10. Beauty Privilege

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yumna sedang merasakan apa itu beauty privilege.

Beauty privilege, sebuah perlakuan khusus atau keuntungan untuk mereka yang memiliki fisik, penampilan lebih menarik dari yang lainnya menurut standar kecantikan yang ada.

Sekarang Yumna lebih banyak dianggap keberadaannya tanpa perlu bersusah payah melakukan beragam upaya untuk mendapatkan validasi bahwa dirinya menarik. Menjadi cantik ternyata memang bisa seberpengaruh ini untuk mendapatkan perhatian lebih; seperti sekarang yang baru saja 2 hari sekolah, tapi dirinya sudah dikenal di hampir semua siswa-siswi SMA Ciliwung, mendapatkan perhatian khusus dari sebagian besar siswa yang dirinya rasakan sebagai beauty privilege.

Misalnya, saat istirahat pertama, kursi kantin penuh, seorang cowok dengan sigap menawarkan tempat duduknya untuk Yumna. Namun, ketika Yumna enggan menerima tawarannya karena Iris belum mendapatkan kursi, segerombolan cowok beramai-ramai menawarkan kursi mereka untuk Yumna dan Iris. Membuat Iris tersenyum senang karena tak perlu susah payah menunggu terdapat kursi kosong lebih lama, tapi juga senyuman itu diiringi decakan lirih, "Dasar cowok-cowok caper!"

"Kamu mau adopsi kucing kayak apa buat jadiin temannya Ken, Yum?" tanya Iris begitu mereka berdua masuk dan duduk di kursi penumpang yang ada di belakang supir mobil Merayu.

"Penginnya kucing yang sama-sama warna oren sih, Ris," sahut Yumna seraya merapikan poni rambutnya yang masih rapi.

"Kalo ada, adop yang oren-putih, Yum. Biar ada variasinya gitu," usul Iris, diekori kikikan khasnya.

Yumna mengangguk setuju. Lantas mereka tertawa bersama.

Selama perjalanan ke shelter dengan Pak Guntur selaku sopir pribadi keluarga Yumna fokus menyetir mobil Merayu, dua sahabat itu banyak merumpi seputar aktivitas mereka di sekolah. Salah satunya perkara kejadian Geng Joko beramai-ramai menawarkan kursi mereka karena caper ke Yumna.

"Pokoknya demi apa pun, kamu nggak boleh terpesona sama Joko, Yum. Dia tuh playboy, siapa aja yang cantik dan masih jomblo, bakalan ditaksir sama dia. Kebetulan dia baru aja putus sama pacarnya, Susi dari kelas sebelah, jadi dia gercep caper begitu ada kamu," omong Iris, menenggak Teh Puncak dari botolnya.

Sudah diprediksi dari awal bahwa Joko menyukainya, Yumna merasakan kecaperan Joko dari pertama kali cowok berambut kribo ini memberikannya kedipan mata, Joko juga sering menyapanya di hampir setiap istirahat, tadi malah membuat heboh sekolah dengan menawarkan kursi miliknya yang berujung menyuruh anak gengnya beramai-ramai memberikan kursi mereka untuknya dan Iris--seperti yang sudah dibahas  sebelumnya.

"Memang sih ganteng, tapi pokoknya kamu jangan sampai tertarik," lanjut Iris seraya sebelah tangannya menutup botol Teh Puncak.

Seutas senyum singgah di bibir Yumna. Menyahut, "Tenang aja, aku nggak bakal suka sama Joko kok."

"Sip!" seru Iris sembari memamerkan satu jempol tangannya.

"Eh ... atau jangan-jangan kamu udah punya pacar?" selidik Iris setelah kedua matanya melebar karena baru sadar atas kebodohannya tentang Yumna yang cantik dan jelaslah banyak yang naksir kala belum pindah ke Pondok Harum dan SMA Ciliwung, tinggal dipilih saja, tidak seperti dirinya yang ngenes sebab nyaris tidak ada yang menaksir.

"Aku nggak punya pacar, Ris," jujur Yumna, merogoh ponselnya di sling bag yang ada di pangkuan.

"Halah! Nggak usah bohong!" ledek Iris sambil menduil sebelah lengan atas Yumna.

"Serius. Aku nggak bohong," bela Yumna begitu berhasil mendapatkan ponsel iPop warna hitam miliknya, "Aku tuh nggak ada yang suka."

Bukan langsung menjawab dengan kata-kata, Iris mencubit gemas lengan Yumna, membuat sahabatnya ini melebarkan mata dan berakhir meringis perih.

"Cewek secantik kamu nggak ada yang suka? Ngaco!" decak Iris, "Merendah banget sih, memangnya aku?" Iris menunjuk wajah amat biasanya itu dengan jari telunjuknya.

"Serius!" sahut Yumna yang disertai simbol peace dengan menunjukkan dua jarinya membentuk huruf V.

Lagi. Iris mencubit Yumna. Memberikan gadis berkulit eksotis dambaan sejuta umat tersebut rasa perih sebagai bagian dari merajuk karena malah bercanda dan terlalu merendah diri.

Sekon berlalu, mereka berdua tertawa. Mobil Merayu kian mengikis jarak menuju shelter.

***

Akhirnya sampai juga di shelter yang dituju Yumna dan Iris.

Rumah Singgah Jimmi. Begitu nama shelter yang tengah mereka kunjungi.

Menerawang dari tampak depan, Rumah Singgah Jimmi seperti sebuah rumah pada umumnya yang didominasi oleh material kayu dengan 2 lantai. Bergaya rustic yang terkesan menyatu dengan alam.

Di depan rumah, terdapat sebuah taman hijau dengan pelataran rumput Swiss dibersamai tumbuhnya beberapa jenis bunga seperti bougenville, mawar, hingga beberapa tanaman bonsai dan topiari, lantas tumbuh tanaman hijau-hijauan seperti cocor bebek, lidah buaya, sampai terdapat pohon mahkota dewa yang bisa menjadi obat diabetes dan asam urat.

Sejauh memandang Rumah Singgah Jimmi, tak ada satupun kucing yang terlihat melintas, apalagi berkeliaran. Namun, terdapat satu spot yang lolos membuat Yumna dan Iris mengalihkan perhatian sepenuhnya dan girang melangkah mendekat usai Iris menunjuk ke lain arah dan berseru nyaring, "Itu Monumen Kucing Jimmi!"

"Wah! Jadi ini patung kucing Jimmi yang dibicarakan Pak Herlambang," ujar Iris seraya menyentuh bagian hidung patung kucing Jimmi. Teringat jelas tentang Pak Herlambang, guru geografinya yang dulu pernah menceritakan kisah haru dari kucing Jimmi dan Cece Jia.

Tidak ada komentar dari Yumna. Gadis berkulit eksotis itu memilih mengamati monumen kucing Jimmi yang dibangun di dekat tembok pagar samping Rumah Singgah Jimmi. Patung kucing berbentuk pose cat loaf  di atas sebuah pohon kucing, didesain dengan material yang sama dengan patung batunya. Di pinggiran pagar itu, terdapat tulisan "Selamat datang di Rumah Singgah Jimmi" dan dilengkapi satu set meja beserta kursi batu alam.

"Kenapa patungnya pose cat loaf? Bukankah lebih masuk ke tema selamat datang kalo pose kucingnya mungkin seperti ... sedang melambaikan dua atau sebelah kakinya--yang difungsikan seperti tangan--dalam arti menyambut para pengunjung?" komentar Yumna, merasa ketidakserasian antara monumen yang ada menjadi spot selamat datang, justru disambut dengan pose patung kucing yang cat loaf, seharusnya bergaya bak pose Maneki Neko.

Cat loaf adalah pose keempat kaki kucing terlipat di bawah tubuh dengan tubuhnya tetap tegak, serta kedua matanya memejam sejenak--yang jika dipatungkan, kedua matanya memejam sempurna.

Sedangkan Maneki Neko adalah sebuah miniatur kucing yang biasanya dibuat dengan porselen atau keramik. Satu kaki yang difungsikan sebagai tangan, dilambaikannya seperti sedang memanggil orang. Miniatur tersebut dipercaya bagi sebagian orang keturunan Tionghoa di Indonesia dalam hal menarik keberuntungan. Oleh karena itu, banyak terpajang di toko, restoran, rumah, atau tempat lain. Yumna juga sering melihat Maneki Neko di toko kelontong milik Koh Dennis setiap kali dia berbelanja sesuatu di sana.

Terdengar tawa ringan Iris mendapati ketidakmengertian temannya. Gadis yang mengenakan kemeja flanel ini pun menepuk sebelah bahu Yumna, meluruskan, "Ada alasannya kenapa patung kucing Jimmi posenya cat loaf."

"Memang alasannya apa?" sahut Yumna, penasaran.

"Alasannya gini, jadi dulu tu--"

Baru saja ancang-ancang menjelaskan sesuatu, kebendaharaan kata Iris terpotong oleh suara seorang wanita yang menyapa mereka berdua.

"Halo. Selamat datang di Rumah Singgah Jimmi, Nona-nona."

Ekor mata mereka berdua pun beralih menuju muara suara.

Seorang wanita senja berusia kisaran 60-an tahun menghampiri mereka berdua secara perlahan. Wanita senja ini tidak datang seorang diri, melainkan bersama seorang remaja cowok.

Masih ragu dengan penglihatannya, Yumna memicingkan mata. Tiba-tiba jantungnya berdebar lebih keras kala akhirnya dia yakin sekali, siapa yang sedang mengekori wanita senja rambut putih bersanggul.

Sosok itu adalah Si Dia yang seharian di sekolah ingin sekali Yumna lihat.

Sosok itu adalah Si Dia yang diidamkan Yumna untuk kali keduanya mendengar suara getaran senar biola yang digesek oleh bow, menciptakan instrumen yang begitu menawan.

Sosok itu--

Kak Ren, sebut Yumna dalam senyap.

_________________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro