26. Gelang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa?! Setelah menculik Idunn, dia meminta kita untuk mengirimkan apel-apel berharga itu ke Jotunheim?! Jangan bercanda!!"

Beberapa waktu kemudian di siang hari, Loki telah kembali ke Asgard dan menyampaikan hasil dari pertemuannya dengan Raja Thiazi. Tentu saja, ia sudah kembali ke dalam wujudnya sehari-hari sebagai seorang Aesir, berkat bantuan Thiazi. 

Saat ini, Loki menyampaikan semuanya di ruang singgasana istana Valaskjalf, disaksikan oleh ayah angkatnya Odin, dan beberapa tokoh dewa utama, juga Thor. Begitu selesai Loki memberi pernyataan, Thor yang pertama kali mengajukan keberatan.

"Sudahlah! Lagi pula, Idunn kembali dalam keadaan sehat, tak kekurangan sesuatu apa pun! Ia diperlakukan dengan baik di sana, bukan begitu?" tanya Loki pada sang dewi yang sejak tadi berdiri di sebelahnya.

"Benar. Aku ditempatkan di kamar yang terbaik. Raja Thiazi hanya ingin agar aku membentuk perkebunan apel yang sama di Jotunheim, dengan ukuran yang lebih kecil," jelas Idunn. "Namun, karena kendala iklim dan cuaca, aku tak bisa membantunya. Apelku tidak bisa tumbuh di wilayah dingin seperti itu."

"Aku tetap tidak akan menerima!" Thor bersikeras. "Apel Idunn adalah kunci bagi kita untuk memenangkan setiap peperangan. Tanpa apel tersebut, kita tidak akan cukup kuat menghadapi para raksasa Jotun. Dan kau ingin membaginya pada pihak musuh?!"

Loki tersentak mendengar pertanyaan tersebut. "Tapi Raja Thiazi memerlukannya bukan untuk perang. Beliau hanya ingin menguatkan tubuhnya di usia tua, sampai putrinya siap menduduki takhta."

Odin sang raja kaum Aesir menyaksikan semua perseteruan antara Loki dan Thor. Menurutnya, apa yang dikatakan Loki ada benarnya. Aesir dan Jotun sudah lama tidak berperang. Keduanya sama-sama lelah dan kehilangan banyak hal. Tidak ada yang benar-benar menjadi pemenang. Odin meramal, kemungkinan mereka akan berperang kembali adalah hanya saat Yggdrasil berguncang, dan saat itulah terjadi Ragnarok.

Perang besar Ragnarok tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat. Terakhir Odin mengecek, pohon Yggdrasil masih berdiri dengan kokohnya. Namun, tetap saja apel Idunn adalah sesuatu yang amat berharga bagi kaum Aesir. Odin tak ingin membaginya dengan kaum lain begitu saja. 

"Katakan padaku, apa yang bisa Thiazi tawarkan, andai kita memberinya apel-apel Idunn?" tanya Odin.

Loki menghela napas sejenak. Ia tahu, dirinya akan ditanya mengenai timbal balik dari Jotunheim. Loki menatap kedua mata ayahnya seraya berkata, "Raja Thiazi bersedia mengajariku keahlian pengubah wujud, untuk menjadi lebih mahir lagi."

Semua yang hadir di ruangan serentak terkejut mendengarnya. Sangat jarang, bahkan hampir tak pernah terdengar, ada seorang raksasa yang mau mengajari sesuatu pada kaum lain, terlebih lagi mengenai sihir pengubah wujud. Itu adalah ilmu yang hanya dimiliki oleh kaum Jotun, setidaknya sebelum kelahiran Loki.

Kecuali anggota keluarga Odin, mereka semua tidak ada yang tahu bahwa Loki bukanlah anak kandung dalam keluarga istana Valaskjalf tersebut. Naik istri maupun anak-anaknya yang baru saja mengetahui kenyataan tersebut dipaksa untuk membungkam mulut bila tidak ingin melihat Odin murka. 

Inilah yang membuat sang raja terlihat resah. Ia tidak ingin dicap penculik karena mengambil Loki sewaktu bayi dari kamar Raja Laufey usai perang dahulu. 

Di sisi lain, meninggalkan seseorang yang sudah terlihat bakatnya sejak lahir seperti Loki adalah kesempatan yang disia-siakan. Odin pun dulu mengambil kesimpulan yang menguntungkan dirinya; Loki butuh orang tua, sementara dirinya butuh seorang yang memiliki bakat pengubah wujud di Aesir. Itulah alasannya untuk mengangkat Loki menjadi anak.

Odin berdeham keras, berusaha membuat para hadirin teralihkan dari topik yang dibicarakan Loki. Tak boleh ada yang curiga, pikirnya.

"Loki, mari bicarakan di ruanganku. Untuk sementara, diskusi terbuka ini saya tutup." kata Odin. Seperti itu saja, Odin menutup rapat siang itu. Para hadirin yang lain tentu merasa sedikit kecewa karena tidak mendapatkan bocoran mengapa Raja Jotunheim mau mengajari ilmu khasnya pada Pangeran Aesir.

Perasaan Loki sedikit membuncah. Ia tahu, dengan segala kelihaiannya dalam berbicara, Odin akan setuju dengan kesepakatan yang ia buat bersama Raja Thiazi. Bila Loki berdalih kalau bakatnya akan amat berguna di kemudian hari, terutama saat Ragnarok kelak, Odin pasti bisa merelakan satu atau dua gerobak besar apel Idunn untuk dikirim ke Jotunheim.

Sementara itu di sisi lain, Thor merasa amat jengkel, ketika melihat kepergian Odin dan Loki memasuki satu ruangan yang sama. Ia mengumpat dalam hati.

Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?! Kalau sampai Loki jadi lebih kuat dari sebelumnya, dia bisa merebut kekuasaan yang seharusnya diberikan padaku!

***

"Bagaimana? Apa kau berhasil membujuk ayahmu agar menerima permintaan Raja Thiazi?"

Sigyn langsung memberondong suaminya dnegan pertanyaan, sesampainya pria itu tiba di kamar usai diskusi dengan Dewa Odin. Loki menyeringai lebar.

"Tentu saja. Manipulasi adalah keahlianku!"

"Bagus!" Sigyn bersorak dan bertepuk tangan satu kali. "Suamiku, kau harus benar-benar bisa memanfaatkan kesempatan ini!"

"Tentu saja. Tapi ada satu hal yang aku tak suka," kata Loki.

Sigyn melirik tak mengerti. "Apa?"

Tiba-tiba, Loki menarik lengan Sigyn, memutar tubuhnya, dan merengkuhnya dari belakang. Sigyn sampai terkejut akan hal itu. "Lo-Loki ...?"

Loki diam saja. Ia hanya menelungkupkan kepala di bahu istrinya itu seraya berkata, "Aku pasti akan sangat merindukanmu."

Sigyn tertawa kecil, kemudian sebelah tangannya meraih kepala suaminya itu dan mengelusnya. "Kamu masih bisa pulang sesekali, bukan?"

"Aku sangat mengkhawatirkanmu. Aku takut, sesuatu terjadi padamu dan anak-anak, selagi aku pergi."

Loki menatap Sigyn dengan perasaan cemas. Kekhawatiran Loki memang ada benarnya. Saat pria itu masih ada di sekitar saja, rusaknya rambut Sigyn tetap terjadi. Apalagi saat dia tidak ada. Loki takut, Thor dan Sif akan mencelakai istri dan anak-anaknya.

Saat meraih tangan Sigyn, Loki menyadari sesuatu. Kedua pergelangan tangan yang mulus itu tampak polos tanpa perhiasan apa pun. Tak seperti dewi-dewi lain, Sigyn memang tak terlalu suka memenuhi tubuhnya dengan perhiasan. Meski banyak yang telah dihadiahkan pada wanita itu oleh ibu dan mertuanya, Sigyn tetap mempertahankan kepolosan tangannya itu. Kecuali sedang ada acara formal.

Loki tampak berpikir sejenak. Tiba-tiba, tatapannya membelalak. Sebuah ide terlintas dalam benaknya.

"Angkatlah kedua tanganmu," pinta Loki. Sigyn hanya menurut, seraya mengangkat alis tak mengerti.

Dalam sekejap, Loki membisikkan mantra. Sesaat kemudian, cahaya berpendar mengelilingi lengan Sigyn. Cahaya itu berkumpul di sekitar pergelangan. Tak lama, partikel-partikelnya memadat, dan lama kelamaan berubah menjadi hitam dengan bentuk yang meliuk-liku. Ketika mantra usai diucapkan, ada dua gelang telah melingkar di sana.

Gelang-gelang tersebut memiliki tekstur yang aneh. Rasanya dingin ketika menyentuh kulit. Permukaannya bersisik dengan garis-garis berwarna hijau kekuningan. Sigyn hampir saja menganggapnya gelang biasa, kalau saja tidak ada kepala ular dengan sepasang mata kuning yang meliriknya. Gelang yang dikenakannya bukanlah benda mati.

"I-ini ...?!" Sigyn terbelalak. Kedua gelang tersebut merupakan sepasang ular yang tengah asyik melata di pergelangannya, dengan alur melingkar.

"Kedua ular ini bisa menjagamu. Tenang saja, mereka tak akan menyakitimu. Kalau terjadi sesuatu, ini akan menjadi penggantiku untuk menyelamatkanmu."

Dan begitulah. Keesokan paginya, Loki telah pergi untuk mengemban misi, meninggalkan Sigyn dan kedua anaknya di istana Valaskjalf dengan penjagaan kedua ular mini di pergelangan tangan. 

Saat mengantar kepergian suaminya, Sigyn terus menatap punggung Loki yang makin lama makin menjauh dan tak terlihat. Karena alur hidupnya telah berubah, Sigyn tak tahu lagi apa yang akan terjadi selanjutnya di depan mata.

***

Baca sampai TAMAT di karyakarsa.com/ryby hanya Rp. 1000/bab! Tanpa iklan, tanpa apk, tanpa download apapun!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro