CHAPTER FIFTEEN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Mari kita menikah," ulang Ziang Wu.

Su Li menghambur memeluk Ziang Wu. Lengan kurus itu melingkar sempurna mendekap tubuh jangkung pemuda yang mematung akibat tindakan tiba-tiba Su Li tersebut.

"Terima kasih," gumamnya penuh dengan kesungguhan. Mendapatkan seseorang yang bersedia membantunya membuat Su Li sedikit merasa sentimental. Tubuh kurus itu bergetar lembut, Ziang Wu memberanikan diri membalas dekapan lembut yang ia terima. Membiarkan kemeja navy yang ia kenakan basah oleh sekresi air mata yang Su Li keluarkan.

"Bagaimana perasaanmu?"

Su Li menerima cokelat hangat yang Ziang Wu sodorkan. Rona merah yang menghiasi pipi putihnya itu seolah tidak mau menghilang. Baru kali ini bisa menangis begitu lepas, bahkan saat pemakaman sang Ibunda ia tidak menangis sekeras ini. Beberapa kejadian yang terjadi selama beberapa tahun belakangan memang menguras seluruh emosinya. Keadaan menuntutnya untuk tetap tegar dan terlihat baik-baik saja.

"Menangis itu suatu hal yang manusiawi. Kau tidak perlu menyembunyikannya. Walau ku akui, aku sedikit iri padamu."

Ucapan Ziang Wu berhasil membuat gadis itu menatapnya. Ziang Wu adalah orang pertama yang mengatakan hal itu kepadanya. Selama ini semua orang memintanya untuk menjadi kuat tanpa mengingat bahwa Su Li hanyalah manusia biasa yang bisa merasakan terluka dan butuh tempat untuk bersandar.

Bagaimana ujung hidung yang terlihat kemerahan dengan mata yang sedikit sembab itu menatapnya membuat Ziang Wu salah tingkah. Refleks ia membuang muka ke arah jendela besar yang menampilkan puluhan bangunan yang bermandikan cahaya lampu.

"Apa yang membuatmu iri?" Su Li memandangi punggung pemuda yang berdiri membelakanginya.

"Kau adalah wanita yang kuat. Jika aku mengalami ini semua, mungkin aku sudah menggila."

Ziang Wu sungguh-sungguh mengatakannya. Bagaimana Su Li bisa terlihat baik-baik saja selama ini membuatnya takjub. "Ternyata kau memiliki banyak hal yang kau simpan untuk dirimu sendiri."

Su Li tersenyum getir memandangi riak cokelat panas di gelasnya. "Kau akan menjadi sepertiku jika kehilangan orang-orang yang kau percayai dan kau andalkan." Satu sesapan pada gelasnya membuat kerongkongannya dialiri sensasi hangat yang entah bagaimana merambat sampai ke dalam hatinya.

Ziang Wu berbalik dan menatap Su Li. "Kau bisa mempercayaiku mulai saat ini," ucapnya dengan bersungguh-sungguh. Su Li mengangkat kepalanya membuat manik keduanya bertemu. Sebuah tarikan halus membentuk busur senyumnya tercipta. Ia bisa melihat kesungguhan yang dipancarkan oleh pemuda di depannya. "Terima kasih," ucapnya tulus.

***

"Jadi pertemuan hari ini dibatalkan?"

Xiao Lu mengangguk. Ia kemudian menyerahkan sebuah tablet kepada Su Li. "Mereka meminta kita untuk mengatur ulang jadwal pertemuan."

Perkataan Xiao Lu membuatnya tiba-tiba menjadi pening. Dalam sebulan ini jadwal meeting sudah sangat padat. Salah satu tipikal klien yang sangat ia hindari ialah yang memiliki penyakit suka membatalkan pertemuan di hari yang sama dengan jadwal yang akan diadakan.

"Hanya karena anak anjingnya harus bertemu dengan dokter?" ucapnya lagi tidak percaya. Sudah cukup ia dibuat pening dengan pembatalan sepihak, alasan konyol itu sukses membuat amarahnya sampai ke ubun-ubun . "Jadi tender jutaan yuan ini tidak ada artinya dibandingkan dengan kontrol rutin anjing sialan itu?" Xiao Lu hanya terdiam tak berani menatap ataupun membalas ucapan Su Li. Tatapan nanar penuh kekesalan itu membuatnya mati kutu. Seluruh orang di ruangan itupun tidak berani bersuara. Su Li sama sekali tidak menyangka jika akan menemukan masa dimana ia harus benar-benar bersabar menghadapi para investor yang merepotkan seperti ini. Sukses membuat wajah Su Li memerah karena kesal. Jika saja perusahaan tidak menuntutnya untuk dapat menjalin kerja sama dengan perusahaan tersebut, ia akan membatalkan keikutsertaan Liang Tech dalam pertemuan tersebut.

Ketukan di pintu membuat keduanya refleks menoleh. Shen Yue takut-takut untuk masuk. "Maaf Ketua Tim. Di luar ada yang mencari anda."

"Aku tidak ingin bertemu siapapun sekarang." Su Li membutuhkan waktu untuk meredam amarahnya yang hampir meledak. Ketukan pada pintu kembali terdengar, Su Li hampir saja mengumpat saat maniknya bertemu dengan manik pemuda yang berdiri di depan pintu. Ziang Wu menghampirinya, membuat Xiao Lu pamit undur diri. Diam-diam pemuda itu berterima kasih karena Ziang Wu sudah meredakan ledakan yang hampir saja terjadi.

"Aku dengar pertemuanmu dibatalkan."

"Hanya reschedule," jawabnya singkat. Melihat gurat kekesalan yang belum sepenuhnya menghilang, membuat Ziang Wu mencetuskan sebuah gagasan. "Bagaimana jika hari ini kita kencan?"

Ucapan pemuda Ziang itu sukses membuat Su Li menaikkan alisnya bingung. Bahkan pemuda itu mengitarinya untuk mengambil blazer pink yang tergantung tepat di belakang Su Li. Kemudian meletakkannya di pundak yang terbalut turtleneck putih.

"Aku akan mentraktirmu makanan enak. Jadi mari berangkat sekarang, nanti kita akan terjebak macet."

Seperti anak kecil yang menurut, Su Li mengikuti Ziang Wu dengan penuh tanda tanya. Menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Selama perjalanan keduanya terkurung dalam keheningan hingga sedan hitam itu berhenti di depan sebuah bangunan rumah kayu.

Dari awal melihat, Su Li merasa akan menyukai tempat tersebut. Sebuah rumah kayu yang dibangun di tengah halaman luas dengan satu pohon oak besar di halaman. Tanaman rambat memenuhi salah satu tembok. Beberapa pot bunga berjajar di bagian teras. Suasana yang asri dan menenangkan membuat amarahnya perlahan mennyusut. Sebuah papan kayu berukir Secret Garden tergantung di atas sebuah kotak surat berwarna merah. Ziang Wu meraih tangan Su Li dan mengajaknya menapaki jalan setapak yang disusun dengan batuan koral.

"Ayo kita masuk," ajaknya.

Tatapan takjub menyapu seluruh halaman, tanpa sadar senyumnya terkembang. Membuat pemuda di sebelahnya juga ikut mengukir senyum. Seorang wanita muda berapron putih menyambut keduanya ketika melewati pintu kayu bercat putih itu.

"Hari ini kau datang dengan kekasihmu, ya?" ucapnya ramah. Saat Ziang Wu ingin mengelak, Su Li mengeratkan tautan jemari keduanya. Wanita itu hanya terkekeh sekilas kemudian mempersilakan pasangan itu untuk mencari tempat duduk.

"Croffle dan juga egg tart disini yang paling enak.Walaupun menurutku kau akan menyukai semua dessert yang ada."

Su Li memperhatikan Ziang Wu yang masih bersemangat merekomendasikan makanan untuknya. "Apakah wanita itu mantan kekasihmu?" Pertanyaan Su Li sukses membuat pemuda itu menatapnya bingung. "Atau kau menyukainya?" Gadis itu menunjukkan sisi yang lebih antusias, manik tanpa berkelopak mata itu menatapnya penuh rasa ingin tahu. Membuat sisi jahil Ziang Wu muncul dan mengambil alih.

"Aku tidak memiliki nyali sebesar itu untuk mempertemukan calon istri dan mantan kekasihku."

Jawaban Ziang Wu membuat Su Li mendesah kecewa. Padahal ia berharap jika wanita itu yang Ziang Wu sukai, wanita itu sangat cantik. Sungguh.

***

"Jadi, ada berita baik apa yang ingin kau sampaikan?"

Su Liang menunggu dengan antusias. Pasalnya tidak biasanya sang Putri berinisiatif untuk makan malam di rumahnya. Bahkan sampai mengundang Ziang Chen dan sang Putra. Semenjak Su Li mendatangi kantornya tadi pagi, Su Liang tidak bisa menutupi rasa penasarannya. "Kumpulkan saja semua orang, aku ingin mengatakan sesuatu. Undang Paman Ziang dengan Ziang Wu juga."

Su Li berdiri memandangi Ayahnya dengan tersenyum kecil. "Ayah, malam ini aku akan memperkenalkan calon suami yang aku pilih." Pandangannya kemudian beralih kepada Ziang Wu yang tersenyum dan mengangguk kecil.

Manik kecoklatan di balik kacamata itu membulat sempurna. Ia tak menyangka akan sampai dimana Su Li akan memperkenalkan calon suaminya. Pandangannya kemudian turun kepada pemuda Ziang yang duduk tenang di sebelah sang Ayah.

"Apakah orang yang kau maksud adalah Ziang Wu?" tebaknya.

Anggukan mantap Su Li membuat tawa bahagia Su Liang pecah. Bahkan lelaki paruh baya itu sampai bertepuk tangan. Kebahagiaan yang dirasakan Su Liang sangat kontras dengan sisi kanan meja dimana Wu Xia merenggut masam. Menyenggol kesal Wei Fang yang asik menghabiskan makanannya tanpa peduli bahwa bisa saja posisi mereka saat ini terancam.

"Jauh-jauh aku mencari ternyata besanku sudah di depan mata," seloroh Su Liang yag hanya disambut senyum lebar dari Ziang Chen. "Anak muda memang tidak pernah kita duga, Tuan," ucapnya.

"Aku sangat merestui hubungan ini. Jadi jangan panggil aku Tuan, kita Besan sekarang. Ziang Wu angkat gelasmu, kita harus merayakannya malam ini."

Pemuda itu beranjak dari tempat duduknya, "Ijinkan saya menuangkan anggur untuk Paman."

"Jangan memanggilku Paman. Kau bisa memanggilku Ayah."

Pemuda itu hanya tersenyum kecil walau disalah satu sudut hatinya merasa bersalah. Andai Paman tahu bahwa ini semua hanyalah sementara, batinnya. Namun ia berusaha memegang teguh janjinya untuk menjaga dan juga membantu gadis yang sedang menatapnya dengan senyum tipis di seberangnya saat ini.

Setelah acara pertemuan keluarga itu selesai, sekarang di sinilah keduanya berada. Saling duduk berhadapan di meja makan yang terbuat dari kayu yang sengaja Su Li impor dari luar negeri. Tenggelam dalam keheningan, hanya terdengar sesekali suara gesekan kertas.

"Jadi, ada yang ingin kau tambahkan?" ujar Su Li memecah keheningan diantara keduanya. Ia sudah berpesan agar Ziang Wu jangan sampai terlalu mabuk karena mereka harus membahas isi kontrak pernikahan mereka.

"Setelah menikah, kita akan tinggal di rumah pengantin yang sudah disiapkan oleh Ayahmu. Tetap berinteraksi seperti biasa di kantor, dan berperan sebagai pasangan yang baik di hadapan publik." Ziang Wu mengangguk mendengarkan Su Li berbicara sambil membaca baris demi baris kalimat yang terdapat di kertas yang sedang ia genggam saat ini. Pemuda itu kemudian melipat salah satu halamannya, "Apa maksud dari poin ketiga belas?" Su Li kemudian mencari poin yang dimaksudkan oleh Ziang Wu. "Seperti yang tertulis, kita akan tidur di kamar yang terpisah."

"Bagaimana jika ketika ada yang berkunjung ke rumah kita? Ayahku atau Ayahmu?"

"Kita harus menyiasatinya dengan baik. Kau tahu kita bukanlah menikah yang sesungguhnya. Aku ataupun kau juga harus memiliki privasi."

"Itu artinya kita bisa bertemu dengan orang lain dengan bebas?"

Ada rasa sedikit kecewa menjalari hatinya saat melihat gadis di hadapannya itu mengangguk. Walaupun begitu ia tetap menorehkan tanda tangan di halaman terakhir.

"Ziang Wu. Ingatlah bahwa hubungan ini hanyalah sebatas kerjasama. Aku tidak ingin kau terjebak dengan wanita seperti diriku. Kau layak mendapatkan yang lebih baik."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro