Ninth Year

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tahun kesembilan

16 Mei 20xx

Oh, halo! Sudah satu tahun aku tidak menulis di buku ini. Buku diari tua ini bahkan baru kutemukan kemarin pagi saat sedang membongkar koper.

Hari ini cuaca terik, padahal musim panas baru dimulai satu bulan lagi. Ah, cuaca memang sedang kacau belakangan ini.

Bunga tulip bermekaran di jalanan ketika aku pergi ke minimarket tadi. Tempat ini, kota ini, lingkungan sekitar perumahan ini mengalami perubahan yang lumayan besar sejak tahun kemarin.

Taman kota dan tempat bermain baru-baru ini dibuka di atas bekas kawasan pabrik kertas. Perusahaan mereka mengalami kebangkrutan, dan pemerintah kota memutuskan untuk meratakan bangunan itu dan menyulapnya menjadi sebuah taman. Langkah yang bijak dan cukup pintar menurutku.

SMU lamaku juga baru selesai direnovasi beberapa minggu yang lalu. Sekarang, sekolah itu terlihat seperti baru dibangun. Padahal, aku lulus dari tempat itu tujuh tahun yang lalu. Adikku mengikuti jejakku dan bersekolah di sana. Sepertinya, keluarga kami memang ditakdirkan untuk bersekolah di sekolah yang sama sejak zaman kakak perempuanku.

Ah, betapa cepat waktu berlalu. Aku masih mengingat jelas wajah-wajah teman sekelasku saat mengambil foto kelulusan dulu. Saat-saat menyenangkan yang hanya bisa kukenang dan tak bisa kuulang lagi sampai aku mati sekali pun.

Orang-orang datang dan pergi. Tetanggaku, Nyonya Daisuke, pindah rumah pada bulan Januari kemarin karena suaminya sudah meninggal dunia dan kondisinya juga sudah tidak memungkinkan lagi untuk tinggal sendirian. Ia pindah ke rumah anaknya di desa dan sering kali mengirimi kami keju buatan sendiri dari peternakan. Cih, aku tiba-tiba jadi merindukan senyum ramah wanita paruh baya itu ketika sedang menyapu halaman.

Yah, begitulah. Banyak sekali hal yang berubah di kota ini. Tapi, aku berharap bahwa perubahan ini tidak perlu ditambah lagi. Aku ... kurang menyukai perubahan. Aku masih nyaman berada di dalam zona kecilku dan aku tidak mau mengubah lingkaran ini menjadi sebuah segitiga.

Ah, ya, aku akhirnya pulang dari Korea! Sungguh, itu adalah salah satu pengalaman paling menyenangkan yang pernah kurasakan selama dua puluh empat tahun sejak aku mulai bernapas. Aku jadi bisa mengenal orang-orang baru, mendapat banyak pengalaman berharga, dan mengetahui akan ke mana hidup ini kubawa.

Dunia itu luas, namun juga sempit. Sebuah paradoks yang kuciptakan ketika menetap di tempat itu selama satu tahun. Aku tidak bisa menjelaskannya, padahal aku lulusan terbaik dari jurusan sastra Jepang.

Aku kembali ingat masa-masa ketika aku pulang ke Jepang. Ibu adalah orang pertama yang memelukku, orang pertama yang menangis terharu ketika bisa melihatku kembali dengan selamat, dan orang pertama yang berbicara denganku ketika kembali ke Jepang.

Setelahnya, coba tebak? Ia mengajakku dan Adik ke restoran keluarga dan mengizinkanku memesan makanan apa saja yang kumau. Dia terlalu baik kepadaku. Dia adalah wanita tegar dan mampu selalu tersenyum walau hanya ditemani oleh adik perempuanku yang masih SMU. Aku menyayangi mereka berdua!

Ya, begitulah. Jarang sekali aku menulis hal-hal menyenangkan di buku ini. Lagipula, aku tidak tahu lagi harus menulis apa. Jadi ya sudah, hanya ini saja yang bisa kutulis.

Dan tentang gadis yang menjadi cinta pertamaku delapan tahun yang lalu ... aku tidak bisa mengusirnya dari pikiranku. Aku selalu memikirkannya hampir setiap hari. Ah, aku masih mencintainya rupanya.

Aku membayangkan apa yang sedang dilakukannya ketika aku menulis diari ini. Apakah ia bahagia di sana?

Ah, 'di sana'-nya saja aku tidak tahu jelas di mana. Aku bahkan selalu berpikir bahwa surat yang aku kirimkan beberapa tahun belakangan merupakan tindakan yang sia-sia saja. Bisa saja itu bukan rumahnya lagi, kan? Tapi, asalkan tidak ada surat protes yang dikirimkan balik ke alamat rumahku, aku akan tetap mengiriminya surat.

Aku akan tetap mengiriminya surat sampai ia membacanya dan mengirim balasan kepadaku.

Dan tahun ini pun, aku kembali mengiriminya surat. Aku menyapanya, memberikan ajakan berteman untuknya, dan menyebut diriku sebagai Tuan Musim Semi di sana. Balaslah! Balaslah! Balaslah!

Namun, coba tebak? Hingga kini, masih belum ada balasan darinya.

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro