(27)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sudah beberapa jam berlalu sejak Aci dan kelompoknya berlayar meninggalkan posisi pertarungan mereka dengan kraken tadi. Para putri duyung masih setia menemani perjalanan mereka atas perintah dari Raja Neptunus. Langit perlahan berubah warna menjadi jingga kemerahan yang artinya sebentar lagi malam akan tiba.

Akhirnya, beberapa saat kemudian mereka melihat daratan. Flo bersorak kegirangan. Begitu juga dengan Aci dan juga Bibi. Mereka tersenyum senang karena akhirnya mereka bisa mencapai daratan di daerah bumi selatan sebelum malam menjemput. Tak lama, akhirnya kapal mereka tiba juga di tepi pantai daerah bumi selatan.

"Akhirnya kita sampai juga," celetuk Flo setelah kapal mereka menepi. Ia turun duluan sambil melompat lalu diikuti oleh Bibi dan Aci. "Jadi, ini saatnya kita untuk berpisah," ucap si putri duyung berambut ungu yang masih berada di dalam air. Aci tersenyum lalu mendekati putri duyung itu. Ia menyodorkan sebelah tangannya lalu berkata, "terima kasih karena telah menemani kami sampai sini. Kami tidak akan melupakan kalian."

Hati putri duyung itu terenyuh. Makhluk fantasi berekor ikan itu tersenyum lalu berbalik badan. Sebelum ia dan kawannya benar-benar pergi dan masuk ke dalam air, putri duyung itu melambaikan tangannya ke Aci dan kawan-kawan. "Selamat tinggal," ucap putri duyung itu sambil tetap melambai-lambaikan tangannya. Hal itu dibalas oleh kelompok Aci dengan lambaian tangan juga. "Selamat tinggal. Sampai bertemu lagi lain waktu," ucap hewan-hewan itu serempak.

Putri duyung itu melompat ke dalam air dan menghilang dalam gelapnya lautan. Aci menyuruh kawan-kawan satu kelompoknya untuk mulai berjalan. "Sekarang, kemana lagi kita akan pergi, Yori?"

"Kita akan pergi ke ujung daratan ini. Di sanalah tempat hujan meteor berlangsung dan bintang jatuh itu kelihatan," ujar Yori yang dibalas dengan anggukan mengerti dari Aci.

"Baiklah, ayo kita pergi!" ajak Aci.

pletak

Flo yang berada di belakangnya langsung memukul keras bagian belakang kepala Aci. Aci mengaduh kesakitan karena pukulan Flo tadi bukan main-main. Ia menoleh dan melihat wajah Flo berubah menjadi kesal. "Oi! Ini sudah mau malam. Tidak bisakah kita beristirahat dulu?"

Aci tertawa cengengesan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Aku lupa," balasnya enteng. Bibi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya karena merasa lelah dengan bodohnya pemimpin kelompok mereka ini. Kemudian, tupai berambut cepol yang berada di sebelah Flo mulai berkata, "lalu, di mana kita akan istirahat? Tidak mungkin kan kita tidur di atas pasir?"

"Kita akan berjalan sampai benar-benar gelap ke hutan di sebelah sana untuk menemukan pohon yang cukup rimbun dan tidur di bawahnya," saran Flo. Karena merasa bahwa saran yang dikeluarkan oleh Flo lumayan masuk akal untuk dilaksanakan, akhirnya mereka semua setuju dan mulai melangkah ke dalam hutan di dekat pantai itu. Hutan ini biasa-biasa saja dan tidak memiliki aura menyeramkan seperti Gloomy Wood. Selain itu, Yori juga berkata bahwa tidak ada hal berbahaya di hutan itu sehingga keputusan mereka untuk bermalam di hutan itu semakin mantap.

Mereka mulai menyibak semak-semak dan daun-daun dari pohon di hutan tersebut. Walaupun gelap, tetapi hutan ini tidak terlalu menyeramkan. Mereka melangkah semakin jauh hingga menemukan sebuah pohon yang cukup rimbun dan tepat di sebelahnya terdapat sebuah danau dengan airnya yang jernih.

"Kita akan bermalam di sini," usul Aci. Tidak ada yang menyanggah usulan tersebut karena secara teknis posisi pohon itu sangat strategis.

Aci, Flo, dan Bibi mulai mendekati pohon itu. Mereka menyusun posisi tas mereka dan menjadikan benda itu sebagai bantal. Sebelum mereka tidur, Flo mengeluarkan beberapa buah tulang dari dalam tasnya. Untung saja makanan tersebut masih ada dan mereka tidak akan kelaparan sampai beberapa jam ke depan. Ia juga mengeluarkan botol minumnya dan berjalan menuju danau. Ia berjongkok dan mengisi botol minum tersebut dengan air danau. Bibi juga tak mau kalah. Ia mengeluarkan beberapa buah biji kenari dari dalam tasnya. Setelah itu, mereka pun makan dengan khidmat.

"Aku tidak menyangka kalau aku akan mendapat petualangan seru seperti ini," celetuk Bibi tiba-tiba. "Sebelumnya, hidupku membosankan dan hanya berkutat di laboratorium milikku saja. Setelah misi ini berhasil, aku tidak mau kita berpisah. Aku akan ikut ke tempat tinggal kalian. Itupun kalau kalian menginginkan, haha," lanjutnya lagi.

Flo yang tadinya sedang membersihkan noda makanan di giginya menggunakan ranting kecil menoleh ke arah Bibi. Ia tersenyum lalu pindah di sebelah Bibi. Ia duduk lalu memandangi milyaran bintang di langit sana. "Tentu saja kami mengizinkanmu. Sebenarnya, aku juga tidak menyangka bahwa aku akan mendapat pengalaman tidak terlupakan seperti ini. Kukira, hidupku hanya akan monoton sebagai penambang tulang. Pokoknya, setelah misi ini berakhir, aku akan merubah gaya hidupku!" curah Flo berapi-api. Bibi yang melihatnya tertawa kecil lalu langsung memeluk anjing yang berada di sebelahnya itu. "Aku sayang Flo," candanya.

"Flo juga sayang Bibi," balas Flo lalu memeluk Bibi hangat. "Oh, iya. Aci, kalau kau bagaimana?"

Aci terdiam sejenak sambil berpikir. "Aku...," ucapnya, "juga tidak menyangka kalau aku akan mendapat petualangan seperti ini. Aku juga bersyukur karena aku tidak mati sampai saat ini. Dan juga, setelah misi ini aku akan membuat sebuah terobosan besar dengan seseorang."

"Siapa itu?" tanya Bibi.

"L-lihat saja nanti," jawab Aci terbata-bata. Semu merah merona muncul di pipinya. Bibi sudah mengerti dengan apa yang dimaksud Aci. Ia tersenyum jahil. Sedangkan di sisi lain, Flo yang tidak peka terhadap keadaan Aci hanya menatapnya bingung lalu bertanya kepada Bibi. Sayangnya, Bibi hanya menjawab sama seperti Aci. Anjing betina itu cemberut lalu pamit untuk tidur. "Selamat tidur semuanya," kata Flo sambil merebahkan kepalanya di atas tas dan badannya di atas matras tanah.

Bibi yang menyadari bahwa ini sudah lumayan larut menguap kemudian berbaring di dekat Flo. Kepalanya ia letakkan di atas tas lalu ikut berkata, "selamat tidur."

Aci belum mau tidur. Ia menatap bintang-bintang di langit malam terlebih dahulu sambil melamunkan sesuatu. Ia bimbang apakah harus mengatakannya atau tidak perihal perasaannya kepada Flo. Kepalanya pusing memikirkan hal itu lalu akhirnya ia memilih untuk tidur.

Hewan-hewan itu tertidur di bawah naungan pohon dengan nyenyaknya. Tujuh jam lebih telah berlalu dan matahari sudah muncul di ufuk timur. Flo yang pertama terbangun mulai menggoyang-goyangkan tubuh Bibi dan Aci. Ia bermaksud untuk membangunkan mereka. Kedua hewan lainnya pun terbangun lalu mengucek-ngucek mata mereka. Bibi meregangkan badannya lalu menguap. Aci melakukan gerakan senam kecil lalu berkata, "ayo mulai jalan menuju ujung daratan ini!"

Flo dan Bibi mengangguk mantap lalu membereskan tas mereka. Mereka menyandang barang yang mereka jadikan sebagai bantal malam tadi lalu berjalan ke arah selatan. Yori mulai menunjukkan jalannya dan mereka pun mulai bergerak.

Tidak ada hal lain yang bisa mereka lihat selain pepohonan yang hijau dan rindang. Angin sepoi-sepoi sesekali melalui mereka dan membuat rambut Flo melambai-lambai karenanya. Beberapa jam sekali mereka beristirahat karena kelelahan.

Akhirnya, setelah berjam-jam lamanya mereka berjalan dan beristirahat, ujung dari daratan ini mulai kelihatan. Mereka mencapai tempat itu saat matahari hampir tenggelam. Ternyata, ujung daratan yang dimaksud oleh Yori adalah sebuah jurang curam dengan laut di bawahnya. Flo yang melihat ke bawah jurang saja langsung bergidik ketakutan karena tingginya jarak antara dirinya dengan laut yang ada di bawahnya. Tidak hanya itu, di sekeliling bagian bawah jurang juga dipenuhi dengan batu-batu berukuran sangat besar dan runcing.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Kita harus menunggu sampai malam benar-benar tiba lalu hujan meteor terjadi. Saat itulah kita bisa membuat permintaan kepada si bintang jatuh."

Aci mengangguk lalu mengeluarkan liontinnya dari dalam saku celananya. Ia melihat-lihat liontin yang menyebabkan mereka harus mendapatkan petualangan menegangkan seperti ini.

"Lama tidak jumpa, kawan lama. Ah, ataukah harus kusebut musuh?"

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro