LAFS | 06

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Kim Soo Hyun berkeringat banyak. Tteokbokki pedas memang rajanya iblis. Ia mengambil gelas tinggi berisi air jernih dan meminumnya hingga tidak tersisa. Sementara pelaku yang membuat Soo Hyun kepedasan hanya tersenyum riang.

"Ayo Soo Hyun... makan lagi." Ji Hyun berkata ringan, tapi orang yang berada bersamanya hampir ingin menangis. Walau begitu, Soo Hyun mengangguk terpatah.

"Aku akan memakannya lagi, tapi... setelah aku dari toilet, ya?" Soo Hyun beranjak, lantas buru-buru menuju kamar mandi. Melesat—maksudnya, berjalan begitu cepat.

Apa Soo Hyun sakit perut? Ji Hyun menatap punggung Soo Hyun yang tertelan dinding penghubung antar ruang. Ada perasaan tidak enak yang meraung, kemudian matanya mengarah tteokbokki berwarna merah menyala yang masih tersisa setengah.

Mengambil sendok, Ji Hyun memakan tteokbokki itu. Awalnya, Ji Hyun cuma ingin melihat Soo Hyun memakan tteokbokki pedas, ada rasa senang menggelora ketika Soo Hyun memenuhi keinginannya.  Soo Hyun bilang itu yang dinamakan mengidam.

Mungkin kemauan Ji Hyun telah terpenuhi, tapi jika membuat Kim Soo Hyun kesakitan itu bukan hal baik. Ji Hyun tidak tega kalau Soo Hyun harus menghabiskan makanan itu, maka Ji Hyun menyuap kembali si makanan pedas sambil meringis akibat rasa terbakar di lidah.

Kim Soo Hyun baru saja keluar dari kamar mandi, lantas membulatkan mata ketika melihat Ji Hyun memakan tteokbokki.

"Hei, kau memakannya?!" Soo Hyun langsung merebut piring dari hadapan Ji Hyun, sehingga wanita itu hanya memegang sendok yang berada di udara.

"Kembalikan...."

"Ini punyaku."

"Soo Hyun...."

"Pokoknya tidak."

Tiba-tiba saja, kedua orang dalam ruang makan seperti kucing yang saling berebut ikan.

"Kau tidak boleh makan pedas," kata Soo Hyun usai puas menatap Ji Hyun yang memelas.

"Aku hanya ingin membantumu makan, ayo kembalikan...." Ji Hyun meminta sekali lagi.

"Kau tidak ingat, ada kehidupan lain dalam perutmu? Apa yang dimakan ibunya, bayinya pun akan ikut makan."

"Kalau begitu kau juga jangan memakannya lagi, aku juga sudah tidak mau melihatmu memakan itu."

Soo Hyun tertawa kecil sebagai pemecah ketegangan. Tidak benar-benar tegang memang, tapi hal kecil tadi bisa saja menjadi pertengkaran hebat kalau salah satu masih tetap keras kepala.

Menggeser piring berisi si pedas menjauh, Soo Hyun mendekat Ji Hyun, lalu berlutut di hadapan wanita itu. Tangan kanannya mengusap perlahan perut Ji Hyun.

Merasa penasaran, Soo Hyun mendekatkan sebelah telinga pada perut Ji Hyun yang kian membesar.

"Ya ampun, sepertinya Kim Mungil sedang bergerak di dalam." Soo Hyun berekspresi terkejut, dan respons Ji Hyun menahan tawa yang akan keluar.

Sekarang, Ji Hyun paham bahwa cinta tidak perlu bertindak menggunakan hal-hal besar, cinta tidak mengenal pamrih.

Laki-laki itu membuat Ji Hyun merasakan cinta lagi, tapi dengan cara berbeda. Cinta tulus yang jernih. Dari semua ini, Ji Hyun juga memahami; cinta tulus, adalah cinta yang tidak merusak, cinta yang mampu bertanggung jawab.

Sebab pada dasarnya, cinta adalah salah satu anugerah dari Tuhan untuk umatnya guna saling mengasihi, melengkapi segala kekurangan yang ada pada diri seseorang, bukan untuk menyakiti atau disakiti.

Nama Min Young Hwa telah terganti oleh Kim Soo Hyun dalam hati Ji Hyun, sepenuhnya. Tidak perlu diperintah, Ji Hyun memang telah mencintai Soo Hyun tanpa ada alasan apa pun. Sungguh.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro