(17)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Benar saja. Tak berapa lama setelah mereka masuk ke dalam rumah pohon milik Bibi, hujan turun dengan derasnya. Petir terdengar berdentum dengan sangat hebat. Aci dan Flo merasa bersyukur karena Bibi menawari mereka untuk beristirahat di rumahnya. Kalau tidak, mungkin mereka sudah kebasahan dan kedinginan sekarang.

Rumah Bibi hanya memiliki satu kamar sehingga Aci harus tidur di sofa ruang tamu. Dengan ditemani suara hujan yang menghantam atap kayu di rumah pohon Bibi, Aci duduk menatap keluar  jendela sambil menyesap secangkir coklat panas pemberian Bibi. Flo barangkali sudah tertidur pulas di kamar bersama Bibi. Aci sesekali memperhatikan rumah Bibi yang nyaman untuk ditinggali ini. Sempat terlintas di pikirannya mengapa Bibi mau tinggal di tengah hutan menyeramkan ini. Namun, mungkin dia akan bertanya nanti pagi saja.

Ia merogoh sakunya dan mengambil liontin kuning berbentuk bintang yang menyebabkan ia dan Flo melakukan petualangan ini. Keadaan liontin tersebut sama seperti terakhir kali ia melihatnya. Ia mencoba menggosok liontin itu dan hologram peta kembali terlihat. Ia melihat hologram tersebut dan mendapati bahwa ikon pohon di peta tersebut ternyata merupakan Gloomy Wood. Setelahnya, ia melihat simbol menyerupai gelombang di sebelah simbol pohon itu.

Aci tidak memikirkannya terlalu jauh karena sudah ada Yori yang mampu memberitahu tujuan mereka selanjutnya dengan tepat. Ia kembali menatap liontin itu sebentar sampai hologramnya menghilang lalu memasukannya kembali ke dalam sakunya. Anjing itu kemudian mengambil posisi berbaring lalu terlelap dengan nyenyak.

Pagi menyingsing. Hutan terkutuk ini tetap sunyi dan gelap. Ya, walaupun tidak segelap pada malam hari, namun hutan ini tetap menyeramkan. Bibi membuka gorden ruang tamu dan suara gesekan yang dihasilkan membuat Aci terbangun dari tidurnya. Bibi melihat ke arah Aci lalu tersenyum. Ia kemudian berkata, "Flo tidur sangat lelap semalam. Suara dengkurannya bahkan membuatku hampir tidak bisa tertidur. Untung saja ada Yori yang mampu membuatku tertidur dengan lagu penghantar tidurnya."

Aci menatap Bibi yang sedang berbicara. Ia menguap panjang lalu mengucek-ngucek matanya malas. Tak lupa ia meregangkan badannya sampai terdengar bunyi kemeretak tulang yang diregangkan. "Dia masih tertidur?" tanya Aci setelahnya.

Bibi mengangguk lalu merapikan jepitan yang menempel di rambut cepolnya. Tak lama, Flo berjalan dengan malas ke arah Aci dan Flo sambil ditemani oleh Yori yang melayang di atas pundak kanannya. Ia ikut duduk di sebelah Aci dan menyapa mereka. "Selamat pagi Aci, Bibi."

"Selamat pagi."

"Oh iya, Aci. Mana liontinmu itu? Setelah ini kemana tujuan kita?"

Bibi terlihat terkejut setelah mendengar pertanyaan Flo yang ditujukan untuk Aci. Ia memegang dagunya lalu bertanya, "liontin apa?"

Flo memandang Aci. Merasa paham akan maksud Flo, Aci kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan liontin yang dimaksud oleh Flo. Setelah melihat liontin itu, Bibi makin terlihat terkejut. Ia kemudian menarik tangan Aci dan Flo ke arah belakang. "Ikuti aku!"

Aci dan Flo terlihat sedikit memberontak akibat adanya ajakan paksa secara tiba-tiba dari Bibi. "Hei, hei. Apa maksudmu?!"

"Sudah, ikuti saja aku! Aku tidak akan menyakiti kalian."

Akhirnya, dengan terpaksa Aci dan Flo mengikuti Bibi. Ternyata, tupai itu mengajak mereka ke dapur rumahnya. Namun, ternyata tujuan asli mereka bukan di situ. Bibi membuka sebuah pintu di lantai dapur. Setelah dibuka, ternyata ada sebuah tali yang menghubungkan dapur dengan tempat lainnya. Bibi langsung meluncur turun dari tali tersebut lalu berteriak setelah sampai di bawah. "Cepatlah ke sini!" serunya, "hati-hati, jangan sampai terjatuh!"

Mendengar perintah dari Bibi, akhirnya Aci ikut meluncur turun menggunakan tali tersebut. Setelah itu, Flo mengikuti jejak Aci dan meluncur turun dengan pelan.

Untungnya, dua anjing itu berhasil sampai di bawah dengan selamat. Bibi menekan saklar lampu untuk menerangi ruangan ini. Ternyata, ruangan yang berada di bawah lantai dapur rumah Bibi ini adalah sebuah laboratorium. Kini, Aci tahu mengapa Bibi senantiasa memakai jas laboratorium kapanpun dan dimanapun.

Bibi terlihat berlari menuju satu rak buku. Aci dan Flo terlihat menunggu di dekat peralatan-peralatan penelitian yang tidak mereka ketahui apa fungsinya. Tak lama, Bibi kembali dengan menenteng sebuah buku berdebu yang lumayan tebal. Sampulnya terbuat dari kulit dan kertasnya terlihat sudah menguning. Nampak juga noda seperti bekas bakaran di sisi kanan atas buku bagian depan.

"Sekarang lihat ini," titah Bibi sambil membuka satu halaman buku yang menampilkan gambar sebuah liontin, "liontin yang kau miliki itu merupakan sebuah penemuan besar pada zaman kejayaan manusia dulu."

Aci dan Flo sama-sama terkesiap. "Benarkah?" tanya mereka serempak.

Bibi mengangguk mantap lalu melanjutkan perkataannya tadi. "Dijelaskan di sini bahwa liontin itu bisa mengabulkan permintaan apa saja dari seseorang. Tetapi, aku tidak tahu bagaimana cara menggunakannya. Di buku ini juga tidak dijelaskan cara menggunakan benda itu," ujar Bibi, "tapi yang aku tahu, kalian harus pergi ke daerah bumi selatan pada saat fenomena hujan meteor terjadi tahun ini."

Aci dan Flo saling berpandangan sambil berkeringat dingin. Fenomena hujan meteor itu akan terjadi...Dua hari lagi.

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro