13. Tujuan ke 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Trak!

"Lagi."

Trak! Trak!

"Lebih kencang lagi."

Aku menarik nafasku lalu mempersiapkan diriku dengan cepat dan kembali mengayunkan pedang kayu di tanganku.

TRAK!

Ardeys terdorong mundur ke belakang dengan pedang kayu yang masih ada di tangannya. "Tenagamu keras juga. Kita hentikan latihan sampai di sini," kata Ardeys yang membetulkan posisi berdirinya.

"Terima kasih, aku rasa?" kataku yang sedikit bingung membalas Ardeys dan melepas kuda-kudaku.

"Sama-sama. Dengan tenaga seperti itu kau bisa menjadi pahlawan wanita," kata Ardeys dengan senyuman riangnya yang elegan.

"Aku bingung kenapa kau terlahir sebagai pria," kataku bingung dengan suara pelan.

"Kau mengatakan apa Lan?" tanya Ardeys yang melihatku dengan tatapan bingungnya.

"Tidak, bukan apa-apa. Ngomong-ngomong Keya masih belum bangun?" tanyaku yang mengambil kain kecil sekaligus mengelap tetesan air di wajahku.

"Iya, mungkin karena semalam ia terlalu semangat," kata Ardeys yang tertawa pelan mengingat tingkah laku Keya semalam.

Keya benar-benar membanggakan dirinya semalam, hanya karena aku ingin menghiburnya dengan memanggilnya senior. Ia langsung merasa dia yang paling perkasa jadi Keya terus menunjukkan bahwa dirinya hebat. Beberapa kali Keya menutup buku mantra yang ingin aku baca, jadi aku hanya bisa menunggunya tertidur dulu.

"Memang sih, semalem dia tidur lebih lama dibandingkan hari sebelumnya," kataku yang berjalan bersama Ardeys kembali ke tempat semalam kami beristirahat.

"Sepertinya ia mulai tertarik kepadamu," kata Ardeys yang penuh dengan pemikiran positifnya.

"Hahah.... begitu ya?" tanyaku ragu sembari melirik ke arah lainnya.

"Ngomong-ngomong, kami belum tahu tujuanmu," kata Ardeys yang melihat ke arahku.

Aku melihat ke langit yang sudah mulai biru. "Hm ... sebenarnya aku juga tidak tahu sih. Aku hanya mengikuti apa kata hatiku yang ingin keluar dari tempat yang aku tinggali sebelumnya," kataku sembari terus berpikir. Bahkan aku sendiri tidak tahu apa yang membuatku berpikir seperti itu.

"Kau tidak tahu?" tanya Ardeys yang terdengar tidak percaya dan aku balas dengan gelengan kepala. "Bagaimana jika kau ikut dengan kami?" tanya Ardeys yang membuatku melihat ke arahnya.

"Ke mana?" tanyaku bingung.

"Tentu saja rumah kami," kata Ardeys dengan senyuman. "Kamu bisa belajar lebih dalam mengenai penggunaan pedang dan senjata lainnya," kata Ardeys yang seakan-akan tau apa yang aku perlukan.

"Aku mau!!! Tapi ... apakah boleh membawa orang asing? Bahkan aku hanyalah ras manusia loh," kataku sembari menunjuk diriku sendiri.

"Tenang saja, dengan membawa vupilla bersamamu sudah menjadi tiket masuk eksklusif untukmu," kata Ardeys dengan senyuman riang.

Aku menatap Ardeys sembari terus berjalan pelan. "Tau kata eksklusif dari mana?" tanyaku bingung.

"Oh, dulu ada sebuah sirkus yang mampir di tempat kami dan memberikan sebuah tiket ekskllusif untuk para petinggi dan kepala desa kami lalu menempatkan mereka di kursi yang paling bagus," jelas Ardeys dengan gaya berpikir.

"Sirkus? Di dunia ini ada sirkus?!" seruku tak percaya.

"Iya, awalnya aku juga kaget. Kenapa? Kau tahu mengenai sirkus?" tanya Ardeys melihatku bingung.

"Aku hanya tau mengenai sirkus tetapi tidak pernah menikmatinya secara langsung," kataku yang masih memikirkan mengenai bagian adanya sirkus di dunia ini.

"Apa itu sirkus?" tanya Keya dengan wajah baru bangun tidurnya sembari mengucek matanya.

"Benar juga, Keya belum tahu sirkus ya?" tanya Ardeys yang mengusap kepala Keya.

Keya mengangguk dengan wajah yang masih mengantuk.

"Ayo, kita cuci mukamu," kata Ardeys yang mengulurkan tangannya di depan Keya.

Keya menggeleng yang membuat Ardeys dan aku melihatnya bingung. "Keya akan cuci muka sendiri,"kata Keya dengan wajah yang sedikit lebih segar lalu beranjak dari tempatnya.

Aku melangkah mendekati Ardeys. "Aku akan menemaninya," bisikku.

Ardeys mengangguk. "Aku akan menyiapkan sarapan."

Aku membalas Ardeys dengan anggukan lalu mulai mengikuti Keya dari belakang. Tiba-tiba ada yang melompat ke bahuku, saat menoleh ternyata itu adalah Koni. Karena tidak berbahaya, aku terus berjalan mengikuti Keya dari belakang.

"Jangan mengikutiku! Aku bisa sendiri!" seru Keya kesal.

"Siapa yang mengikutimu? Hanya kebetulan karena punya arah tujuan yang sama," kataku yang melirik ke arah lain sedangkan kakiku masih berjalan.

Terdengar geraman dari Keya yang ada di depanku.

Aku tertawa kecil. "Geramanmu mirip seperti Koni," kataku sambil mengelus Koni yang masih berada di bahuku.

"Koni? Vupilla itu?" tanya Keya yang menoleh ke arahku dengan wajah jeleknya.

"Iya, bukankah nama itu lebih gampang dan imut? Panggilannya bisa Kon Kon," kataku ceria.

"Haruskah kau senang dengan hal seperti itu?" tanya Keya yang kembali melihat ke depan.

"Bisa menikmati hal-hal remeh kadang menjadi sebuah harta berharga loh." Walaupun hanya melihat ke depan aku dapat melihat Keya yang menoleh ke arahku.

Tak lama sampailah kami di sungai. Koni langsung loncat turun dan berjalan untuk meminum air sungai itu. Keya mengambil air dengan tangannya sedangkan aku mencelupkan ujung kain kecil. Setelah itu aku dan Keya sama-sama mencuci wajah kami.

Setelah itu beberapa menit kemudian kami kembali ke tempat Ardeys. Tanpa berbicara satu kata pun. Sebenarnya untukku ini bukan masalah tetapi dari tadi aku melihat Keya yang melirikku terus. Sepertinya ia tidak enak dengan suasana ini. Untungnya perjalanan kami kembali lebih cepat dibandingkan perjalanan pergi ke sungai.

Setelah sampai, Ardeys menyapa kami dengan senyuman. Benar-benar deh, aku bingung kenapa ia bisa menjadi seorang pria?

....

"Lan akan ikut dengan kita?!" seru Keya tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar dari Ardeys.

"Kenapa? Tidak boleh kalau orang tanpa rumah ini ikut dengan kalian?" tanyaku dengan mata yang aku buat sesedih mungkin.

"Ayah percaya dengan orang ini?" tanya Keya dengan wajah kesalnya dan menunjuk ke arahku.

"Hei, tidak bole---"

"Tidak."

"UHUQ!!" Aku merasakan ada sesuatu yang menembus dadaku, mendengar jawaban tegas Ardeys.

"Tetapi tidak ada salahnya memberi kesempatan padanya," kata Ardeys yang menoleh ke Keya dan membuatku tidak bisa melihat ekspresi Ardeys karena aku berada di sampingnya.

Aku terdiam mendengar jawaban Ardeys. "Kesempatan ... ya?"

"Kenapa Lan?" tanya Ardeys yang melihat ke arahku.

"Tidak, bukan apa-apa," kataku sambil menggeleng dan memejamkan mata dengan senyuman.

Saat aku membuka mata Ardeys baru kembali menoleh ke depan dan tidak mengatakan apa-apa setelahnya. Koni melompat ke pundakku dan mengeluskan kepalanya di pipiku. Aku tertawa kecil lalu mengelus bulunya pelan. Apakah ia tahu aku sedikit memikirkan sesuatu?

"Nah, kita hampir sampai."

"Cepat juga," kataku yang sedikit kaget lalu melihat ke depan.

Ardeys menyibak sebuah daun yang cukup besar dengan beberapa pohon yang tebal dan tinggi di sampingnya. Ia tetap menahan tinggi tangannya dan membiarkan aku untuk masuk. Aku menunduk sedikit lalu terkesima dengan apa yang aku lihat.

Tempat ini lebih normal dibandingkan ras elf karena penuh dengan kayu coklat dan rumput kering sebagai bangunannya. Tetapi ada bagian yang sangat berbeda dari ras elf.

"FLUFFY!!!!" seruku girang, bahkan tidak peduli saat banyak yang melihat ke arahku. "Ra-ra-rasanya aku ingin memeluk satu per satu ekor," kataku yang sepertinya lenganku gatal ingin memeluk sesuatu yang lembut.

"Lan, kau seperti orang mesum!" seru Keya kesal dan terdengar tawa pelan Ardeys setelah itu.

"Habisnya, habisnya kelihatan lembut banget. Apakah rambut kalian sama lembutnya?" tanyaku yang melihat Keya.

"Tentu saja," Keya bergaya dengan sombongnya. "Semua Baik rambut dan ekor kami pasti sama lembutnya karena kami-- hei Lan. Ah, sepertinya aku salah berbicara."

Aku dengarkan. Aku dengarkan. Hanya saja ... ini ... ini ... mirip seperti surga!!!

Fluffy everywhere!!!

.
.
.
.
.
.

Saya usahakan yang terbaik dalam menunjukan adegan gelut/ kelahi/ perangnya. Nggak ahli, tetapi boleh memulai bukan? :3

Berikan jejak kalian, maka itu bisa menjadi semangat saya dalam melanjutkan cerita. Terima kasih sudah mampir~

-(30/05/2019)-


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro