(23)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aci dan dua hewan lainnya tampak terkejut. Namun, mereka tidak terlalu heboh karena mereka sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi. Membongkar lalu menyatukan kembali onderdil dan mesin mobil Bibi menjadi sebuah kapal memakan waktu yang sangat banyak. Berjam-jam bahkan. Jadi, mereka sudah mempersiapkan segala hal untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

Untungnya, dewi Fortuna sedang berbaik hati kali ini. Kapal buatan mereka selesai tepat sebelum Yori mengabarkan tentang posisi Tuan Dabula yang hampir menyusul mereka. Mereka kembali mendorong kapal tersebut hingga benar-benar menyentuh air laut. Tapi itu belum cukup jauh. Setidaknya mereka harus bisa membuat kapal itu terapung baru menaikinya. Mereka kemudian mendorong kapal itu lagi hingga akhirnya mencapai posisi yang mereka inginkan.

Langsung saja tanpa perlu berlama-lama lagi mereka pun melompat ke kapal tersebut. Bibi menarik tali yang digunakan untuk menghidupkan mesin kapal dengan sekuat tenaga. Dalam sekali hentakan akhirnya mesin kapal tersebut berhasil hidup dan mereka mulai meninggalkan daratan.

Flo melihat ke belakang saat mereka sudah cukup jauh dari pantai. Ia menaungi kedua matanya menggunakan telapak tangannya agar ia dapat melihat dengan lebih jelas. Benar saja, pasukan Tuan Dabula sudah sampai ke tempat mereka membongkar mobil Bibi tadi. Bahkan, singa tua itu menendang-nendang pasir karena kesal sebab buruannya berhasil kabur lagi dari dirinya. Melihat hal itu, Flo menyuruh Bibi untuk menaikkan kecepatan kapal ini dan langsung dibalas dengan anggukan kepala oleh Bibi.

Sudah puluhan menit mereka berlayar menyeberangi Riddleshore hingga daratan pasir sudah tidak terlihat lagi dari sini. Yang bisa hewan-hewan itu lihat hanyalah air, air, dan air. Tidak ada apa-apa lagi di sini. Hanya ada air laut berwarna biru yang bersih dari polusi.

Flo ditugaskan oleh Aci untuk menjadi pengamat. Ia mengambil teropong dari dalam tas gunung milik Bibi lalu mulai menggunakannya. Ia memeriksa ke semua sudut dan tidak mendapati adanya hal berbahaya di dekat kapal mereka.

Gelombang sesekali membuat kapal Aci terombang-ambing namun tidak terlalu parah. Awan putih menari dengan indahnya di langit. Matahari siang ini menyengat kulit Aci, Bibi, dan Flo. Suasana seperti ini seharusnya hewan normal gunakan untuk tidur dan berleha-leha sambil menikmati pemandangan indah di sekelilingnya. Tapi, ketiga hewan itu tidak bisa melakukannya. Mereka harus mencapai daerah tanah selatan sebelum malam hari karena jika tidak pasti akan lebih rumit lagi keadaannya.

Tapi, sejak ia menggunakan teropong Bibi tadi, Flo sesekali mendengar suara ledakan yang sepertinya teredam oleh sesuatu. Hal itu terjadi berkali-kali namun tidak terlalu jelas terdengar. Ia ingin melaporkan hal tersebut kepada sahabatnya yang lain namun ia ragu apakah itu adalah kenyataan atau hanya ilusi belaka yang timbul akibat dirinya yang terlalu kelelahan. Jadilah, ia tidak menggubris suara itu lagi sampai saat ini.

Sudah satu jam lebih sejak mereka meninggalkan pantai. Bahan bakar untuk menjalankan mesin kapal ini semakin lama semakin berkurang. Mereka harus cepat-cepat sampai ke daratan sebelum tangki bahan bakar di kapal ini benar-benar kosong. Aneh jadinya jika mereka harus mengayuh kapal besar ini menggunakan tangan. Selain itu, pastinya hal tersebut akan sangat melelahkan untuk dilakukan.

Tiba-tiba, di kejauhan Aci melihat sebuah siluet tinggi berwarna hitam. Karena tidak jelas, ia akhirnya mengambil teropong yang berada di dekat Flo dan langsung meneropong siluet tersebut.

Apa yang Aci lihat selanjutnya sangat mengejutkan. Ia menganga lalu menoleh ke arah Flo dan Bibi. "D-di depan sana ada putri duyung!"

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro