❬ 8 ❭ Keingintahuan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Udah denger berita itu?"

"Ah, iya. Berita pernikahan Song Jong Ki, ya, kan?"

"Bukan itu!"

"Eh? Terus apaan?"

"Ini tentang Vano yang digosipin pelaku pemerkosa." Orang-orang di sekeliling lainnya ikut meributkan hal yang sama.

"Hah? Emang ada buktinya?"

"Cuma beberapa foto. Masih gak jelas juga, sih. Lagian ... beritanya juga masih tumpang-tindih."

"Mana sini, biar gue liat foto yang lo maksud."

Dia, Mala, memberikan ponselnya yang menyala menunjukan foto yang vulgar di mana itu tidak pantas untuk dilihat. Di sana, ada Vano dan seorang wanita dewasa, yang entah siapa.

Nuri yang melihatnya seketika memasang ekspresi tak percaya. Bukan. Nuri bukannya syok tentang foto yang kini ia lihat, hanya saja, ia berpikir tentang betapa bodohnya orang-orang di seputar sekolahnya ini.

"Jadi kalian setolol ini, ya," ucap Nuri yang merasa kesal. "Diliat darimana pun juga, udah jelas kalo Vano korbannya, kan?"

"Masa, sih? Lo tau dari mana, Ri?"

"Di fotonya aja udah jelas kalo si cewek yang mau nerkam Vano. Ditambah lagi, fakta kalo Vano selama ini gak pernah tertarik, apalagi berhubungan sama cewek. Jadi, bukannya itu mustahil?"

"Tapi bukannya dia deket sama Keyra akhir-akhir ini?"

"Keliatannya sih gitu. Sebagai temen terdekatnya Keyra, gimana menurut lo, Va?"

"Huh? Em, setau gue Vano deketin Keyra cuma buat bilang makasih doang seudah kejadian Alvaska itu. Terus mereka jadi deket karena beberapa hal. Itu pun cuma sebagai temen kok, gak lebih."

Mala menyahut, "Eh, iya! Bukannya sewaktu itu ada yang sebarin foto Keyra sama Vano lagi di mall?"

"Emang kenapa, La?"

"Yah ... kali aja dia dapetin info kecil tentang hubungan mereka, atau apa gituu."

Mendengar ucapan Mala itu, mereka mendadak diam dan berpikir untuk mencari orang yang menyebarkan foto Keyra dan Vano yang saat itu sedang berada di mall. Seolah dia adalah satu-satunya harapan dari rasa keingintahuan mereka. Memang terasa aneh saat semua orang tiba-tiba menjadi detektif yang ingin mengungkap kebenaran.

Di saat semua kembali tenang dan hendak melakukan aktivitas lain, segerombolan anak yang sering bepergian bersama Tomy masuk ke dalam kelas dengan kasar. Ia membanting pintu sembari napasnya tersengal-sengal.

"Buka pintunya pelan aja bisa gak, sih?!" Nuri membentak.

Orang itu tidak mengindahkan kemarahan Nuri terhadapnya. Dia lalu memberitahukan sebuah kejadian menarik. Dia bilang, "Udah denger berita Vano itu, kan? Tadi gue juga liat kalo Vano lagi berantem sama Reno juga Tomy di lorong kelasnya Vano. Tau apa yang bikin gue kaget? Vano marah! Dia sampe hajar wajahnya Reno, lho!"

Mala mengernyitkan dahi, "Bentar. Kok Vano bisa marah gitu, sih? Vano kan gak pernah nunjukin sedikit pun emosi selama ini, ya, kan."

"Nah, kan! Makanya gue juga kaget."

"Hah ..., Vano kayak gitu pasti ada sebabnya. Paling juga Reno atau Tomy yang mulai manasin dia duluan." Nuri menjawab dengan tenang. Dia sangat yakin jika mereka duluan yang memancing amarah Vano. Lagipula, Reno maupun Tomy terkenal sebagai biang onar.

Kemudian, orang itu menceritakan pertengkaran itu sedari awal. Di mana Renolah yang memprovokasi Vano duluan. Hingga saat Vano melayangkan tinju ke wajahnya.

Saat semua sibuk mendengarkan, seorang laki-laki yang mengaku mengambil foto Vano di mall juga ikut membeberkan apa yang ia tahu.

"Karena penasaran, gue ngikutin mereka waktu itu," ungkapnya. "Dan kalo gak salah denger, Keyra sebut-sebut aseksual gitu."

"Aseksual? Apaan, sih, itu? Gue gak tahu."

"Ck, aseksual itu ya gak akan bisa rasain cinta, bodo!"

"Woah, serius? Duh, berarti kasian banget dong. Eh, tapi siapa emang yang aseksual?"

"Bukannya udah jelas itu ditunjukin buat Vano? Gini deh, secara dia kan gak pernah ngejalin hubungan sama siapa pun. Di sini banyak cewek yang udah dia tolak. Alesannya sih, karena Vano pengen fokus belajar. Tapi gimana kalo alesan yang dia buat itu cuma nutupin kalo Vano aseksual?"

"Bener juga."

Kebenaran yang bercampur aduk. Mereka saling menghubungkan puzzle acak untuk memberi gambaran yang jelas. Diam-diam, Alvaska tersenyum di belakang tembok. Merasa terpuaskan dengan kelakuan mereka yang terus menggali kuburan Vano. Ini balasan yang adil atas semua yang Vano perbuat padanya.


❬✧✧✧❭

"Lo yakin gak papa?" tanya Keyra tampak khawatir. "Kalo enggak, apa kita bolos aja, ya?"

Vano mendelik. "Gak usah."

"Terus lo mau masuk kelas setelah kejadian tadi? Vano, mereka semua ribut tentang masalah ini."

Mata Keyra menyorot sendu saat melihat Vano yang tak banyak bicara dan hanya diam meringis. Keyra sedang mengobati beberapa luka Vano.

Kembali Keyra menyalahkan diri sendiri. Ini semua berawal karena dirinya, ia jadi menyeret Vano ke dalam masalah yang lebih besar. Tak pernah sekalipun Keyra menyangka bahwa Alvaska dapat berbuat sejauh ini untuk menghancurkan mereka. Entah apa yang sebenarnya diinginkan mantan pacarnya itu. Keyra menyerah untuk memikirkan alasannya.

❬✧✧✧❭

[A/N]

Sedikit banget, ya?😅

Oke, sorry:))

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro