10.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Flashback On.

Pada saat ini sang gadis berlari menuju pegunungan dengan melewati hutan yang begitu lebat, musim salju yang begitu dingin. Untuk mendatangi rumah teman lama, bahkan tidak hanya itu seperti sudah dianggap keluarga sendiri.

Pagi hari yang tidak begitu cerah dengan salju yang turun, (y/n) terus berlari melewati pohon yang begitu tinggi. Niat sang gadis hanya mengunjungi namun saat sudah mendekati rumah Kie dirinya mencium bau darah.

"Begitu banyak bau darah." gumamnya

"Kumohon."

"Jangan sampai terulang kembali." ucapnya semakin gelisah

Ketika sang Pilar Bulan berlari melihat keadaan rumah Kie yang sudah mengenaskan begitu banyak darah dimana-dimana dirinya hanya terpaku, tubuhnya sekarang tidak bisa bergerak.

"Kie-san, Hanako.." 

"Rokuta, Shigeru, Takeo.." ucapnya pelan hingga tubuhnya terjatuh duduk

"Tidak!" teriak (y/n) 

"Kenapa aku harus terlambat?!" ucapnya lagi dengan tangannya yang memegang kepala

Pernafasan sang gadis tidak beraturan seperti biasa, tangannya yang begitu gemetar. Entahlah tapi ada sesuatu yang ia belum lihat, Tanjiro dan Nezuko dimana anak itu? Setelah memikirkan kedua anak itu (y/n) terbangun dari duduknya kemudian mulai pergi mencari Tanjiro dan Nezuko.

Bau darah Nezuko.

Di sisi lain Tanjiro yang sedang melawan Giyuu yang menahan Nezuko dengan tangannya. Bagaimana caranya? Setelah angin yang kencang Tanjiro berlari menghampiri Giyuu.

"Kau pikir jika berlari bisa melawan diriku?" Ucap Giyuu kesal memukul leher Tanjiro pingsan

Setelah melihat itu Nezuko menendang Giyuu namun yang ditakutkan sang Pilar Air sekarang adalah Tanjiro akan dimakan.

"Gadis itu melindunginya." gumam Giyuu, "biasanya iblis lain akan memakannya."

Ketika Giyuu ingin diserang oleh Nezuko yang ingin melompat namun berhasil ditahan oleh (y/n) dengan menarik Nezuko dari belakang kemudian memberikan pedang yang masih tertutup kepada mulut Nezuko.

"Kumohon Nezuko tenanglah." ucap (y/n) berusaha menahan Nezuko

Giyuu menghampiri sang Pilar Bulan untuk mendekati Nezuko kemudian memukul leher iblis tersebut agar pingsan.

"Dia sudah pingsan?" tanya (y/n) sambil membaringkan Nezuko

"Iya, maaf seandainya saya datang lebih cepat." ucap Giyuu

"Aku juga berpikir jika datang lebih awal mungkin tidak seperti ini." ucap (y/n), "Ah jangan terlalu formal Giyuu-san, aku merasa aneh." ucap sang Pilar Bulan

"Baiklah." ucap Giyuu, "Apa kau mengenalnya?" tanya sang Pilar Air setelah terdiam beberapa saat.

"Aku mengenalnya." jawab (y/n)

'Tangannya gemetar apa yang terjadi dengannya?' Batin Giyuu melihat tangan (y/n) yang sedang memegang pedang. 

"Kau tahu anak itu sudah menjadi iblis." ucap Giyuu

"Aku tahu, tapi mereka berbeda." ucap sang Pilar Bulan, "aku melihatnya saat Nezuko melindungi Tanjiro."

"Jika kau sudah berkata seperti itu, aku niatnya menyuruh anak laki-laki itu pergi untuk menemui Urukodaki Sakonji." ucap Giyuu

"Urukodaki-san? Baiklah." ucap (y/n) mengangguk

***

Tanjiro membuka matanya menyentuh Nezuko membuat air matanya keluar, ia pikir akan kehilangan adik satu-satunya. Tanjiro terbangun menatap kedua pilar yang ada dihadapannya.

"Nee-san?" Gumam Tanjiro yang disenyumi oleh sang gadis itu

"Kau sudah bangun?" Tanya Giyuu kepada Tanjiro

"....."

"....."

"....."

"....."

"(y/n)-san." Panggil Tanjiro tidak terjawab oleh (y/n), pembicaraan dengan Giyuu pun ia tidak dengar seolah indranya tidak terasa.

"Nee-san!" Teriak Tanjiro agar suaranya terdengar oleh Pilar Bulan, "m-maaf jika terlalu keras." Ucap Tanjiro kembali

"Tidak aku hanya melamun, kalian sudah selesai bicara?" Tanya (y/n) yang sudah tersadar kembali

"Sudah." Jawab Tanjiro

"Aku pergi dulu." Pamit Giyuu pergi setelah (y/n) mengangguk

(y/n) menghampiri Tanjiro yang sudah berdiri dengan Nezuko yang mulutnya tertutup sebuah bambu kemudian memeluk kedua anak itu.

Hangat. Itulah yang dipikirkan oleh (y/n).

"Syukurlah kalian masih hidup." Ucap (y/n) memeluk mereka dengan erat

"(y/n)-san baik-baik saja?" Tanya Tanjiro

"Aku baik-baik saja." Jawab (y/n), "maaf aku tidak sempat menyelamatkan kalian." Ucapnya lagi

"Nee-san, apakah aku boleh memanggil dirimu seperti itu?" Tanya Tanjiro

"Terserah padamu ingin memanggil diriku apa." Jawab (y/n) tersenyum

"Aku akan memanggil dengan Nee-san atau (y/n)-san." Ucapnya tersenyum manis

"Baiklah maukah Tanjiro membantu aku melihat untuk terakhir kalinya dan mengubur jenazah?" Tanya (y/n)

"Iya." Jawabnya menunduk

Setelah berjalan kembali ke rumah Tanjiro yang dekat dengan pegunungan. (y/n), Tanjiro, Nezuko membantu dengan menguburkan mayat ibu dan adik-adiknya kemudian berdoa dihadapan makam.

"Sekarang aku ingin pergi mengunjungi Urukodaki-san."

"Benar bagaimana kalau-" ucapan (y/n) terpotong

"Kwak! Kwak!" Datang seekor gagak milik (y/n) membawa pesan singkat tetapi penting.

"Aku harus pergi Tanjiro maaf tidak bisa mengantarmu." Ucap (y/n) menyentuh wajah Tanjiro

"Tidak apa Nee-san." Ucap Tanjiro tenang dengan tersenyum

"Aku tahu kau anak kuat jadi jangan menyerah." Ucap (y/n) mengusap kepala Tanjiro

"Baik!" Ucapnya mengangguk

"Jaga kakakmu ya Nezuko." Ucapnya dengan mengusap kepala Nezuko

"Hmm hmm."

"Belajar dengan baik ya dengan Urukodaki-san." Ucap (y/n) berlari dengan melambaikan tangan kepada Tanjiro

"Baik (y/n)-san!" Ucap Tanjiro yang melambaikan tangan kembali

Flashback Off.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro