, aku kembali menulis surat untuknya, membubuhkan nama 'Tuan Musim Semi' di amplopnya, dan mengirimkannya ke alamat yang sama dengan tahun kemarin.

Namun, masih belum ada balasan darinya.

Tbc.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro