10. Satan or Santa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

'Fuck her, flip her, bend her backwards. Baby, put your back into it.'

-Lay Bankz-

***

Mulanya Heath tidak menaruh rasa curiga atas kepergian Poppy di Golden Skate terakhir kali. Sebelum masuk ke gelanggang pun, Poppy berpesan kalau dia akan berpesta piyama bersama gadis-gadis di kediaman Alexia selama beberapa hari, sehingga Heath bisa leluasa pulang-pergi ke rumah sakit tanpa putar balik.

Tanpa diketahui Poppy, sebetulnya Heath sedang cuti tahunan dan berencana pergi ke Yunani dalam waktu dekat. Kalau memang seperti itu adanya, dia tidak perlu susah payah bilang kan? Nahasnya, sehari sebelum Heath berangkat, Joey menelepon begitu panik seolah-olah dunia bakal berakhir akibat tidak mendapat satu kabar pun dari sang adik.

"Ponsel teman-temannya juga tidak bisa kutelepon, Heath, pesta piyama macam apa itu? Kenapa mereka tidak menginap di apartemen Poppy kenapa harus di tempat Alexia? Bagaimana kalau mereka pesta seks dan bertukar pasangan tanpa sepengetahuan kita? Kenapa kau ijinkan dia pergi, Heath?" Cerocos Joey mulai melebih-lebihkan sesuatu. "Adikku tak berbuat sesuatu kan selama kutinggal?"

Kepala Heath rasanya sedang dipaku dari belakang hingga timbul pening luar biasa mendengar segelintir imajinasi liar Joey. Heath menghela napas kasar, mencebik sembari mengumpat pelan ingin membeberkan rangkaian dosa Poppy yang tidak diketahui sang kakak.

Menendang muka pria sampai giginya terlepas dan ada bekas jejak sepatu.
Mengenakan bikini yang menurut sudut pandang Heath lebih baik telanjang daripada pakai kain setengah-setengah.
Dan ...

Heath susah payah menelan gumpalan ludah juga secuil rahasia yang tak ingin dikatakan pada Joey bahkan dunia sekali pun. Reaksi fisiologis yang tidak dapat dikendalikan Heath sekali pun ingin. Sesuatu yang entah sejak kapan begitu mudah tersulut gairah hingga mengeras nan panas layaknya batu yang terendam dalam lava.

Yang entah kapan bakal meledak tanpa mampu dikontrol.

"Dia pesta piyama di tempat Alexia, aku sendiri yang mengantarnya ke sana," ujar Heath berdusta daripada Joey makin histeris. "Nantilah aku menemui adik tercintamu itu."

"Thanks, Dude," kata Joey. "Aku percaya padamu."

Oleh sebab itu, Heath memutuskan mendatangi apartemen Alexia dan seorang pria kurus nan bertato menyambutnya ketus.

"Siapa kau."

"Kau sendiri siapa?" Heath balas lebih ketus seraya mengedarkan pandang ke belakang punggung lelaki berkaus tengkorak ini. "Poppy. Mana dia?"

"Wah ..." Lelaki itu langsung bisa menebak isi pikiran Heath sampai datang ke sini lantas terbahak-bahak seraya bertepuk tangan.

Tersinggung, Heath menarik kerah kaus yang dikenakan si tuan rumah dan mendorongnya ke tembok bersiap melayangkan pukulan. "Don't play with me, Kid." Dia menderam menunjukkan kepalan tangannya.

"But that girl played you, Dude," balas lelaki itu mendorong Heath tanpa takut hingga mundur beberapa langkah. "Mereka liburan ke Budapest sejak lusa lalu."

"Apa?" Heath membeliak tak percaya sebab tidak pernah menemukan Poppy menggeret koper.

Oh shit...

Sekarang dia paham cara bermain Poppy yang licik.

"Beri aku detail keberadaan Poppy kalau wajahmu tak mau babak belur," pinta Heath dengan nada mengancam.

"Aku tidak tahu di mana kekasihmu-"

"She's not my fucking girlfriend," elak Heath mengklarifikasi hubungannya dengan Poppy. "Dia adik sahabatku. Beri aku detailnya."

"Detail Alexia, oke. Aku tidak tahu di mana Poppy. Yang pasti, kalau ada kakakku selalu ada Poppy," jelas lelaki itu menyiratkan Heath untuk memberikannya ponsel tuk mencatat lokasi konser musik Budapest. "Apa kau berencana membunuhnya?"

"Bukan urusanmu."

###

Di sinilah Heath sekarang, terdampar di antara lautan manusia yang menikmati pertunjukan musik tanpa henti demi meringkus berandal kecil yang mempermainkan dirinya. Semua rencana yang terlanjur disusun rapi terpaksa dijadwal ulang termasuk penerbangannya ke Yunani. Begitu masuk ke area VVIP, ratusan pasang mata berpaling ke arah dirinya dalam balutan kemeja berbahan linen putih dengan dua kancing teratas dibiarkan terbuka, bagian lengan digulung hingga siku menonjolkan guratan nadi juga ukiran tato di kedua tangan, tak lupa celana linen senada dan sandal.

Sorot tajam Heath mengedar tanpa memedulikan panggilan-panggilan mereka yang mengajak berkenalan. Fokus utamanya adalah menemukan dan menyeret Poppy dari tempat ini lalu melampiaskan kemarahannya sampai puas. Heath baru sadar kalau sikap bahagia Poppy sewaktu ditinggal Joey ke luar kota ternyata ada maksud terselubung, termasuk ke Budapest tanpa harus bertengkar karena tak mendapatkan ijin. Dia juga mengerti betul isi otak Joey yang pasti melarang keras adiknya pergi jikalau bukan bersama dirinya.

Di area depan, barulah dia menemukan orang yang dicari tengah melompat-lompat seraya merangkul bahu temannya. Tanpa beban. Diam-diam Heath mendekat, bak singa lapar iris mata abu-abunya kian menggelap begitu ingin menerkam mangsa dalam satu serangan. Gadis itu belum juga tersadar kalau kesenangannya bakal berakhir di sini, malam ini.

Sesuai dugaan, begitu musik berhenti Poppy berbalik dan bola matanya membesar tanpa mampu mengelak ke mana dia akan kabur.

"K-kau menguntitku?" tuduh Poppy memindai penampilan rapi Heath.

Tanpa banyak bicara Heath mencengkam lengan Poppy tapi ditahan oleh gadis pirang di sisi kirinya, "Let her go, Mr. Alonzo."

"Not your fucking bussines, Ms. Ross." Heath melirik sinis ke arah Poppy. "Atau kau mau kuseret juga?"

"It's okay, Lex, aku bisa mengatasinya," lerai Poppy mengedip-ngedipkan mata.

Membelah kerumunan penonton disertai ribuan atensi penuh tanda tanya membuat membuat Heath dilanda rasa muak. Apalagi beberapa di antara mereka begitu santai menuding jikalau Poppy dan Heath adalah pasangan yang sedang terbakar cemburu dan menyuruhnya ke kabin cinta sesuai yang disediakan panitia.

Begitu keluar dari zona VVIP yang lumayan lengang dan bisa bernapas lega dari banyaknya aroma keringat musim panas, barulah Poppy menangkis sekuat tenaga genggaman tangan Heath. Lelaki itu hendak menariknya lagi, namun refleks terpaku manakala Poppy mengeluarkan tendangan lurusnya hampir mengenai rahang. Kontan pemandangan tersebut memancing perhatian orang-orang yang lewat dan Poppy tak peduli-sekali pun pakai rok mini-tetap teguh menunjukkan perlawanan tanpa takut.

"Step back, Big boy." Suara Poppy terdengar mengancam. "Sekali dua kali aku masih membiarkanmu memperlakukanku seperti binatang, tapi sekarang aku bisa merontokkan gigimu seperti yang kulakukan di rumah sakit."

Posisi Heath yang tersudut membuat lelaiku itu mengibarkan bendera putih. Dia mengangkat tangan dan berkata, "Kau pergi tanpa ijin padaku."

"Siapa kau bisa mengaturku?" balas Poppy.

"Joey mencarimu."

"Bukankah sudah kubilang aku pesta piyama bersama teman-temanku?" kata Poppy.

"I did it, tapi kau mematikan ponselmu." Heath mengusap wajahnya frustrasi sekaligus penuh rasa bersalah. "Dia benar-benar mengkhawatirkanmu."

Gadis itu menyipitkan mata menangkap gelagat Heath yang rela jauh-jauh ke sini untuk menemuinya. Dalam hati, Poppy ingin mencekik Joey agar tidak terlalu bersikap overprotektif. Sayang, hal tersebut terjadi dalam imajinasinya saja.

Akhirnya, Poppy menurunkan kaki seraya menghela napas dan kesempatan itu justru digunakan Heath untuk memanggul si berandal kecil ke pundak menimbulkan makian serta pukulan tak terelakkan.

Siulan dari gerombolan pria bertelanjang dada menyoraki aksi Heath. Poppy mengacungkan jari tengah dan berseru, "Jangan sampai kucongkel bola matamu dengan garpu, Bajingan!"

Tak butuh waktu lama bagi Heath untuk sampai ke zona Sziget Ville Boutique-penginapan mewah. Buru-buru dia membuka pintu kaca kemudian membanting Poppy ke salah satu kasur, lantas mengunci tangannya ke atas bahkan kakinya ditindihi tubuh besar Heath.

"I trusted you ... and you did this? You lied to me, Pearson!" bentak Heath tepat di depan muka Poppy. "Katakan padaku, Pearson, kenapa kau selalu memancing keributan hah!"

Poppy enggan menjawab, masih berusaha sekuat tenaga tuk melepaskan diri dari kungkungan Heath.

"Answer me, Pearson!" jerit Heath membahana kamar.

Detik berikutnya, Poppy meludah tepat mengenai pipi kanan Heath. "That's none of your concern, Dumbass!" balas Poppy terengah-engah bermandikan keringat di antara cuaca sialan ini.

Tak kehilangan akal, Heath menenggelamkan muka di dada Poppy dan menggosokkan bagian yang terkena ludah sampai gadis itu memekik tak terima diselingi makian. Selanjutnya, satu tangan Heath mengambil alih kedua tangan Poppy dan menahannya sekuat mungkin sementara tangan lain merogoh ponsel tuk menghubungi Joey.

"Berandal kecilmu di Budapest," lapor Heath begitu mendengar suara sahabatnya. "Pesta piyama apanya," gerutunya memutar bola mata kesal.

"Apa! Kapan! Dengan siapa! Di mana dia! Bagaimana bisa dia di sana? Kenapa dia di Budapest? Kenapa tidak di London!"

"Fuck," desis Heath agak menjauhkan ponsel dari telinga akibat suara Joey langsung menusuk tanpa jeda.

"Kalau aku ijin padamu, kau pasti bereaksi seperti ini Joey!" sahut Poppy membela diri. "Aku tidak sepenuhnya salah, oke!Lagipula aku masih bisa bernapas bukannya-"

"Jaga ucapanmu!" seru Heath dan Joey bersamaan.

Sesaat suasana langsung terasa kaku padahal Poppy hanya bercanda. Dia berdeham salah tingkah lalu melirik ke interior penginapan Heath, "Seleramu bagus."

Joey menghela napas panjang seraya mengomel-ngomel lalu berkata, "Baiklah. Karena Heath di sana ... aku minta tolong padamu, Bung."

"Sudah kuduga akhirnya seperti ini lagi," keluh Heath memutar otak bagaimana caranya agar bisa liburan seorang diri secara tenang."As you wish, Asshole." Lalu sambungan telepon pun terputus.

"Wait, what?" Poppy menganga. "Kau akan mengawasiku? Di sini? Di keramaian ini, Heath? Are you nuts? Your have your entire life to be a dickhead. Why not take today off, Twat?" protesnya jengkel bukan main.

"Kalau kau bukan adik Joey, aku ingin sekali menyumpali mulutmu dengan tisu toilet, Little trouble."

"Woah, kalau bukan adik sahabatmu, apa kau masih berani menciumku, Bastard?" ledek Poppy menatap remeh Heath yang masih betah di atasnya. "Ternyata kau lebih bajingan dariku, Heath. Setidaknya yang kubohongi adalah saudara kandungku, bukan--"

"Kenapa?" Heath memiringkan kepala dan menepis jarak selagi masih di atas tubuh Poppy. "Bukankah kau menikmati bibirku Little trouble?"

Kontan saja Poppy membeliak sampai pipinya merona.

"Jangan bohongi dirimu. Kau bahkan menyebut namaku."

"Shut the fuck up!" tegur Poppy makin dibuat salah tingkah.

Heath mencengkeram kuat pergelangan tangan Poppy. "Kau yang harus diam dan jaga etikamu! Mulai sekarang aku akan mengikutimu ke mana pun kau pergi dan ya ... Aku tak segan-segan mematahkan tangan atau bola testis setiap pria yang kau dekati, Poppy."

"Go to hell, Heath," desis Poppy dengan kebencian yang menjadi-jadi.

"But you're my hell and I'm fucking trapped in it." Heath menyunggingkan seulas senyum menantang, menyorot iris cokelat Poppy yang berapi-api.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro