37. Kronologi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketua tersenyum yang membuatku bingung. "Saat itu tiba-tiba saja kelompok yang bertugas mengawasi pinggir laut mengatakan bahwa mereka diserang. Setelah itu beberapa orang yang tidak kami ketahui dari mana, datang kemari dan menculik paksa beberapa dari kami," jelas ketua yang kadang melihat ke bawah.

"Apa mereka ada menjelaskan mengenai sesuatu?" tanyaku.

"Mereka mengatakan bahwa sandra akan digunakan secara baik-baik untuk dijadikan persembahan untuk kekuatan mereka demi kelangsungan dunia ini." Wah manis sekali kata-katanya. "Mereka juga mengatakan bahwa semua akan mendapat giliran, itu artinya mereka akan kembali lagi," kata ketua sedih.

"Hm, apa ada hal lain yang terlihat atau terdengar aneh?" tanyaku. Semuanya terdengar sangat menggantung, ada hal lain yang tersembunyi.

"Mereka terlihat sangat marah dan tidak ramah," kata salah satu duyung pria dari luar.

"Tentu saja, mereka itu ingin menguasai kita," kata duyung wanita di sekitar Zale dan Eras.

"Tidak, harusnya mereka senang. Kalau memang mereka ingin sandra untuk kelangsungan dunia menurut mereka, seharusnya mereka senang karena itu telah tercapai," kataku yang masih merasa bingung.

"Bagaimana menurutmu Lan?" tanya Eras.

"Aku tidak tahu, banyak hal yang kurang dan menyisakan banyak pertanyaan. Apakah ada yang menyerang kembali?" tanyaku.

"Tentu saja, tetapi kami tidak cukup kuat. Mereka melakukan sesuatu seperti mengontrol air untuk menekan pergerakan atau seperti menarik dan melempar," jelas ketua.

"Zale, apakah kamu tahu sesuatu seperti itu?" tanyaku yang dibalas gelengan Zale. "Hm, menekan pergerakan, menarik, melempar ...! Bagaimana dengan sihir?!" seruku kaget.

Zale terlihat ikut kaget sepertiku. "Itu benar! Sihir bisa melakukan hal seperti itu!" seru Zale.

"Ok, kalau begitu kita bisa tahu musuh kita adalah para penyihir." Aku kembali terdiam. Para penyihir yang membuat dunia jadi kacau bukan? Lalu mengapa mereka ke sini dengan amarah? Aneh. Apakah hanya itu saja?

"Ketua!! Kondisi Ellad memburuk!!" seru salah satu duyung yang berenang dengan cepat.

Semuanya panik dan langsung berenang menuju tempat itu. Aku juga ikut menyusul walau aku sangat jauh terbelakang, untung nggak jauh-jauh amat lokasinya. Dari tempatku aku bisa lihat duyung-duyung tergeletak dengan bercak ungu di kulitnya dan sisik mereka ada yang terlepas.

"Apa yang terjadi?" tanyaku walau mataku masih melihat ke depan.

"Kelompok yang mengawasi pinggir laut, dari cerita ketua adalah mereka dan mereka terkena racun. Sayangnya kami tidak tahu mengenai racun sama sekali," kata duyung di sebelahku.

Racun, aku memang tidak pernah mengurusi mengenai racun jadi aku tidak begitu tahu. Walau begitu secara logika racun kemungkinan akan bekerja melalui darah, entah apa ada yang melalui saraf atau pun otot. Kalau kemarin aku berhasil menyembuhkan Razor dan juga secara tidak sadar menyambung kembali saraf, otot, dan peledaran darahnya.

"Biarkan aku mencobanya!" seruku. Aku harus tahu sampai mana kemampuan ini.

"Kamu mau membunuh mereka apa?!" seru salah satu duyung wanita di dalam.

"Pilih, mau membiarkan aku mencoba menyembuhkan mereka atau membiarkan mereka mati begitu saja?" tanyaku dengan ekspresi serius.

Terlihat setiap mereka gelisah. Aku juga menelan silvaku dengan susah payah. Ini cuman tindakan sok berani.

"Baiklah, kamu boleh masuk," kata ketua yang dibalas tatapan kaget dari semuanya. "Setidaknya kita harus mencoba."

Aku mengangguk lalu menyerahkan Koni pada Eras yang berada di belakangku.

"Apa kamu benar-benar bisa Lan?" tanya Eras yang menerima Koni.

"Tidak akan tahu hasilnya kalau tidak mencoba," kataku sambil menaikan kedua bahuku sebelum akhirnya berenang masuk ke dalam.

Aku memegang tangan seorang duyung yang terlihat paling pucat dan nafasnya tidak menentu. Avra hijau keluar dari tanganku dan aku mencoba mengecek keadaan di dalam tubuhnya.

"Zel kemarilah." Untung saja Zel mau nurut dan berenang mendekatiku. Aku memegang sebelah tangannya dan membandingkan dengan duyung pucat. Akhirnya aku bisa mengetahui perbedaannya dan terlihat memang ada racunnya. Sekarang aku harus memikirkan bagaimana cara mengeluarkannya dan tidak mengenai yang lainnya.

"Ada apa?" tanya Zel.

"Ha? Ah, tidak aku hanya bingung racunnya dikeluarkan bagaimana," kataku dengan mata yang kembali melihat duyung pucat.

"Apakah Ellad bisa disembuhkan?!" tanya duyung wanita tadi yang berada di dalam.

"Entahlah, ini pertama kalinya untukku tetapi aku memang bisa melihat racunnya," kataku yang masih memikirkan bagaimana cara mengeluarkannya.

"Beri tahu apa pun yang bisa kami lakukan!" seru duyung pria lainnya.

"Kalau begitu, apakah kalian punya ruangan tertutup? Atau sebuah tempat di mana tidak ada airnya?" tanyaku.

"Bagaimana dengan gua itu?"

"Gua itu?" ulangku bingung.

"Ada sebuah gua yang di dalamnya terdapat udara dan tidak jauh dari sini," kata duyung lainnya.

"Ada tempat berpijak?" tanyaku yang dibalas anggukan beberapa duyung. "Oke, bawa mereka ke sana. Aku akan melakukannya di sana."

....

Aku melihat sekeliling, ternyata benar. Sebuah gua yang terdapat udara di dalamnya. Walau begitu puncak gua sangat tinggi. Apakah di atasnya gua ini ada lubangnya di atas permukaan air? Jadi ada udara di sini.

"Ini sudah semuanya," kata Zale.

"Bagus, kalian tetap di sini ya," kataku yang dibalas anggukan Eras dan Zale.

Aku mulai mendekati yang pucat tadi. Kalau tidak salah namanya Ellad. Tanganku meraih pisau kecil dan melukai lengan Ellad.

"Apa yang kamu lakukan?!" teriak duyung wanita tadi kesal.

"Kalau tidak dibuka, tidak akan ada jalur keluar untuk racunnya," kataku dengan mata yang masih berfokus pada Ellad.

Pertama-tama aku berusaha mencari posisi racunnya dan menarik racunnya dengan sebelah tanganku. Sedangkan sebelahnya lagi menahan jalur darah agar tidak keluar. Tentu saja keduanya dibantu dengan avra hijau. Aku harus benar-benar berfokus hanya menarik racunnya sekaligus menutupi luka dengan avra hijau.

Saat racun cukup mengumpal Ellad menggeliat dan menggeram. Sepertinya tidak bisa langsung. Aku berhenti mengarahkan racunnya, mengambil mangkuk dan meletakkan di depanku dengan cepat. Perlahan aku menarik racun dari bagian dekat dengan luka yang aku buat. Setelah racun keluar aku bisa merasakan bahwa aku kembali bernafas sembari mengalirkan racun ke mangkuk. Tetapi ini baru satu kali, setidaknya aku harus melakukan lima sampai enam kali kalau racunnya sebanyak ini.

Tak lama Ellad berhasil aku keluarkan semua racunnya dan menyembuhkan lengannya. Wajah Ellad terlihat kembali normal dan terdengar suara sorakan.

"Selanjutnya!" seruku.

Zale membawa Ellad kembali ke lautan dan Eras membawa duyung selanjutnya. Aku menarik nafasku sebelum akhirnya harus kembali berfokus. Tanganku meraih sebuah kain bersih dari tas kecilku. Semoga saja ini cukup steril.

Aku membersihkan darah di pisau kecil yang tadi aku pakai dan kembali melukai duyung di depanku dengan sebuah sayatan kecil. Dimulai dengan menarik racun yang paling dekat dengan luka sampai yang terjauh lalu racunnya aku letakkan di mangkuk yang sama. Hal itu terus aku lakukan sampai duyung yang keempat.

Setelah selesai aku merasa bisa bernafas dengan lega tetapi kepalaku terasa pusing dan berputar.

"Lan!"

Tiba-tiba saja aku bisa melihat wajah Eras di depanku. Sepertinya ia menahanku yang terjatuh ke belakang. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Eras dengan wajah yang terlihat khawatir.

"Hanya sedikit pusing," kataku dengan senyuman. "Aku pinjam pahamu dong," kataku jail tetapi memang ingin.

"Walau dalam keadaan seperti ini masih saja bisa bercanda," kata Eras yang tersenyum kecil.

"Aku juga ... ingin .... "

"Tidurlah," bisik Eras sebelum mataku benar-benar tertutup.

.
.
.
.
.
.

Hi maaf tertunda lagi hehe...

-(29/06/2021)-



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro