(22)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aci dan Flo masih tertidur di bangku belakang. Kepala Flo bersandar pada bahu Aci. Bibi di bangku supir juga ingin memejamkan matanya dan beristirahat barang sejenak. Tetapi, dialah yang bertugas untuk mengemudikan mobil ini. Menyuruh Aci ataupun Flo untuk menggantikannya pun adalah suatu hal yang sia-sia. Di sini, hanya Bibi seorang yang bisa mengemudikan mobil.

Bibi memutar-mutar lehernya dan bunyi kemeretak dari tulang lehernya terdengar nyaring. Ia menepikan mobilnya sebentar untuk meregangkan badannya. Saat dirasa sudah cukup, ia meneruskan kembali perjalanannya. Namun, rasa kantuknya masih ada.

Untungnya, peri yang setia melayang di pundak Flo menyadari hal itu. Makhluk seperti dirinya memang sudah diberikan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh makhluk lain sejak kecil. Ia kemudian terbang di belakang leher Bibi dan meniupkan angin ajaib di tengkuk tupai itu.

Bibi merasakan lehernya menjadi dingin dan secara tiba-tiba rasa kantuknya hilang. Ia menoleh ke kiri dan kanan untuk melihat siapa kiranya yang melakukan hal tersebut. Tapi nihil, ia tidak mengetahui bahwa Yori lah yang melakukan hal itu. Peri itu kembali ke pundak Flo setelah membantu menghilangkan kantuk Bibi. Wajahnya memang selalu datar, tetapi hatinya tidak.

Bibi terus menjalankan mobil itu. Sesekali Aci dan Flo terbangun lalu menyuguhkannya air minum ketika Bibi mulai haus. Dengan begini, mereka masih bisa membantu Bibi walau hanya sedikit. Tiga jam berlalu dan garis biru serta putih mulai terlihat. Riddleshore sudah kelihatan dari kejauhan. Bibi tersenyum lalu mulai membunyikan klakson mobil keras-keras untuk membangunkan dua anjing di belakangnya itu.

Mendengar suara keras yang sangat mengagetkan, dua hewan itu langsung terbangun. Aci bahkan mengelus-elus dadanya karena kaget setengah mati. Flo yang merasa jantungnya hampir melompat dari tempatnya langsung memaki Bibi. "Dasar! Kalau mau membangunkan kami, setidaknya jangan dikagetkan seperti itu, dong!"

Bibi tertawa puas. Ia bahagia karena bisa menjahili hewan-hewan itu. Setelah amarah Flo sudah mereda, Bibi kemudian berkata, "lihatlah! Riddleshore sudah kelihatan dari sini. Beberapa menit lagi kita akan sampai. Jadi, persiapkan diri kalian."

Aci dan Flo sontak melihat pemandangan dari balik kaca mobil. Apa yang Bibi katakan memang benar adanya. Pantai Riddleshore sudah terlihat dan beberapa menit lagi mereka akan sampai ke tempat itu. Aci mengatur posisi duduknya dan mulai menyandang tasnya lagi begitu pula dengan Flo. Ia juga meregangkan persendian dan otot-otot yang ada di tubuhnya karena terlalu lama tertidur.

Sekitar lima belas menit berkendara akhirnya mereka benar-benar sampai di Riddleshore. Bukan lautnya, tetapi baru di pantainya. Bibi memarkirkan mobilnya di dekat salah satu pohon kelapa. Satu per satu dari mereka turun dari mobil dan langsung menginjak pasir pantai yang berwarna putih. Suara deburan ombak yang menghantam batu karang menemani kehadiran mereka. Angin sepoi-sepoi yang berhembus dari arah laut semakin menambah damai kondisi di tempat ini.

Tapi, mereka tidak bisa berlama-lama menikmati pemandangan pantai ini. Yori kembali memberitahukan kepada ketiga hewan itu bahwa pasukan Tuan Dabula mulai mendekat ke arah mereka. Entah bagaimana cara mereka bisa hampir menyusul kelompok Aci. Yang pasti, saat ini mereka harus mulai menyeberangi lautan Riddleshore.

Tapi, saat satu masalah sudah selesai muncul lagi masalah lainnya. Mereka terlalu bodoh sampai tidak menyadari bahwa tidak ada kendaraan di pantai ini. Mereka tidak akan bisa menyeberang kalau tidak memiliki kapal. Jangankan kapal, sampan kecil saja tidak ada.

Mereka merutuki kesialan mereka. Bagaimana mungkin mereka bisa melupakan hal terpenting untuk menyeberangi sebuah lautan. "Bagaimana ini?" tanya Flo ketika ia menyadari bahwa sangat tidak mungkin bagi mereka untuk menyeberangi lautan ini tanpa perahu. Berenang langsung adalah ide yang luar biasa bodoh. Mereka akan kelelahan lalu tenggelam jika melakukannya.

Bibi terlihat berpikir keras. Ia melihat-lihat sekelilingnya dan menyatukan segala kemungkinan yang ada. Barangkali ada benda yang bisa ia gunakan untuk membuat kapal sederhana agar mereka bisa menyeberangi lautan ini.

Atensinya tertuju kepada mobil yang ia parkirkan di dekat sebuah pohon kelapa. Kemudian, ia membuka tas yang ia sandang dan mulai melihat-lihat isinya. Bingo! Untung saja ia membawa peralatan bertukang di dalam tas gunung miliknya. Ia mulai mengeluarkan peralatan yang ia bawa. Obeng, tang, palu, bor, dan barang-barang lainnya mulai ia keluarkan. Setelah selesai, ia langsung berlari ke arah mobilnya dan mengemudikannya ke dekat pantai.

Aci yang tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya langsung bertanya, "untuk apa ini?" Bibi tidak menjawab. Ia malah mulai menulis dan menggambar sebuah sketsa di kertas. Flo dan Aci malah semakin kebingungan. Mereka menggaruk kepala mereka sambil sesekali melihat ke arah sketsa yang Bibi buat.

Beberapa menit kemudian Bibi berhenti menggambar. Ia mengangkat kertas itu dan tersenyum puas setelahnya. Flo yang merasa kebingungannya sudah mencapai batas akhirnya bertanya blak-blakan kepada Bibi. "Sebenarnya itu apa?"

Bibi menoleh ke arah hewan yang memberinya pertanyaan. "Ini adalah rencanaku selanjutnya. Karena kita tidak memiliki kapal untuk menyeberang, maka lebih baik kita membuatnya saja."

"Memangnya kau bisa?"

Bibi tersenyum bangga lalu mulai menyombongkan dirinya. "Tentu saja, aku kan pintar," ucapnya sambil menunjuk dirinya sendiri. Flo malah tertawa meremehkan setelah mendengar Bibi berkata seperti itu.

"Kalau begitu, buatlah. Oh ya, kami juga ingin membantu membuat kapal ini."

"Baiklah, kalian bisa membantu mengumpulkan barang-barang yang aku butuhkan."

Aci dan Flo mengangguk lalu mereka pun mulai bekerja sama membuat sebuah kapal yang akan mereka gunakan untuk berlayar menyeberangi laut Riddleshore. Ide Bibi adalah untuk membongkar mobil miliknya dan mengubahnya menjadi kapal. Dengan tambahan kayu dan sulur yang berserakan di pantai ini, kapal tersebut pasti akan dengan mudah dibuat.

Jam demi jam berlalu. Bibi mengelap peluh yang menetes dari pori-pori kulitnya sambil memegang sebuah kunci inggris. Jas laboratorium miliknya sudah ia ikatkan di pinggang dan kini dia hanya memakai sebuah kaus oblong sebagai atasan. Aci dan Flo juga kelelahan karena membantu Bibi membuat kapal itu. Tapi, dengan kerja keras dari semua hewan di situ, kapal tersebut akhirnya selesai dibuat dan siap untuk digunakan. Mereka bertiga mulai mendorong kapal itu mendekati air laut dan berniat untuk langsung melompat ke dalamnya.

Tiba-tiba, Yori menyadari sesuatu hal yang janggal. Ia menajamkan instingnya dan ia terkejut saat mengetahui bahwa pasukan Tuan Dabula sudah hampir menyusul mereka. Ia terbang ke arah Aci dan menarik-narik baju anjing itu. "Tuan, pasukan Tuan Dabula sebentar lagi akan mencapai posisi kita."

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro