Bab 6-C

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Arrogant

"Ipar?" tanya Vil ragu.

Sekilas prajurit itu menatap nanar, namun bukannya marah, dia berdeham dan membenarkan ucapannya tadi. "Maksudku ... calon kakak iparmu. Kamu jangan keseringan melamun, Silver. Aku tahu bayang-bayang adikku yang jelita selalu menghantui hari-harimu."

Dari ucapan prajurit yang sok menjadi keluarga itu, sejenak menyadarkan Vil akan tumpukan surat yang tertata rapi di atas nakas di dalam kemahnya. Ada selembar kertas yang masih tertulis setengah terbengkalai begitu saja di sana. Tampaknya sebelum Vil mengambil alih tubuh itu, Silver sebenarnya dalam proses merangkai kata-kata untuk seseorang dan terjawablah untuk hari ini.

"Ah, ya. Maaf, saya sudah membuat Kakak Ipar tersinggung dengan sikap tidak sopan saya." Vil memberikan senyuman lembut nan memesona untuk meluluhkan hati lawan bicaranya.

Si Kakak Ipar itu pun membusungkan dadanya, menunjukkan seolah dia adalah orang penting selain komandan yang harus dihormati. Tipikal orang songong berpikiran pendek, begitu kesan Vil pada pria yang kemudian dia ketahui bernama Cedric.

"Apa kamu sudah membalas surat Ruby? Jangan membuat adikku yang baik hati itu menunggu terlalu lama. Dia tidak pantas merasakan sesak yang lebih lagi karena kakaknya juga jauh akan dirinya yang lemah."

Ditambah menderita siscon (1), Vil sejenak merasa iba akan nasib Silver yang harus menghadapi Cedric setiap hari yang sedikit-dikit memuji adiknya dan mencemoh calon adik iparnya.

Para prajurit dengan tunggangannya berlari kecil-kecil. Kesatria yang memiliki jabatan yang lebih tinggi akan berada di barisan paling depan, bersama dengan prajurit penunjuk arah. Sedangkan prajurit biasa akan berada di barisan terluar atau belakang, menjadi tameng kalau-kalau ada serangan mendadak di tengah jalan. Kuda-kuda dengan berbagai warna dan corak itu menggeser-geser kaki di tanah basah dan berlumpur, berjalan dan menanti arahan dari tali kekang atau ayunan kaki tuannya.

Binatang yang perkasa itu berada dalam masa cermelangnya. Tulang-tulang mereka tajam dan panjang, mencuat dari balik kulit yang kencang. Surai dan ekor mereka menarik perhatian karena dirawat sangat baik, meski di tengah perang sekalipun. Kuda yang ditunggangi Vil pun tidak terkecuali. Surainya putih berkilau seperti benang sutra dalam sinar surya, berkilap-kilap keemasan menyamai rambut keperakan penunggangnya. Sebuah keindahan yang berjalan dengan anggun seolah pesaing yang lain hanyalah sebuah batu permata tidak berharga.

"Silver, akhir-akhir ini kamu seperti berubah." Cedric memandang Vil dari tunggangannya. Memindainnya dari ujung kaki hingga kepala.

"Benarkah? Berubah seperti apa? Saya tidak menyadarinya, jika Kakak ingin tahu pandanganku," jawab Vil dengan nada meyakinkan, padahal dia sempat terpenjat dengan insting Cedric.

Dia harus berhati-hati dengan orang yang amat dekat dengan Silver. Bisa bahaya kalau ternyata mereka menganggapnya sebagai musuh yang berpura-pura sebagai kawanan mereka. Meski hal itu cukup mustahil sebab Silver sepenuhnya punya alibi yang kuat untuk mematahkannya. Tapi di zaman itu, semua hal yang mustahil bisa saja menjadi kenyataan. Sesinting apapun. Cara pandang mereka masih cukup purba sehingga masalah sekecil apapun bisa saja berakhir dengan hukuman fisik.

"Bagaimana, ya ... kamu seperti lebih sering melamun. Ya ... tapi itu masih mending daripada kebiasaanmu tertidur secara tiba-tiba. Apa kamu sedang latihan tidur dengan mata terbuka?"

Vil berusaha menahan tawanya dan membalas dengan kembali memberikan senyuman terbaiknya. "Wah, sepertinya kejutan yang saya coba sembunyikan sudah ketahuan. Memang Kakak Ipar punya daya pengamatan yang tinggi."

Cedric tertawa lepas. "Tentu saja! Aku memang punya sepasang mata yang tajam."

Mudah sekali mencuri hati orang bodoh dan murahan seperti Cedric, kata Vil dalam hati.

(1) Siscon: Sister complex adalah keadaan keterikatan dan obsesi yang kuat terhadap saudara perempuan. Dalam hal ini, juga digunakan untuk saudara laki-laki dan perempuan yang memiliki keterikatan dan obsesi yang kuat terhadap saudara perempuan mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro