2. Apollo

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

'Don't trust me, I'ma break your fuckin' heart.'
-Sexxyy Red ft Tay Keith-
***

Atmosfer terasa tegang di unit gawat darurat ketika Heath mendapat emergency call akibat dokter jaga yang bertugas kewalahan. Bagaimana tidak, sekitar setengah jam lalu terjadi kecelakaan beruntun yang melibatkan bus dan beberapa mobil lain sampai pengguna trotoar dengan dugaan sopir kendaraan bertingkat itu dalam kondisi dipengaruhi alkohol.

Setiap brankar di depan mata Heath dipenuhi puluhan manusia yang merintih kesakitan. Perintah demi perintah pemberian tindakan medis saling bersahutan manakala dokter maupun perawat bekerja sama mempertahankan nyawa di dunia. Sedangkan yang lain, ada yang langsung dibawa ke lantai atas di mana kamar operasi darurat berada di sana. Heath tidak tahu apakah ada yang tewas dalam insiden ini.

Pintu kaca UGD terbuka saat petugas first aider berteriak sebab di atas brankar yang didorongnya terdapat perempuan bernapas cepat dengan raut pucat, lemas, juga bermandikan peluh keringat. Lehernya dilindungi collar neck dan sungkup oksigen terpasang di sekitaran hidungnya.

"Anne Cordelia, dua puluh tahun mengalami sesak napas," lapor pria berseragam merah kemudian berhenti di brankas kosong kemudian memindahkannya menggunakan strecher dibantu petugas first aid lain juga Heath dan seorang perawat.

Selagi mendengar keterangan petugas tersebut, Heath menggunting blus si gadis tuk melihat lebih jelas sejauh mana trauma yang diperoleh sampai mengalami kondisi sesak seperti ini. Banyak dugaan bermunculan di kepala tapi Heath tidak bisa langsung memutuskan tanpa memastikan daripada salah melakukan pengobatan.

"Sorry, Nona," tandas Heath saat dihadiahi lirikan tajam pasiennya yang sudah lemas itu. "Daripada kau mati."

Kontan ucapan tersebut sedikit mengejutkan petugas first aid yang menurutnya Heath tidak bisa mengeluarkan kata yang lebih enak didengar. "Awal pengecekan tekanan darahnya masih normal, tapi selama perjalanan terus turun, begitu juga kesadarannya. Saturasi oksigen semula 91 terjun ke angka 87 dan 88 persen, Dok."

"Takikardia, Dok," ujar perawat setelah memasang monitor. "Aku curiga kontusio paru atau malah tension pneumothroax."

Dalam diam Heath melenggut pelan selagi memerhatikan dada si gadis dan medengar suara paru menggunakan stetoskop. Tidak ada luka tusuk, tidak ada penyimpangan posisi trakea seperti jenis cedera lain, tapi suara tarikan udara si gadis agak samar-samar di bagian kiri. Sewaktu dia mengetuk bagian tersebut terdengar tumpul.

Sepertinya hemothorax, batin Heath.

"Kuhubungi bagian radiologi," ujar perawat lalu bergegas pergi.

"Ini barang-barang milik Anne." Petugas itu meletakkan tas ransel di bawah kasur Anne.

"Thanks," ujar Heath tanpa membalas tatapan si petugas karena sibuk mengambil jarum berukuran besar di rak penyimpanan di sisi kanan.

Begitu tangkas tanpa banyak bicara, Heath memasang dekompresi jarum pada iga kiri kedua agar udara yang terjebak di dalam paru-paru bisa keluar. Setidaknya ini pertolongan pertama supaya kadar oksigen dalam paru pasien ini naik perlahan-lahan.

Tak berapa lama perawat kembali datang dan Heath memerintahnya memasang double IV line. Perawat itu pun mengangguk dan menyambar botol cairan infus, jarum infus, juga tabung sampel darah untuk memungkinkan pemeriksaan bila membutuhkan tranfusi atau hal lain. Namun yang terpenting saat ini adalah tekanan darah pasien harus distabilkan karena angkanya makin terjun.

"Aku yakin perdarahan organ dalam," komentarnya berhasil menusukkan jarum infus di tangan kiri.

"Bisa jadi." Heath ikut membantu memasangkan jalur infus di tangan kanan. "Guyur saja, Ivy."

Sesaat kemudian, seorang pria paruh baya muncul sembari mendorong mesin sonografi portable kemudian melakukan pemindaian secara cepat.

"Dugaanku benar," gumam perawat di belakang Heath.

"Ya, kau benar. Tertahan di rongga perut," komentar Heath mengamati layar dan memicingkan mata saat mengamati ada tonjolan di diafragma kiri. "Hubungi dokter Shawn, Ivy," pintanya karena bagian tersebut belum boleh dilakukan oleh residen tahun ketiga. Meski Heath tahu dasar-dasarnya, mana mungkin mendahului senior tanpa pendampingan. "Kita harus pasang selang dada secepat mungkin."

"Dokter Shawn sedang menangani pasien trauma kepala."

"Dokter Kelly?"

"Karena pasien kecelakaan kita banyak, mereka semua-"

"Dokter Pearson," putus Heath. "Panggil dokter Pearson!"

"Tapi, dokter Alonzo, kalian berdua masih-"

Ucapan itu terhenti saat Heath bergegas berlari menghampiri dokter senior yang juga tengah kelabakan menolong pasien lain. Lelaki berkacamata yang tubuhnya lebih pendek dari Heath menoleh sebentar saat mendengarkan kondisi darurat Anne Cordelia. Dia melenggut menyetujui tindakan itu kemudian menunjuk seorang perempuan paruh baya-wali pasien- yang berdiri di depan administrasi.

"Hei, aku dokter Alonzo, Mrs. Cordelia," ujar Heath. "Aku langsung pada intinya, putrimu kritis. Napas dan tekanan darahnya makin tak karuan dan kecurigaanku mengarah ke perdarahan dalam. Aku perlu persetujuanmu untuk melakukan pemasangan selang dada yang bisa membantu mengeluarkan darah atau udara."

"Ya, ya, tolong dokter Alonzo," ujar wanita itu menangis tersedu-sedu. "Lakukan apa pun yang Anda bisa asalkan selamatkan putriku."

"Ivy!" panggil Heath kepada perawat yang membantunya menangani Anne. "Tolong siapkan surat persetujuannya. Wali pasien bersedia dan permohonanku disetujui dokter Shawn."

"Bila darahnya meningkat dalam hitungan jam, kami akan melakukan pembedahan perut, Mrs. Cordelia." Heath menambahkan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada pasien trauma dada. "Dan aku berusaha sekuat tenagaku untuk menyelamatkan putrimu, oke."

"Ya, tolong lakukan apa saja," ujar perempuan itu selagi menandatangi lembar persetujuan.

Ruangan itu makin terasa tegang saat Joey datang atas permintaan darurat temannya tak lama setelah membantu operasi di lantai atas. Tak sempat bernapas sebentar, dia memasang sarung tangan sembari mendengarkan penjelasan Heath sesuai diagnosa juga temuan sonografi pasien. Perawat tadi mengambil troli berisi alat-alat pemasangan selang dada kemudian membantu Joey melakukan prosedur itu di bagian iga kiri.

Tidak disangka, darah mengalir begitu pula udara akhirnya terbebas. Pemantauan terus dilanjutkan secara ketat dan terhitung keluaran darah makin meningkat. Alhasil, Heath dan Joey sepakat melakukan pembedahan.

"Kau pasti belum mandi, Jo," desis Heath. "Makanya kita dapat serangan fajar."

"Don't be silly, Dumbass. Itu tidak ada hubungannya," balas Joey.

###

Melewati masa-masa yang penuh kengerian, akhirnya Heath bisa bernapas lega. Dia berjalan menuju ruang residen sembari memijit tengkuk yang sialan kaku. Saat pintu terbuka, tangannya yang sigap menangkap sekaleng minuman yang dilempar Joey.

"Sialan," gerutu Heath pelan lantas membuka minuman itu dan meneguknya cepat.

"You're welcome." Joey meluruskan kakinya yang terasa pegal sembari menguap lebar. "Aku tidak menduga pasienmu tidak bisa terselamatkan, Heath."

"Mau bagaimana lagi. Kita bukan Tuhan." Heath menyugar rambut panjang bergaya undercut seraya mengempaskan diri di sebelah Joey. "Jam berapa shift-mu selesai?"

"Hari ini aku standby, Dude. Temanku mendadak minta digantikan jaga. Persetan sekali dia," omel Joey menyandarkan kepala ke sofa dan mengamati langit-langit bercat putih. Dia berpaling ke arah Heath,"Hei-"

"Tidak dan tidak."

"Aku belum bilang apa pun," gerutu Joey memutar bola mata.

"Karena pasti ada hubungannya dengan adikmu."

"Mau bagaimana lagi? Hanya kau yang kupercaya daripada orang lain, Heath, bahkan lebih dari aku mempercayai nyawaku," ujar Joey yang terasa dilebih-lebihkan. "Lagi pula kita tetangga dan tidak mungkin aku meminta bantuan teman-teman Poppy. Kau tahu kan para gadis seringkali menutupi kesalahan temannya?"

Heath mengedikkan bahu tak mau tahu.

"Please. Akan kubantu menjaga Rex kalau kau pergi," tawar Joey lalu mengulurkan tangan. "Deal?"

Heath melirik tanpa membalas jabatan tangan sahabatnya. "Anjingku jauh lebih bisa diatur daripada adikmu, Jo," cibirnya membuat Joey menggerutu pelan tak terima. "Jam berapa aku harus menjemput?"

Seketika bola mata Joey melebar mendengar pertanyaan Heath. "Pukul tiga. Masih ada beberapa bulan sebelum Poppy kuizinkan bawa mobil lagi dan mengembalikan kartu kreditnya, Heath. Tolong bersabarlah."

"Sudah minus saat kau memaksaku mengawasi adikmu, Jo," ketus Heath.

Tak menanggapi ungkapan Heath, Joey merebahkan kepalanya di atas pangkuan lelaki bertato itu. "Biarkan aku tidur lima belas menit sebelum ada panggilan darurat," kata Joey sebelum mendapat protes lalu memejamkan mata.

Dalam hitungan beberapa detik, Joey yang pada dasarnya mudah tidur di segala situasi dan kondisi sudah tenggelam dalam mimpi membuat Heath hanya bisa menghela napas. Manalagi ada beberapa residen lain yang masuk dan agak salah tingkah mendapati pemandangan romantis di depannya. Mereka tak berani berkomentar sebab sorot setajam elang yang dilayangkan Heath mampu membungkam mulut yang hendak melontarkan godaan.

"Meski tampangnya garang, dia manis sekali," bisik seseorang.

###

"Good job!" seru Harold-pelatih Poppy-saat gadis itu berhasil menyelesaikan lompatan kombinasi di sesi akhir latihan. Putaran quad salchow dan triple toe yang baru saja dilihat Harold tampak begitu indah di mata.

Gadis itu tersenyum lebar akhirnya bisa mengejar trik-trik sulit walau butuh waktu berminggu-minggu. Melelahkan dan menyakitkan tak menjadi rintangan ketika Poppy mampu mencapai tujuan. Kompetisi dunia sudah di depan mata, setidaknya itu yang dinantikan Poppy juga Harold agar bisa meraih juara pertama seperti musim sebelumnya.

"Pertahankan seperti itu," komentar Harold menuliskan catatan kecil di buku perkembangan latihan Poppy. "Dan..." Dia merendahkan suara sembari melirik ke arah anggota Golden Skate yang juga sedang berlatih di tempat yang sama. "Jangan sampai menyetir sambil mabuk."

Kontan Poppy mendengus sebal. "Come on... "

"Kakakmu memberitahuku, Ms. Pearson. Sebagai pelatihmu, tentu aku tidak mau kau terlibat pelanggaran hukum lebih banyak." Harold mengingatkan layaknya seorang ayah sedang menasihati anaknya. Selama ini dia tidak pernah melarang Poppy melakukan apapun layaknya mantan pelatih Golden Skate yang terkena skandal sampai menyebabkan teman Poppy-Alexia-mengalami gangguan makan bertahun-tahun.

"Aku tahu. Lagi pula itu kesalahan pertamaku, Harold. Toh Joey yang membayar dendanya bukan aku," tandas Poppy enteng meski perkara pembayaran tersebut merambat ke aturan gila yang tak mampu diterima.

Dilarang bawa mobil.
Dilarang pulang atau pergi seorang diri.
Kartu kredit dan buku tabungan disita.
Kartu debet diblokir sementara.
Selalu nyalakan ponsel sekalipun tengah sekarat.
Selalu kirim foto di mana pun dan kapan pun.

Dan segalanya diperparah oleh Heath! Heath fucking Alonzo!

Menyebut nama pria itu bulu kuduk Poppy meremang bukan main. Letupan amarah langsung bermunculan tiap kali membayangkan tampang tak ramah lelaki itu. Akibat kejadian di kelab, teman kencan Poppy masih murka dan mengatakan akan menuntut Heath bila terjadi sesuatu terhadap pusaka kesayangannya.

"Itu salahmu kenapa kau tak melawannya," bela Poppy tak mau disalahkan karena memang tidak sepenuhnya salah kan? Di mana-mana lelakilah yang harus menjadi tameng ketika dihadapkan masalah bukan malah melempar batu sembunyi tangan layaknya pengecut. "Masih untung dia tidak memotongnya sampai habis, hanya menginjak saja."

"Menginjak saja katamu?" Intonasi di telepon langsung melengking menusuk gendang. "Bayangkan saja saat aku bergairah karena kita hampir bercinta, tiba-tiba si keparat itu menendang dan menginjak hartaku, Poppy! Bayangkan sakitnya bagaimana! Bahkan aku didiagnosa patah penis tahu!"

Akibatnya Poppy mendapat makian dan kontak teleponnya seketika diblokir daripada tersandung kesialan. Jikalau seperti ini, lelaki mana yang bakal tahan dengan manusia robot seperti Heath yang selalu muncul tanpa diduga-duga?

Maka tak heran segenap jiwa hingga tulang ekornya membenci perangai Heath yang sok protektif layaknya pengawal bayaran Joey.

Helaan napas meluncur dari bibir sembari berandai-andai jika Tuhan mau mendengarkan doa Poppy. Ingin sekali dia kembali ke rahim ibunya dan menggeser posisi Joey sebagai anak tertua. Pemikiran lain adalah dia ingin dilahirkan sebagai anak tunggal sehingga tidak perlu menerima berbagai batasan tak masuk akal.

Apa salahnya melakukan kesalahan selama nyawa masih melekat di badan?

Lamunan Poppy pecah saat Harold menjelaskan agenda latihan berikutnya. Gadis itu hanya melenggut lalu keluar dari ice rink sembari menyambar hard guard merah dari atas kursi. Dalam diam, Poppy mencari-cari celah bagaimana mendapatkan uang di saat seluruh akses diblokir oleh si bajingan Joey sebab dompetnya sekarang mengalami krisis kekeringan sepanjang seperempat abad umurnya.

"Babe!"

Suara Norah memaksa Poppy menoleh ke sumber suara. Dia melambaikan tangan dan tesenyum menyambut gadis keturunan Asia tersebut. Norah menenteng botol minuman seraya berjalan di atas sepatu es skating dan mengucapkan perpisahan kepada pelatihnya.

"Are you okay?" Norah mendudukkan dirinya di samping Poppy yang terlihat kesal. "By the way, Babe. Joey-"

"Mengirimimu pesan untuk tidak meminjamiku uang?"

"Sialnya ya." Norah meringis merasa bersalah. "Arya dan Alexia juga. Padahal masalahmu kan sudah selesai."

"Benar kan?" Poppy menjentikkan jari. "Aku benci Joey." Dia meniup poni makin sebal. "Aku tidak punya uang sama sekali. Kartuku direbut paksa oleh Heath, Norah. Bisakah kau bantu aku kabur dari negara ini? Atau kita rampok toko?"

"Jangan gila." Norah mencebik atas ide di luar nalar Poppy.

"Aku sudah gila, Norah."

"Sudahlah, masalah uang tak perlu khawatir. Kau mau makan kami bisa menalangimu bersama-sama. Aturan Joey kan tidak berdasarkan hukum, jadi kita bisa melanggarnya sesuka hati. Itu yang dikatakan Alexia padaku kemarin."

Poppy merangkul bahu Norah haru. "Kalian penjahat seksi. Aku sayang kalian."

"Yeah. Ayo pulang. Kau butuh tumpangan?" Norah menyisir rambut brunette Poppy.

Sebelum gadis itu berucap, terdengar bisik-bisik diiringi tawa di sekitar sembari menyebut 'Apollo'. Kontan Poppy dan Norah mengikuti arah pandang teman-teman satu klub sampai bersemu layaknya bertemu aktor sekelas Chris Evans. Tampak dari kejauhan, seorang pria mengenakan kaus polo putih dan celana hitam berdiri seraya mengedarkan pandang membuat pupil Poppy melebar tanpa diperintah.

"Seperti biasa," bisik Norah. "Suruhan kakakmu datang. Fucking sexy actually."

"Fucking stupidass," ledek Poppy menatap jijik kenapa Norah menganggap semua pria di dunia tampan di matanya. Dia beranjak dari bangku menuju ruang ganti dan tidak berapa lama sorot mata abu-abu gelap Heath berserobok dengannya. Tidak ada kata. Tidak ada ekspresi ramah. Lelaki di sana menunjuk arah luar dengan dagu kemudian membalikkan badan dan melenggang begitu saja.

Dia pikir aku cenayang pakai bahasa isyarat seperti itu?

Beruntung sungguh beruntung Tuhan memberkati Poppy kepintaran sehingga bisa mengartikan bahasa Heath yang tidak dipahami orang lain. Dia heran bagaimana bisa Joey betah berteman selama bertahun-tahun lamanya.

"Dia manusia paling tampan yang pernah kutemui."

"Hei, aku pernah bertemu dengannya di rumah sakit. Dia praktik di UGD. Sayang, aku lupa siapa namanya."

"Apa dia punya kekasih? Tidak mungkin pria sepanas dia tidak punya wanita kan?"

Mendengar obrolan ketiga perempuan di depannya, Poppy meledakkan tawa dari bibir. Kontan saja mereka berpaling kebingungan sambil bertanya-tanya apakah ada yang salah termasuk Norah yang mengerutkan kening dalam diam.

"He's gay," kata Poppy menyeka air mata sebab kalimat pujian mereka begitu seperti lelucon di telinga.

Ya ampun mereka ini bodoh atau apa?

"Wait, what?" Suara para gadis begitu kompak sampai-sampai Norah menarik bahu Poppy menghadap dirinya.

"He's gay. Fucking gay."

***

Daftar istilah :
Collar neck : alat pelindung leher untuk menghindari adanya cedera leher/servikal.

Strecher : alat semacam tandu yang bisa dibelah untuk memindahkan pasien dari brankar ambulans ke ranjang.

Hipoksia : penurunan kadar oksigen.

Kontusio paru : cedera tumpul pada dinding dada yang menyebabkan darah dan cairan lain menumpuk dalam jaringan paru. Biasanya karena tumbukan beban berat.

Tension pneumothorax : keadaan darurat di mana udara dalam jumlah banyak tertahan di rongga pleura sehingga menyebabkan gangguan napas.

Hemothorax : keadaan di mana ada penumpukan darah di dalam rongga atau celah di antara pleura.

Quad salchow : Putaran empat kali di udara yang diakhiri pendaratan bagian tepi luar belakang kaki yang berlawanan daripada saat awal lompatan.

Triple toe : Putaran tiga kali di udara yang diawali lompatan di bagian depan di tepi dalam sepatu skating yang bergerigi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro