Sixth Year

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tahun keenam

16 Mei 20xx

Hari ini sangat cerah. Sungguh, cerahnya hari ini tidak main-main. Matahari bersinar terik dan awan-awan berjalan pelan di langit. Bunga daffodil tumbuh liar dan menjamur di jalanan depan rumah hingga wangi manisnya tercium sampai ke sini. Ah, hari ini sungguh indah.

Oh, ya. Hei, sudah lama aku dan buku ini tidak bertatap muka. Umm ... kurang lebih sudah hampir satu tahun sejak terakhir kali aku membuka dan menulis di buku ini. Sudah lima tahun dan jumlah lembaran kertas di buku ini masih sangat banyak.

Baiklah, sepertinya, mulai saat ini aku akan lebih sering menulis di buku ini. Aku masih tidak rela untuk menyia-nyiakan uang lima ratus yenku kepada laki-laki tua di toko kelontong dulu. Ah, sial. Wajah culasnya terbayang-bayang lagi saat aku menulis kalimat ini.

Tidak ada banyak hal yang berubah satu tahun belakangan ini. Aku masih aktif menulis puisi hingga kujadikan sebagai pekerjaan paruh waktu. Rui masih sering mengajakku berjalan-jalan. Melewati jembatan, melintasi gunung, hingga menyeberangi lautan. Ah, berkatnya, pengalaman berhargaku makin bertambah.

Ah, aku lupa. Satu tahun terakhir ini merupakan tahun yang baik bagiku. Ada sebuah agensi surat kabar yang menawariku untuk menjadi jurnalis tetap mereka dan tentu saja, aku langsung menerimanya! Kesempatan langka seperti ini tidak boleh disia-siakan. Rencananya, setelah aku menyelesaikan kuliah ini pun, aku akan menjadi jurnalis tetap di sana.

Ya, hanya itu perubahan yang terjadi. Selebihnya normal. Terlalu normal, malah. Akun sosial mediaku masih dibanjiri ribuan penggemarku, teman dan relasiku masih aktif melakukan kontak denganku, dan keluargaku aman-aman saja. Kakak iparku malah menjadi penggemar dari karya tulisku saat ini.

Ah, sepertinya aku harus lebih banyak bersyukur kepada hidup....

Saat membuka buku diari ini, semua kenanganku rasanya seperti mendobrak untuk keluar agar kembali diingat olehku. Dan ya ... aku kembali mengingat semuanya. Aku tidak menyangka bahwa aku akan menjadi segila ini di tahun pertama. Tulisanku rasanya benar-benar buruk jika dibandingkan dengan sekarang. Aku merasa geli sekaligus lucu. Ha ... aku pernah berada di masa-masa remaja labil rupanya.

Tahun kedua dan ketiga juga rasanya tidak ada bedanya. Aku bahkan sempat berpikir bahwa aku yang dulu dan yang sekarang merupakan dua kutub yang berbeda. Kenyataannya, tulisan-tulisan itu dibuat oleh orang yang sama dengan orang yang menulis di buku diari ini pada tahun keenam.

Tentu saja itu aku!

Ah, setelah membuka-buka tulisanku dari awal, aku kembali teringat dengan gadis dari kelas sebelah, gadis yang kusebut-sebut sebagai nyonya musim semi, dan gadis yang membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya.

Aku merindukannya. Aku merindukan masa-masa SMU-ku dulu ketika aku masih bisa melihatnya berjalan di koridor sekolah, masa-masa ketika aku bisa menyorakinya diam-diam saat festival olahraga berlangsung, dan masa-masa di mana hatiku selalu berdebar-debar ketika bertukar pandang secara tidak sengaja dengannya.

Jujur, aku kini menyesal. Andai saja dulu aku tidak menjadi pengecut dan menyampaikan perasaanku lewat surat, aku pasti sudah berteman dengannya. Tapi mau bagaimana lagi ... air yang sudah jatuh dari baki tidak bisa kembali ke baki itu lagi, bukan?

Baiklah, untuk mengobati rasa sesalku, aku akan mengiriminya surat lagi! Aku mulai menulis tentang semua kesanku satu tahun belakangan ini dan juga mengenai tawaranku agar bisa berteman dengannya.

Tuhan, tolong aku agar bisa mendapat balasan darinya!

Namun nyatanya, hingga saat ini, masih belum ada balasan darinya.

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro