(28)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Bagaimana ini bisa terjadi?!" pekik Flo dengan wajah terkejut bercampur ketakutan. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terlihat di wajah Aci dan Bibi.

Bagaimana tidak, hewan yang berbicara barusan sudah berada di depan mereka dan coba tebak, hewan tersebut adalah seekor singa tua. Singa tua yang tidak memiliki surai. Itu adalah Tuan Dabula dengan pasukannya yang berjumlah puluhan. Terlihat juga seekor hyena yang sama dengan hyena yang membuat Flo menangis tempo hari sudah berdiri di sebelah Tuan Dabula. Singa tua itu bertepuk tangan pelan sambil tersenyum licik. "Badai itu memang berhasil menenggelamkan kami, bahkan merenggut nyawa banyak dari pasukan kami. Namun, beberapa pasukan yang tersisa berhasil mengambil sisa kapal dan berenang menuju daratan ini," jelas singa tua itu. Aci berdecih dan Bibi serta Flo sama-sama memasang wajah tidak percaya. Tuan Dabula kemudian berjalan mendekati Aci hingga jaraknya kini hanya dua meter saja dari anjing itu. "Jadi, begini saja. Berikan liontin itu kepada kami dan kalian akan aku biarkan tetap hidup. Bagaimana?" tawar Tuan Dabula sambil memasang tampang seperti mengolok.

Aci kembali berdecih sambil menatap lekat ke arah Tuan Dabula. Ia meludah dan hampir mengenai singa tua itu. "Tidak akan, bajingan!"

Singa tua itu tertawa kecil lalu lama kelamaan suara tawanya itu makin kencang. "Jadi, kau mau macam-macam denganku ya?" Tuan Dabula kemudian mengelus-elus sarung pedang yang ada di pinggangnya. Aci memberikan kode kepada anggota kelompoknya untuk bersiap-siap terhadap kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Tuan Dabula kemudian menggenggam gagang pedangnya lalu dalam sekali tarikan ia berhasil menarik keluar pedang itu dari sarungnya.

Ia menodongkan ujung tajam itu tepat ke arah leher Aci. Ia kemudian berkata, "kalau begitu, mari kita lakukan dengan cara jantan."

"Vlad," panggil Tuan Dabula kepada hyena di sebelahnya, "kau urus anjing yang satunya. Sisanya, hadapi tupai jelek itu!"

"Baik, tuan." Pasukan Tuan Dabula langsung serempak mengucapkan kalimat tersebut dan menuju targetnya masing-masing. Bibi dan Flo berlari menuju hutan yang sebelumnya sudah mereka lalui. Sedangkan Aci tidak bisa berbuat apa-apa dan dirinya harus menghadapi Tuan Dabula di tempat ini sekarang juga.

Bibi berlari ke arah timur. Ia menenteng senjata laras panjang kebanggaannya. Tupai itu berlari dengan sangat cepat lalu memanjat sebuah batang pohon. Ia menunggu sambil mengunci targetnya dari atas pohon. Pasukan Tuan Dabula yang berjumlah puluhan ekor itu sudah dapat Bibi lihat sekarang. Ia menargetkan kepala seekor hewan lalu menarik pelatuknya. Peluru itu tepat sasaran dan berhasil mengenai lima bawahan Tuan Dabula sekaligus.

Pasukan Tuan Dabula yang tersisa langsung mencari Bibi. Mereka melihat ke atas pohon dan menemukan Bibi di sana. Mereka langsung melemparkan tombaknya ke arah Bibi namun berhasil Bibi hindari. Sebelum kabur, ia melepaskan satu tembakan lagi dan berhasil membunuh empat bawahan Tuan Dabula.

Ia pun melompat dari satu pohon ke pohon yang lain sementara pasukan Tuan Dabula yang jumlahnya telah berkurang mengejarnya di belakang. Ia terus melompati pohon-pohon tersebut hingga kesialan menimpanya. Ia terjatuh dari sebuah pohon karena menginjak ranting kayu yang rapuh. Kakinya terkilir dan ia tidak bisa bergerak lagi. Senapan laras panjangnya juga terlempar jauh dari tubuhnya. Sementara itu, pasukan Tuan Dabula sudah semakin mendekat.

Keadaan Aci saat ini juga tidak terlalu baik. Ia tidak menyangka bahwa Tuan Dabula memiliki kemampuan pedang yang mumpuni. Anjing itu terlihat kesusahan saat melawan Tuan Dabula. Mereka terus mengayunkan pedang mereka. Kedua hewan itu saling menangkis, menyerang, dan juga bertahan. Pertarungan pedang antara Aci dan Tuan Dabula kali ini benar-benar alot. Namun, setelah lama mereka saling beradu, Tuan Dabula berhasil memojokkan Aci di pinggir jurang. Aci lagi-lagi berdecih. Ia melihat ke bawah dan jikalau ia jatuh, tamat sudah riwayatnya. Tuan Dabula terus mendorong anjing itu sambil menyeringai.

Di sisi lain, Flo bersama dengan Yori berlari menghindari Vlad. Ia menuju arah barat dan mulai memanjat sebuah batu besar. Saat Vlad mulai mendekat, ia melepaskan anak panahnya ke arah kepala Vlad. Hyena itu terlihat santai-santai saja. Anak panah itu hampir sampai dan hampir mengenai kepala Vlad. Flo tersenyum karena anak panahnya akan mengenai kepala Vlad dan merubuhkan Hyena itu.

Tapi, hal yang tidak terduga terjadi. Sepersekian detik sebelum panah itu mengenai dahinya dan menembus melewati otaknya, Vlad menangkis anak panah itu dengan kemampuan pedangnya yang luar biasa. Ia langsung memotong anak panah itu menjadi dua bagian. Flo terkejut namun ia tetap menembakkan anak panah ke arah Vlad. Hujan anak panah melesat ke arah Vlad. Tapi, lagi-lagi ia bisa menangkisnya.

Karena tidak bisa berbuat apa-apa lagi, akhirnya Flo memilih untuk kabur. Ia berlari tak tentu arah dengan Yori yang setia melayang di sampingnya. Ia terus berlari sampai akhirnya ia menemukan jalan buntu. Ia tidak bisa mundur lagi karena di hadapannya saat ini sudah ada Vlad yang memutar-mutar pedangnya santai sambil sesekali bersenandung. Flo merasa ketakutan. Ia berkeringat dingin dan bergidik ngeri. Ia belum siap mati.

"Gadis cantik, hidupmu akan berakhir sampai di sini saja," ejek Vlad sambil maju semakin mendekat ke arah Flo. Flo pasrah. Ia menutup kedua matanya lalu berdoa dalam hati agar keajaiban datang menghampiri dirinya. Tiba-tiba, Yori yang melayang di sampingnya langsung maju ke depan dan menutup matanya. Ia mengucapkan kalimat ajaib kuat-kuat. Lingkaran magis berwarna ungu dan hijau mulai mengelilingi dirinya. Angin di sekitar mereka mulai berhembus sangat kencang dan sebuah energi besar berputar di sekeliling Yori. Badan peri itu langsung mengeluarkan cahaya.

Cahaya dari badan Yori mampu menerangi seisi daratan itu. Bibi, Aci, Tuan Dabula dan pasukannya bahkan bisa melihat cahaya itu dari tempat mereka masing-masing. Flo merasa bingung, takjub, dan takut secara bersamaan. Vlad yang melihatnya langsung ketakutan dan langsung kabur dari tempat itu. Yori kemudian membuka matanya lalu berkata, "dengan kekuatan bumi, aku menghukum kalian!"

Tepat setelah Yori mengatakan hal tersebut, cahaya yang sangat terang menyinari daratan itu. Cahaya itu bahkan bisa membuat Aci, Flo, Bibi, serta Tuan Dabula dan pasukannya mendadak buta. Namun, samar-samar kelompok Aci bisa mendengar suara teriakan kesakitan.

Beberapa menit kemudian cahaya itu menghilang. Aci dan kelompoknya mengerjap-ngerjapkan mata mereka karena terangnya cahaya itu. Belum cukup terkejut, mereka kembali dikagetkan lagi dengan adanya darah yang menetes dari badan rombongan Tuan Dabula. Bibi perlahan merangkak ke arah pasukan Tuan Dabula. Tidak ada denyut nadi lagi yang berdetak dari urat nadi mereka. Mereka semua mati dengan wajah ketakutan.

Vlad juga mengalami hal yang sama. Saat Flo memegang urat nadi Vlad di lehernya, ia tidak merasakan ada getaran sama sekali. Vlad mati, sama seperti pasukan Tuan Dabula yang lainnya. Namun, Flo juga melihat bahwa Yori jatuh ke lantai hutan. Ia khawatir dan langsung melihat kondisi peri itu. Yori terlihat tidak berdaya namun ia masih bernapas bahkan masih bisa berbicara. "Tuan, jangan khawatirkan saya. Ini adalah efek samping dari penggunaan kekuatan saya tadi. Saya akan tertidur selama dua belas jam penuh dan tidak akan terbangun lagi sampai saya selesai tidur."

Flo tersenyum haru. "Tidak apa, terima kasih atas pengorbanan yang kau berikan, Yori," ungkap Flo sambil tersenyum. Ia membawa peri itu di tempat ia menyimpan busurnya dan berjalan ke tempat Aci. Bibi juga berinisiatif untuk berjalan menuju tempat pertarungan Aci dan Tuan Dabula.

Ternyata, Tuan Dabula juga mengalami hal yang sama. Ia tidak bergerak dan Aci menghela napasnya lega. Ia selamat dari maut. Ia juga melihat Bibi dan Flo berlari mendekat ke arahnya. Ia terduduk lalu tersenyum ke arah dua hewan itu. "Kalian juga berha--"

"Aci, di belakangmu!"

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro