(18)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Jadi, aku tebak pasti tujuan kalian adalah ke daerah bumi selatan, bukan?"

Aci terpaksa mengangguk. Sebenarnya, ia tidak ingin memberitahukan hal ini kepada orang lain selain Flo. Apalagi kepada orang yang baru ia kenal dalam semalam seperti Bibi. Bisa saja orang yang ia beritahu bermaksud jahat seperti Tuan Dabula dan Paman Kla. Tapi apa daya, semua sudah terbongkar oleh Bibi.

Melihat perubahan ekspresi yang sangat kontras di wajah Aci dan Flo membuat Bibi menjadi salah tingkah dan merasa bersalah. Sambil menggaruk-garuk kepalanya gugup dan tertawa kecil, ia berkata, "tidak apa, tidak apa. Aku tidak bermaksud jahat. Aku tidak akan mengambil liontin itu secara paksa dari tangan kalian berdua. Lagipula, apa untungnya bagiku?"

Ucapan Bibi barusan terdengar sangat meyakinkan sehingga membuat kedua anjing dari ras yang berbeda itu merasa lega. Bibi tidak berbohong saat dirinya mengatakan bahwa ia tidak akan mengambil liontin itu. Baginya, lebih baik ia menolong kelompok Aci daripada mengambil liontin itu.

"Jadi," lanjut Bibi lagi, "apa yang akan kalian minta melalui liontin itu? Aku tebak pasti uang."

"Tidak. Kami akan menyelamatkan dunia dari tangan Tuan Dabula. Ia mencoba untuk mendapatkan liontin ini dari tangan Aci untuk membuat permohonan agar bisa menguasai dunia selamanya. Jadi, kami akan membuat permintaan lain sambil menghindari singa tua tanpa surai itu."

Hati Bibi langsung mencelos setelah mendengar kata 'Tuan Dabula'. Senyum yang sedari tadi ia pasang mendadak turun dan berganti menjadi ekspresi murung. Flo yang menyadari perubahan air muka Bibi langsung menenangkan Bibi. "Hei, jangan cemberut begitu, dong!"

Bibi menggeleng cepat kemudian menunduk. Flo mulai berkeringat dingin karena ia pikir Bibi menjadi seperti ini karena ia salah kata saat berbicara tadi. Beberapa saat kemudian, Bibi mengangkat kembali wajahnya sambil tersenyum. "Aku tidak apa-apa."

Aci yang menyadari ada sesuatu yang aneh pada diri Bibi setelah mendengar penjelasan dari Flo barusan merasa penasaran. Tidak mungkin kan seseorang bisa tiba-tiba menjadi murung tanpa ada alasan yang jelas? Tanpa basa-basi lagi, Aci langsung bertanya, "kenapa kau menjadi murung seperti itu? Dan lagi, kenapa kau memutuskan untuk tinggal di hutan ini ketimbang menjalani hidup di Doggyvile?"

Bibi menggeleng sambil tersenyum. Namun, Aci terus mendesaknya dengan pertanyaan yang sama. Akhirnya, Bibi menyerah dan memilih untuk menceritakan semua kisah hidupnya. "Jadi, sebenarnya dulu aku mempunyai keluarga. Ayah dan ibuku adalah sepasang ilmuwan kerajaan Tuan Dabula. Namun, semenjak adanya kebijakan dari Tuan Dabula yang meminta agar dirinya dibuatkan banyak senjata sehingga ia bisa menguasai dunia, kedua orang tuaku menolak. Akhirnya, mereka diburu oleh Tuan Dabula dan pasukannya sehingga mereka yang ikut membawaku dulu saat masih kecil terpaksa tinggal di Gloomy Wood ini," tutur Bibi, "lalu, rumah ini juga buatan mereka. Tapi, suatu hari yang sial, saat mereka sedang mencari bahan makanan untuk makan malam, seorang ogre mem-membunuh mereka. Ji-jika bukan karena singa i-itu, ayah dan ibuku pasti tetap hidup sampai sekarang."

Bibi mengakhiri ceritanya dengan tangisan. Ia gagal menahan kesedihannya yang sedari tadi ia tahan saat mulai bercerita. Flo yang berada tepat di depannya langsung memeluk Bibi dan mengelus-elus pundak tupai betina itu lembut. "Tak apa, yang sudah berlalu biarlah berlalu. Yang pasti, kau harus yakin dengan tujuanmu selanjutnya. Jangan menangisi masa lalu karena kita melangkah maju, bukan mundur," ujar Flo mencoba menenangkan. Bibi masih menangis di pelukannya. Mendadak, suasana menjadi haru biru di laboratorium Bibi.

Bibi akhirnya berhenti menangis. Ia mengangkat kepalanya lalu tersenyum. Tangannya ia gunakan untuk membuang air mata dari kedua netranya. "Terima kasih, Flo. Baiklah, dengan ini niatku sudah bulat untuk membantu kalian semua dalam melawan Tuan Dabula."

Aci yang melihatnya ikut tersenyum sambil menatap ke arah Flo yang tanpa sadar menangis karena terharu. Tidak salah Aci memilih Flo sebagai sahabatnya. Anjing betina itu selalu mengerti apa yang orang lain rasakan dan itu menjadi nilai lebih di dirinya.

Setelah keadaan menjadi tenang, Aci merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Sebentar, sebentar. Bukankah katamu orang tuamu tewas terbunuh karena ogre?"

Bibi mengangguk lalu berkata, "ya, ogre tersebut ada di hutan ini dan bersembunyi di bagian tengah hutan yang paling gelap dan sunyi. Itulah mengapa saat kalian berjalan menuju rumahku ada banyak sekali tulang dan bagian tubuh hewan berserakan di lantai hutan. Dan lagi, ogre tersebut memiliki kekuatan ajaib yang akan berpindah ke orang yang membunuhnya. Jadi, menurutku kita harus membunuh ogre tersebut sebelum pergi melanjutkan perjalanan ke daerah bumi selatan. Dengan begitu, kita akan mendapatkan kekuatan darinya."

Aci dan Flo meneguk saliva mereka bersamaan. Keringat dingin mulai mengalir dan membasahi pelipis mereka. Tidak pernah mereka duga sebelumnya bahwa alasan kenapa ada banyak sekali tulang hewan berserakan di hutan ini adalah karena ada ogre mengerikan yang bersembunyi di dalam hutan ini. Aci mulai menimang keputusan apakah ia harus membunuh ogre tersebut lalu melanjutkan perjalanan atau tidak. Itu sangat beresiko untuk dilakukan.

"Ja-jadi, kapan kita akan melawan ogre itu?"

Bibi tersenyum jahil lalu berkata, "sekarang kalau bisa."

"Hah? Apa-apaan?"

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro