09. Cowok Penggesek Biola

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam membungkus kota Jakat.

Di kamarnya, di atas kasur ber-bed cover warna krem, Yumna rebahan seraya memegang ponsel dan cengar-cengir sendiri.

Cengar-cengir Yumna jelaslah bukan tanpa alasan, ini sebab Yumna sedang berselancar di laman akun Instangram-nya. Instangram adalah sebuah aplikasi yang kegunaannya sama dengan Instagram di dunia nyata.

Coba tebak, berapa pengikut akun Instangram Yumna?

Pengikutnya adalah sekitar 490 ribu. Inilah salah satu alasan yang membuat Yumna cengar-cengir tak jelas. Padahal kalau di dunia nyata, dia hanya memiliki 34 pengikut Instagram. Itu pun teman aslinya hanya Siti, sebagian milik akun olshop, sebagian akun entah siapa yang barangkali follow secara random dan menginginkan followback.

Di Dunia Loka, Yumna adalah duta krim EXOTIS, merek krim herbal penggelap kulit milik Papanya. Dia belum lama menjadi seorang duta EXOTIS dengan memiliki pengikut hampir 500 ribu.

Postingan Instangram yang ada jugalah tidak ada yang narsis-narsis karena karakter bot Yumna juga pemalu seperti dirinya, sekedar menampilkan foto atau video promosi EXOTIS atau beberapa foto sendiri seperti dengan gaya yang kalem-kalem. Semisal foto memegang buku dengan ditelungkupkan ke wajah atau foto siluet wajahnya dari tampak samping.

Di luar atensinya, satu-satunya unggahan yang menampilkan siluet tampak samping yang pastilah mengekspos bibirnya yang lebih mancung daripada hidung itu justru banjir pujian warganet dengan komentar beragam.

@genieaaa
Omg, cantik banget, Tuhan.

@kara_
So pretty.

@helena247
Boleh ya, punya bibir sama hidung sebagus itu?

@uda987
Kaka cantik.

@abang_somay
Masih jomblo nggak nih?

@gutengggg
Dari samping aja cakep amat woy!!!

@punya_utang_banyak
Ceweknya aku.

@si_keribo
Jodohku nih.

@perjaka_ting-ting
Nikah sama abang yok, Dek Cantik.

@sugardaaddy69
Bisa nih, jadi istri ketiga saya.

Itulah sebagian komentar yang Yumna baca. Dia cukup jengkel dengan komentar-komentar cowok, bahkan om-om yang menggodanya. Memang, dia menginginkan sebuah pujian dan validasi bahwa dirinya menarik, tapi hingga kini dirinya mendapatkan itu semua, perkara digoda oleh cowok seperti dalam komentar yang ada tetaplah membuatnya sebal.

Lupakanlah tentang komentar-komentar menyebalkan yang ada, kini fokus Yumna terlalihkan pada Ken yang ikut rebahan di sampingnya, mengeong seraya mendusel lengan tangannya.

"Laper, Ken?"

Ken mengeong lagi.

Yumna bukanlah seperti Yuda yang paham bahasa hewan, tapi ngeongan Ken diterjemahkan Yumna bahwa Ken memang lapar.

Akhirnya Yumna pun meraih tubuh Ken. Menggendongnya keluar kamar. Memberikankan Ken semangkuk wet food daging salmon.

Lahap sekali Ken melahap wet food-nya, Yuman pun tersenyum menyaksikan itu seraya berjongkok. Beralih menoleh ke arah lain begitu dipanggil Masdar, "Kak, katanya mau adopsi kucing betina buat Ken?"

"Iya, besok habis sekolah bareng Iris. Kamu mau ikut ke shelter, Dar?" jawab Yumna.

Barusan secara otomatis, dia mendapatkan ingatan bot Yumna begitu ditanya Masdar. Ingatan tentang pertama pindah ke Pondok Harum, bot Yumna curhat pada Masdar kalau ingin mengadopsi kucing betina untuk menjadikannya teman hidup Ken. Masdar pun langsung merekomendasikan shelter terdekat dari perumahan baru mereka.

"Nggak ah, ngapain. Aku mending futsal sama temen-temen atau nongki-nongki di kafe," sahut Masdar yang langsung melanggeng ke ruang keluarga. Menyalakan televisi untuk menonton pertandingan sepak bola usai Yumna menjawab singkat, "Oke deh."

Menghela napas sejenak, Yumna merasa ikut lapar. Dia beringsut ke pantri, mengambil mie instan cup rasa soto.

Seutas senyum singgah di bibir tebal Yumna begitu membaca merek mie di tangannya. Pip Mie, begitulah merek produknya, kalau di dunia nyata bisa dibilang Pop Mie, nuansa desainnya juga mirip, hanya lebih simpel Pip Mie.

Belum 24 jam, melalui penjelasan Yuda dan ingatan bot Yumna, Yumna sudah mulai pandai beradaptasi di Dunia Loka. Salah satunya adalah perihal merek produk-produk yang kadang kemasannya hampir sama dengan yang ada di dunia nyata, contoh dekatnya seperti antara Pop Mie dan Pip Mie.

Tanpa perlu banyak waktu, segera Yumna membuka tutup cup Pip Mie. Beringsut mendekati dispenser dan menuangkan air panas ke Pip Mie sembari bersenandung aneh--entah lagu apa yang dia senandungkan, nadanya juga tidak jelas, samar-samar, yang jelas tentang nada biola yang mengiringi hentakan lemah pantofelnya di atap sekolah yang matian-matian dirinya coba ingat-ingat.

Yumna penasaran lebih jauh tentang profil cowok penggesek biola itu. Nanti setelah perutnya kenyang, dia hendak stalking-stalking, mencari informasi banyak tentang cowok itu yang kata Iris sebutannya adalah Kak Ren.

Lagi, lukisan senyum terulas di bibir tebal Yumna seraya wajah bule dengan mata sipit lelaki itu tergambar jelas dalam ingatan.

***

Di Dunia Loka, Yumna juga memiliki keluarga yang lengkap; memiliki dua orang tua, serta Taslim dan Masdar. Semua bentuk karakter dan bentuk rupa mereka juga sama, yang membedakan adalah perihal mereka hanya bot dan nasib kehidupan yang berbanding balik dengan yang ada di dunia nyata.

Di dunia nyata, Suprapto adalah seorang pedagang bakso, lantas Maemunah istrinya, tak ubahnya seorang penjahit. Sedangkan di Dunia Loka, Suprapto menjadi presdir di perusahaan miliknya, sedangkan Maemunah menjadi ibu-ibu sosialisasi yang memiliki butik-butik barang branded. Di dunia nyata, Suprapto yang hitam dan memiliki hidung pesek dan bibir tebal seperti Yumna, bukanlah termasuk golongan pria ganteng, di sini justru sebaliknya. Pun sama, Maemunah yang berkulit putih cerah dengan hidung mancung dan bibir tipis, cantik sekali di dunia nyata, justru menjadi wanita kurang pesona perihal fisik, memilih sedikit menggelapkan kulit dengan krim EXOTIS.

Sama halnya dengan Taslim dan Masdar, dua saudara Yumna ini bukanlah cowok ganteng di Dunia Loka. Tapi setidaknya mereka masih tertolong oleh kekayaan orangtua dan uang sakunya yang banyak, cewek-cewek cantik tetap rebutan mencari perhatian, tinggal dipilih, setidaknya tidaklah sengenes Yumna yang tidak laku.

Yumna mendesah kesal. Sudah hampir satu jam, tidak ada kemajuan berarti. Ajang stalking-nya gatot, alias gagal total.

Sudah banyak memasukkan kata kunci di Instangram, tetapi hasilnya nihil, tidak menemukan akun Kak Ren berwajah cowok penggesek biola itu. Pun sama, sudah berulang-ulang mencari beragam kata kunci yang menurutnya relevan dengan cowok itu di media sosial TokTik, Twittweet, ataupun Funbook, hasilnya percuma.

Yumna melempar ponselnya secara asal ke kasur. Beralih posisi dengan tidur telentang seraya menatap langit-langit kamar. Terbesit menanyakan perihal Kak Ren pada Iris, tapi segera kepalanya dia gelengkan, itu keputusan kurang tepat karena bisa menghancurkan harga dirinya yang kalem dan terkesan kurang tertarik pada kaum cowok. Lagi pula, dia selalu malu membahas tentang cowok yang ditaksirnya pada siapapun, sekalipun pada teman dekatnya seperti Siti, dia hanya terbuka pada teman Chat Gpt.

"Kayaknya dia nggak main medsos deh," gerutu Yumna, menghempas napas pasrah, "Atau kalo nggak, pasti nggak posting foto sendiri di foto profil dan unggahan medsosnya."

Demi Tuhan, Yumna kepo lebih jauh tentang profil cowok itu--lebih dari sebutan Kak Ren, kakel kelas Xll Bahasa, jelek, siswa masuk jalur beasiswa, permainan biolanya cakep banget, itulah infomasi yang dirinya dapatkan dari Iris begitu Kak Ren tak acuh saat di rooftop dengan cepat beranjak pergi. Namun, untuk sampai malam ini, dia bisa apa dalam situasi kegagalan menggali informasi cowok itu?

Yumna sungguh pasrah, toh dia mulai mengantuk, memilih mencoba menutup mata untuk tidur pulas.

Sedangkan, di waktu yang sama dengan malam yang kian matang, sosok itu, Ren yang sedang berada di rooftop rumahnya tengah berdiri mendayu, penuh pengkhayatan memainkan biolanya. Sebelah tangannya luwes menggesekan bow pada senar biola, tubuhnya bergerak sesuai irama, sesekali kedua mata sipitnya memejam, gendang telinganya yang tertutup tudung hoodie hitam yang sedang dikenakannya itu bekerja keras mendengarkan dengan penuh nostalgia.

Sungguh penuh nostalgia. Lagu yang tengah dibawakannya ini menostalgianya pada seseorang yang sudah bertahun-tahun dirinya rindukan.

Angin malam mendesau lemah. Mengantarkan irama kerinduan yang menjalari ruang hati dan pikiran Ren.

Sosok itu ... Bocah Topi Butut. Begitulah cara Ren menjulukinya dari awal berjumpa.

______________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro