38. Markas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku membuka mataku dan langsung duduk dengan cepat. Mataku melihat ke sekeliling, ternyata aku masih berada di gua. Ada Zale dan Eras yang juga tertidur. Saat menunduk aku bisa melihat Koni yang mulai terbangun mungkin karena gerakanku karena ia berada di sampingku.

"Sudah bangun?" Aku menoleh dan melihat Zel di tepi tanah dengan beberapa buah di depannya. "Satu malam sudah terlewati, jadi aku berpikir untuk membawa buah ini kepada kalian lagi," kata Zel.

"Jadi satu malam sudah terlewati," kataku pada diriku sendiri sembari merangkak mendekati Zel karena jaraknya tidak terlalu jauh. "Terima kasih untuk buahnya."

Zel menggeleng. "Tidak, terima kasih," kata Zel yang tersenyum manis. "Tidak aku sangka kamu benar-benar berguna," kata Zel yang menunjukkan senyuman sinis.

Aku menatapnya datar beberapa detik sebelum akhirnya men-cop kepala Zel.

"AW!!"

"Ah! Aku lega!!" seruku bahagia. "Tau ga, aku sudah menahan tidak melakukan itu dari awal bertemu," kataku dengan senyuman jail.

"Lalu kamu melepaskan dengan tenaga maksimal?" tanya Zel yang memegang kepalanya.

"Itu baru setengah, mau lagi?" tawarku jail dengan sebelah tangan yang sudah terangkat.

"Tidak terima kasih," kata Zel yang berenang mundur sembari menutupi kepalanya.

"Selamat pagi," kata Zale yang membuatku melihat kebelakang, terlihat Zale dan Eras yang baru saja bangun. "Bagaimana keadaanmu Lan?"

"Kalau sudah bisa menjaili orang itu artinya ia sudah baik-baik saja," kata Eras yang memberikan tawa mengejek.

Aku tertawa pelan. "Aku sudah segar kok. Kemarin mungkin pusing karena terlalu berkonsentrasi. Oh iya Zel, apakah sudah tahu di mana letak markas mereka?" tanyaku sembari melihat kembali ke Zel yang melihatku kaget.

"Lan! Kamu saja baru tumbang kemarin! Kamu harusnya beristirahat lagi!" seru Eras.

"Lalu membiarkan para sandra dipakai untuk upacara mereka?" tanyaku yang membuat Eras terdiam dengan mata melihat ke bawah. "Alasan kita sampai datang ke sini karena ingin menyelamatkan para sandra," jelasku.

"Walau begitu ada baiknya Lan beristirahat lagi sebentar," kata Zale.

Aku menggeleng. "Sayangnya aku sudah terlalu penasaran kepada pihak musuh. Anggap aja sekalian room tour," kataku jail sembari berbalik.

"Room tour?! Ke markas musuh kamu sebut room tour?! Aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiranmu!" seru Eras kesal.

Aku mengabaikan Eras dan melihat ke arah Zel. "Jadi, apakah ada kabar mengenai markasnya?"

Zel menatapku sejenak lalu mengangguk. "Ayo, kita bersiap," kata Zel yang aku balas anggukan juga.

Saat aku mengigit buah aku bingung. Apakah di sini ada sebutan room tour? Kenapa Eras bisa tau soal room tour? Tetapi pertanyaan itu tidak aku tanyakan langsung karena Eras sudah melompat terlebih dahulu ke dalam air. Aku juga merasa tidak ada gunanya aku menanyakan hal itu. Jadi aku menyusul ke air setelah Koni selesai memakan buahnya.

Ternyata di dalam air Friso telah sampai dan sedang bermain dengan Zel. Melihat pemandangan ekor Zel yang warnanya biru, ungu, dan gradasi dari keduanya. Ini adalah pemandangan yang indah. Ngomong-ngomong ekor duyung yang lain juga ada yang bergradasi, ada yang tidak.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Zel yang tiba-tiba berada di depanku.

"Oh, cuman mengenai ekormu. Kenapa yang lain ekornya ada yang bergradasi ada yang tidak?" tanyaku sambil menerima uluran tangan Zel dan mulai berenang.

"Kalau dulu itu menandakan kasta, tetapi sekarang berubah menjadi tingkat kekuatan. Karena itulah yang mempunyai warna lebih dari satu dianggap sudah kuat untuk keluar dari kota," jelas Zel.

 Aku mengangguk-angguk mengerti. "Lalu bagaimana dengan alat atau mesin, atau apa itu namanya yang membantumu ke daratan?" tanyaku yang kembali mengingat telur biru yang di pakai Zel.

"Itu adalah penemuan dari ilmuan," kata Zel singkat.

"Kalian juga punya ilmuan?! Wah hebat!" seruku kagum.

"Tentu saja. Kalau saja dia tidak di tangkap," kata Zel yang jadi sendu. Sandera juga ya. Mereka pintar cari sandera.

"Dari mana kalian mengetahui markas musuh?" tanya Eras di belakang.

"Wilco mengikuti mereka sampai ke markasnya. Untung saja ia tidak ketahuan, jadi ia bisa kembali dan memberi tahu kepada yang lainnya di mana letak markasnya," jelas Zel.

"Apakah Zelphar sudah tahu arahnya?" tanya Zale.

"Tidak, kita akan pergi ke Wil untuk memintanya menunjukkan jalan," kata Zel yang sedikit melihat ke belakang. "Untung saja karena yang kemarin Lan lakukan, dia mau membantu," kata Zel yang melihat ke arahku.

"Ei? Dia kemarin juga ikut liat?" tanyaku bingung.

Zel tertawa pelan. "Selain yang disandera, semuanya melihat apa yang kemarin kamu lakukan," kata Zel dengan senyuman manis.

Cukup sedikit juga orangnya, tetapi tidak mungkin aku membicarakan itu sekarang. Tiba-tiba aku penasaran, bagaimana cara mereka berkembang biak ya?

"Wil!" Seruan Zel menarikku kembali ke kenyataan. Ada duyung laki-laki dengan rambut biru ikalnya dan ekor yang berwarna biru, hijau, dan gradasi dari keduanya.

"Zelphar! Dan juga para penolong," kata duyung itu, kalau tidak salah namanya Wilco, sembari menunduk.

"Penolongnya hanya ada satu di sana," kata Eras yang membuatku menoleh ke belakang, ternyata dia tersenyum sinis ke arahku.

Wilco mengangguk lalu melihat ke arahku. "Terima kasih sudah mau menolong kami," kata Wilco yang tersenyum manis.

"Jangan sungkan aku juga punya tanggung jawab," kataku yang merasa tidak enak dengannya dan juga aku merasa terlalu banyak pujian. "Um lalu, markas musuh ada di mana ya? Kita sudah menghabiskan waktu di sini," kataku agar waktu tidak lagi terbuang.

"Tentu, aku akan mengantarkan kalian," kata Wilco yang berenang duluan.

Zel menyusulnya dengan aku di tangannya dan Koni yang aku peluk, lalu aku bisa melihat Frizo menyusul dengan Zale dan Eras di samping. Kami terus berenang sampai berada di suatu tempat yang sebenarnya tidak begitu jauh dari permukaan air tetapi di sekeliling terdapat rumput laut yang cukup lebat.

"Ini tempatnya," kata Wilco yang menggeser salah satu rumput laut besar yang menjulang sampai keluar dari air.

Sebuah bangunan yang terlihat seperti koral besar yang dibangun paksa. Walau begitu terdapat beberapa lubang kecil dan sebuah lubang besar yang ditutupi oleh kayu, aku tebak lubang besar itu adalah pintunya dan lubang kecil adalah jendelanya yang bangkan cukup besar untuk dilalui. Kalau begitu apa gunanya pintu yang ditutupi kayu?

Dari luar tidak terlihat adanya penjaga tetapi di dalam terlihat beberapa orang (setidaknya terlihat seperti orang) berlalu-lalang di dalam. Mereka mempunyai pakaian yang mirip, atau bahkan sama satu dengan lainnya. Kalau cuman lihat sekilas begitu baju mereka tidak terlihat sepeti baju zirah yang akan melindungi mereka hari bahaya.

"Di sana pintunya, aku melihat mereka melewati pintu itu," kata Wilco yang menunjuk ke arah lubang yang ditutupi oleh kayu.

"Apa ada jalan masuk yang lain?" tanya Zale.

"Sejauh yang aku lihat, tidak ada," kata Wilco sedih.

"Kalau begitu tinggal terjang ke sana kan?" tanyaku dengan senyuman jail. Aku bisa merasakan semua tatapan ke arahku.

"Aku tidak percaya kamu mengatakan itu," kata Eras dengan wajah kesalnya.

"Hei, aku barusan mengatakan itu," kataku jail. "Oke-oke aku cuman bercanda. Walau begitu kita memang perlu rencana."

"Lan punya rencana?" tanya Zel.

"Tapi kalian harus pilih, serang atau sandra?"tanyaku yang ditatapi bingung oleh semuanya.

.
.
.
.
.
.

-(13/07/2021)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro