#1 - tangerang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



"eh, bangsat!"

menginjak rem dengan hentakan keras, seo changbin menghela napas lega karena terhindar dari pembatas jalan. hal tersebut mengundang sebuah tepukan keras di kepalanya — siapa lagi kalau bukan ulah sang kekasih, lee felix?

"nyetir yang bener, goblok," sahut laki-laki itu cuek sebelum melangkah keluar dari mobil. ya, felix adalah satu-satunya orang yang berani menyumpahinya; si berandal yang diam-diam penyayang dan berhati lembut. menoleh ke arah kursi penumpang, ia tersenyum lebar. "kak minho, turun yuk."

"o-oke."

disana, lee minho masih terduduk sembari menatap kedua sahabatnya, berusaha untuk memproses fakta bahwa kedua sejoli itu telah bersama sejak bangku perkuliahan.











sebuah baliho bertuliskan welcome to soekarno-hatta international airport terpampang jelas saat mereka berjalan keluar dari area parkir menuju terminal 3.

mengeratkan tumpuannya pada sebuah koper berukuran besar, pipi minho merona delima.

ah, sebentar lagi.

"ngapain lo senyum-senyum sendiri?" tanya changbin acuh, asyik menyeruput sekaleng kopi yang ia beli dari mesin penjual otomatis.

"biarin aja, sih!" felix mendengus sebal. "kak minho itu tipikal cowok romantis, sampai bela-belain bikin anniversary surprise buat pacarnya segala. kalau gue study abroad ambil magister dan kita ldr, emangnya lo bisa nyamperin gue kayak dia?"

"nggak, sih. mager."

felix memutar kedua bola matanya malas. tak lama kemudian, ia menyalakan sebuah tablet yang tersimpan di dalam tas dan mengetikkan beberapa kata kunci.

"semuanya udah beres," ia memberikan alat elektronik tersebut pada minho. "lo bakal stay di jepang selama lima hari. disana gue udah siapin supir yang bakal anterin lo ke apartemen kak chan di shinjuku, jadi lo nggak usah pusing nyari taksi lagi. semua tiket dan itinerary udah gue kirim lewat whatsapp."

minho mengangguk paham. mempekerjakan felix sebagai asistennya memang keputusan yang tepat. "selama gue pergi, kalian yakin, bisa handle kerjaan sendiri?"

"—bisa lah!" potong changbin angkuh. "lo tuh jangan jadi orang yang workaholic. nggak usah khawatir, semuanya aman terkendali."

untuk itu,

minho tidak tidak dapat mengelak.

sejak lulus dari kuliah programming, hidupnya hanya berotasi pada strategi bisnis, animasi dan kode-kode komputer yang ia buat dengan jerih payahnya sendiri. merintis sebuah perusahaan game di usia belia bersama kedua sahabatnya memang menjadi tantangan tersendiri baginya.

melihat kearah jam tangannya, sepasang mata minho membulat. "udah waktunya boarding. gue berangkat dulu, ya."

"hati-hati. inget pesen gue, jangan lupa untuk have fun," felix menepuk pundaknya pelan. sisi lembut inilah yang ia sukai dari laki-laki yang lebih muda dua tahun darinya itu. "kalian itu udah pacaran lima tahun, masa ketemunya pas natal sama tahun baru doang? itu juga kalau dia dapet jatah libur. you deserve to be happy."












you deserve to be happy — kata-kata itu terus terngiang dalam benak minho.

saat ini, laki-laki itu sudah cukup puas dengan hidupnya. menyandang hubungan yang stabil sejak masih putih abu-abu, lulus dengan gelar cumlaude dan kini memiliki pekerjaan yang bisa dibilang cukup menjanjikan. pada akhirnya, apa lagi yang ia cari?

"yang gue cari, ya—"

—brukkk!

seorang laki-laki bertubuh tegap yang terlihat seperti backpacker menabraknya dari arah yang berlawanan. alhasil, seluruh barang bawaan mereka berhamburan di lantai.

"aish!" omel si penabrak sambil mengumpulkan isi tasnya. "kalau jalan tuh lihat kanan kiri dulu, biar nggak—"

"—biar nggak nabrak. iya, maaf. gue tau," balas minho dengan santai. meskipun begitu, ia tetap membantu laki-laki itu membereskan barang mereka. "emang menurut lo gue bisa milih mau kepleset waktu lantainya basah dan cleaning service-nya lupa ngasih tanda?"

"kok lo jadi ngegas, sih?"

menatap penabraknya malas, minho memilih untuk merapihkan pakaiannya dan bersiap-siap melanjutkan perjalanan. "bukan ngegas, gue cuma berusaha meluruskan fakta yang ada di lapangan."

hening,

hening,

hening.

"tau ah. ribet lo," si penabrak hanya menggaruk tengkuknya canggung, lalu melengos pergi tanpa menyadari bahwa mereka memiliki tujuan yang sama.











humoris, bagaimana semesta mempermainkan dua insan yang tak saling mengenal, lalu memaksa mereka untuk menyelami dunia satu sama lain.

sekelebat, lalu menghilang.

hingga pada akhirnya, mereka berdua kembali pada titik yang sama, menyeberangi banyak persimpangan dan asumsi tak berujung. hal itu dinamakan . . . takdir.












"welcome to japan air," sapaan khas pramugari menyapa telinga.

membalas sapaannya dengan senyuman, minho melanjutkan perjalanannya untuk mencari kursi nomor 21E — bangku yang berada di antara dua penumpang lain, bangku yang ia benci dengan sepenuh hati.

"jauh banget, sih . . ." gumam minho sambil sesekali menyempitkan tubuhnya terkait jumlah penumpang yang membludak.

tahu begini, seharusnya ia meminta felix untuk membelikan penerbangan yang paling malam.

"permisi, permisi—" ia berusaha menghindari penumpang lain yang menghabiskan waktu terlalu lama saat memasukkan koper ke dalam bagasi kabin. "maaf, permisi— ah!"

tak lama kemudian, pengusaha muda berusia 24 tahun itu menemukan tempat duduknya.

namun, naas, hal tersebut harus terjadi dengan cara yang sangat menyebalkan — terjatuh tepat di atas pangkuan penumpang di kursi 21F, yang akan menemani perjalanannya selama tujuh jam kedepan.











"lo yang tadi nabrak gue kan—"

"—mas-mas yang ngegas?"







.。*゚+.*.。(❁'◡'❁)。.。:+*



selamat datang di episode pertama
lost in japan!

awalnya gue mau update setelah high
society selesai, tapi tangan gue gatel
hehehe. but anyways, i hope you like how
this turns out :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro