Bab 6-B

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Training

Tubuh-tubuh cokelat kenari yang licin oleh keringat, melakukan pemanasan di lapangan, di bawah matahari yang saking teriknya seperti sedang memberi hukuman bagi apapun yang ada di bawahnya, memberikan penderitaan dengan gelombang panas yang berkepanjangan. Para prajurit berpundak lebar, mengenakan tunik yang berat demi mengurangi kerusakan yang akan diterima oleh bagian terlemah mereka, mau tua atau pemuda yang belum berjenggot, dengan betis tebal oleh gurat-gurat otot, mengayunkan pedang dan tombak sampai hitungan seribu atau tak terhingga, sampai sang komandan mengangkat tangannya untuk menghentikan latihan mereka.

Vil yang menjadi salah satu prajurit kavaleri yang berpangkat cukup tinggi pun tidak bisa kabur dari latihan neraka itu. Entah sudah berapa banyak sumpah serapah yang dia lontarkan di dalam hati, mungkin sebanyak ayunan pedangnya yang menyayat, menusuk, dan menghantam angin kosong di depannya. Dia memang pernah memerankan seorang prajurit perang di salah satu pentasnya, tapi dia tidak pernah harus melakukan kegiatan berat dan penuh dengan bau asam dan lengket di sekujur tubuhnya. Pemuda itu pun sempat jijik dengan dirinya sendiri, meski itu berarti dia telah menyindir tubuh perkasa milik Silver.

Latihan itu pun berakhir pas sebelum lonceng makan siang dikumandangkan. Tapi penderitaan Vil belum berakhir di situ saja.

Dia hanya mempunyai waktu tiga menit untuk melahap roti gandum keras dan satu gelas air tawar, kemudian membasuh badannya dengan air sungai yang cukup menyegarkan, dan bergegas mengenakan baju perang paling megah yang mempertegas bahwa dirinya adalah ksatria papan atas. Tugas harian yang harus dia lakukan pun menunggu; yaitu mengawal komanda Cromwell dalam perjalanan darat, melintasi pedesaan, dan kembali ke posko sebelum matahari terbenam.

Di kepala barisan, Cromwell mendiktekan perintah-perintah kepada prajurit pembawa pesan yang lantas memacu kudanya lebih cepat dan pergi berkeliling ke berbagai penjuru desa. Vil sejenak menunduk memandangi tali kekang dari kulit yang dia genggam di kedua tangan.

Rencananya bersama Philip tidak boleh sampai gagal. Entah apakah tindakannya akan mempengaruhi sejarah atau tidak, intinya dia harus bertahan hidup di lingkungan yang serba terbatas itu. Dia bukan lagi Vil sang aktor yang serba bisa dan serba mampu. Dia sekarang adalah Sliver yang bisa mati kapan saja jika dia gegabah sedikit saja dan Vil tentu tidak menginginkan hal itu.

Tidak ada yang bisa menjamin jika dia bisa kembali ke tubuhnya jika Silver mati sekarang. Bisa saja dia pun akan ikut mati bersamanya. Sudah terjebak di dalam tubuhnya, masa Vil juga harus menanggung beban yang paling tidak bisa dihadapi siapapun? Tidak, Vil akan berusaha mati-matian untuk bisa bertahan dan menemukan cara untuk kembali ke masa yang seharusnya.

Ketika sang pembawa pesan itu kembali ke dalam barisan, Cromwell dengan kuda yang dia tunggangi maju menuju hutan. Vil mengarahkan kudanya untuk berjalan di sisi kiri komandannya, namun seseorang segera menyelipnya dan membuat kuda putih milik Vil meringkih kaget.

"Apa-apaan itu! Anda hampir membuatku terlontar dari tungganganku!" kata Vil ketus. Sampai sekarang dia heran, mengapa semua prajurit tidak memiliki etika dan bersikap seperti orang barbar? Tapi pertanyaan itu untungnya tidak pernah lolos di mulutnya.

"Begitukah caramu berbicara dengan kakak iparmu?" tanya prajurit yang tadi dipercayai sebagai pembawa pesan oleh Cromwell.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro