1. Fire on Fire 🔞

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

'Don't tell me we should talk, you know you don't deserve it.'

-Ari Abdul-

***

10 missed calls

20 unread messages

Gawai hitam itu terus bergetar di saat si empunya tengah jingkrak-jingkrak di atas lantai dansa bersama pria asing yang merengkuh pinggang rampingnya.
Lelaki tersebut memiringkan kepala berbarengan tangannya bergerak turun ke arah benda kotak yang sengaja diselipkan di belakang celana si perempuan lalu berbisik,

"Your phone."

"It doesn't matter." Si gadis merogoh ponsel lalu mematikannya dalam sekejap. Dia tertawa dengan suara yang dibuat-buat sewaktu pria di depannya ini menawarkan tempat lain tuk menghabiskan waktu. Lebih tepatnya meluapkan bara nafsu.

Dia mengangguk, membiarkan pria itu menyeret keluar tubuhnya dari kerumunan orang-orang yang memadati salah satu kelab malam di pusat hiburan, Soho.

Sesampainya di tempat cukup sepi, pria berambut pirang nan bertindik ini mendorongnya ke tembok, menerjang dengan cumbuan panas nan liar selagi meremas bongkahan pantat si perempuan.

Tentu pagutan berlumur gairah disambut si gadis penuh suka cita sebagai pelarian atas hukuman yang diterima. Dia menengadahkan kepala, menyilakan pria agresif itu menjelajahi lekuk leher dan meninggalkan jejak basah di sana. Erangan tertahan meluncur dari bibirnya yang setengah terbuka dan kian bertambah kala tangan si pria bergerilya di balik tank top tuk menggoda gundukan dada yang butuh dipuja.

"Apa ini kebiasaan kalian, huh?" bisik si gadis seraya melingkarkan sebelah kaki ke pinggul lawannya. "Bertemu dan bercumbu tanpa basa-basi."

"Aku tidak suka basa-basi, Nona," balas lelaki itu hendak membebaskan kejantanannya yang berkedut-kedut tak sabaran menjamah lubang kenikmatan. "You're so fucking wet..." jemari kirinya mengusap-usap clit di balik thong. "So ready to fuck!"

"And your dick is ready to suck, huh?"

Kekehan terdengar sensual dan makin membangkitkan hasrat. Sebelum berucap, mendadak pria di depannya tertarik ke belakang dan dalam hitungan sepersekian detik, tubuhnya menghantam lantai diiringi pekikan. Dia melolong kesakitan manakala pangkal pahanya diinjak oleh lelaki berkemeja hitam.

"Heath!"

Yang dipanggil menoleh dengan raut datar. Tidak ada sorot kemurkaan terpancar dari balik iris abu-abunya yang menggelap di bawah penerangan lampu. Namun, dia menekan kakinya sekali lagi memastikan pria kurang ajar di bawahnya ini tidak mampu ereksi selama beberapa saat. Bahkan dia tidak peduli jika bola testis pria mesum itu pecah.

"Leave," pinta Heath. Nada bicaranya pelan tapi mendesak gadis di depannya segera keluar.

"No!" tolak Poppy tegas.

"I'm not asking twice." Heath menginjak ketiga kalinya membuat kenalan Poppy makin menjerit pilu. "Leave or--"

"Don't be such an asshole!" seru Poppy.

"Don't be such a bitch," balas Heath tak mau kalah. "Go!"

Melihat kenalannya sudah tak berdaya hingga bersimbah keringat, mau tak mau Poppy hengkang seraya mengacungkan dua jari tengah ke arah Heath.

"Fuck you, Dickhead!"

Kaki berbalut stiletto itu mengentak-entak lantai lorong bersamaan gemuruh emosi membakar kepala. Bibirnya menggerutu dan sesekali mengutuk pria sok berkuasa itu supaya Tuhan menginjak kemaluannya hingga berdarah. Buru-buru dia menelepon Joey--kakak lelakinya--kemudian berseru,

"You're fucking nuts, Joey! Aku bukan bayi, oke! Berhentilah mengatur sampai kau menyuruh manusia bajingan itu merusak kesenanganku, Jo!"

"Kesenanganmu sampai kau tak pulang di jam satu pagi?" balas Joey. "Aturan dari mana hah!"

"Fuck you, Jo!"

###

Seraya bersedekap, Poppy membuang muka dan mengunci rapat bibirnya saat Heath melajukan mobil menuju kawasan Westminster. Sepanjang perjalanan masih ada segelintir orang lalu lalang walau sempoyongan dipengaruhi minuman keras. Sebagian dari mereka para gadis berpenampilan minim yang menjajakan diri demi memuaskan nafsu binatang pria-pria kesepian.

"Kartu." Heath mengulurkan sebelah tangan, menyuruh Poppy menyerahkan credit card milik Joey yang dicuri diam-diam.

"Aku tidak--"

"Give me the fucking card!" perintah Heath melayangkan sorot tajam. "Joey bilang kau mencuri kartunya."

"Kartuku, Mr. Fucking Alonzo," ralat Poppy manakala mobil Porsche yang ditumpangi memasuki basemen.

"Not my bussines," Heath menyiratkan agar Poppy segera memberikan apa yang dimandatkan Joey padanya. Kehabisan kesabaran, direbut clutch hitam bertali rantai dan menumpahkan isinya secara sembarangan.

Tentu hal tersebut membuat Poppy memekik kesal dan mengumpat saat Heath menyambar dompetnya. Lelaki itu menghentikan mesin mobil, menarik kartu kredit sesuai foto yang dikirimkan Joey lalu menyindir,

"Well, it was easy, right?" Dia mengacungkan kartu lalu keluar dari mobil sedangkan Poppy mengomel sebab barang-barangnya berceceran.

"Oh, fuck... Joey..." geramnya membanting pintu mobil Heath tanpa takut rusak.

Andai bukan karena insiden menabrak taman kota akibat dipengaruhi alkohol sampai kepalanya berdarah, mungkin Poppy tidak akan mengalami malam-malam mengenaskan seperti ini. Andai saja dia tidak berurusan dengan petugas keamanan hingga Joey turun tangan tuk membayar denda, mungkin Poppy masih bebas melalukan apa pun.

Tanpa dibuntuti si bajingan Heath!

Mimpi buruk macam apa yang diterima Poppy saat Joey memutuskan meminta bantuan Heath--teman semasa kuliah--mengawasi dirinya. Demi Tuhan, dia bukan bocah enam tahun yang patut diikuti ke mana-mana atau dilarang melakukan sesuai keinginannya. Dia juga bukan gadis lemah yang bakal menangis sesenggukan saat dihadang pria. Tidak!

Apa guna punya sabuk hitam pencak silat kalau Joey masih sok protektif?

Oke, Alasan lain kenapa Heath turun tangan sebab mereka tinggal bersebrangan. Ah sial! Rutuk Poppy dalam hati. Bukankah Joey sangat berlebihan sampai menyuruh orang lain ikut campur?

Manalagi pria tinggi besar berambut agak gondrong itu lebih kejam dari sekelompok preman. Bukan tadi saja Heath menyerang--lebih tepatnya menginjak--kemaluan pria yang bercumbu dengan Poppy, tapi setiap kali menangkap basah adik sahabatnya, Heath bersikap protektif melebihi kakak kandungnya sendiri. Pernah sekali waktu, Heath membuat babak belur teman kencan Poppy dan entah dari mana lelaki itu selalu tahu keberadaannya.

"Wait, dia tidak memasang alat pelacak kan?" Tergesa-gesa Poppy membongkar ponsel, namun tidak menemukan tanda-tanda adanya chip layaknya di film-film. Dia juga memeriksa aplikasi-aplikasi tersembunyi, siapa tahu Joey memasang penyadap tanpa sepengetahuannya.

"Hei!" Heath berseru. "Go!" perintahnya segera masuk ke lift.

Mendengus kesal, Poppy mengacungkan jari tengah seraya memicing begitu lift terbuka, "I'm not your fucking dog, DickHeath!"

###

Jikalau itu orang lain, Heath mungkin akan melemparnya tanpa gentar dari atas gedung apartemen atau menggantungnya di tiang listrik dalam posisi terbalik. Jikalau itu gadis asing, Heath mungkin memilih tak menghiraukan masalah yang bakal dibuatnya atau dengan siapa dia menghabiskan stok kondom.

Sial sungguh sial, Heath justru terjebak bersama bocah ingusan tak tahu diri yang bisanya bersenang-senang tanpa tahu waktu. Gadis yang sialnya saudara perempuan sahabat Heath. Gadis yang sialnya lagi tinggal bersebrangan dengan apartemennya.

Begitu sampai di lantai enam, Poppy keluar dari lift. Ketukan sepatu bertumit menimbulkan gema di lorong sepi ini. Kemudian dia membanting pintu sekeras mungkin tepat sebelum Heath bicara.

Jikalau bukan adik Joey, tak sudi aku berhubungan dengan gadis arogan itu.

Heath : Dia sudah sampai di apartemen. Thanks sudah merusak tidurku.

Joey : Sorry. Kalau tidak sedang dinas malam, aku yang bakal menyeretnya keluar.

Tak menanggapi pesan terakhir temannya, Heath masuk ke unit apartemen sembari menguap lebar. Jatah libur yang seharusnya dipergunakan untuk mengistirahatkan diri dari segudang aktifitas di rumah sakit, terpaksa berantakan.

Dia merebahkan diri selepas menanggalkan kaus hitam dan menyampirkannya di kursi, mengelus sebentar anjing Doberman yang masih terbuai mimpi.

"Ada kalanya aku ingin jadi anjing supaya bisa hidup tenang," gumam Heath memejamkan mata. "Dasar bocah bedebah."

***

Gimana menurut kalian bab pertama ini? Moga suka 🥺.

Secuil Audio Heath dan Poppy sudah tersedia di Instagramku Ry_kambodia ya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro