Lima : My Girl ( Part 2 )

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saia datang .... menyapa para reader semua yang mungkin saja bersedia menunggu cerita indie saya. Sekali lagi saya promo ( ups, jangan lempar pakai sendal dong ???) bahwa novel perdana saya : JUST STAY, FOR ME ... akhir bulan selesai proses cetak. Yang minat, bisa order pada pada awal bulan Juni. Thank you ... and happy reading ...



Ben PoV

Aku Ben Richard Wijaya, laki-laki dengan wajah yang aku yakin akan membuat kalian para perempuan tak sanggup memalingkan wajah jika telah bertemu denganku. Jangan bilang aku sombong, karena memang itulah aku. Terlahir dari keluarga yang jelas bukan keluarga biasa, membuatku selalu mendapat perhatian istimewa dihati para perempuan.

Sejak kecil aku memang tinggaal di Singapura, sekolah dan besar di sana, membuatku merasa bahwa aku berada di kasta yang tak biasa. Ya, Mami dan Papiku memang hidup di sana. Hingga sebuah kecelakaan jet pribadi yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan, hidupku berubah menjadi seperti ini.

Statis.

Aku harus menjalani masa – masa sulit menggantikan posisi Papi memimpin sebuah perusahaan yang biasa dikelolanya. Sesuatu yang tak terbayang sama sekali, mengingat aku selama ini selalu terima bersih dengan kehidupanku. Tak pernah mau tahu dengan pekerjaan dan usaha Papiku. Hidupku terlalu indah untuk kuabaikan, pikirku saat itu.

Setahun lebih aku limbung dalam mengendalikan perusahaan otomotif yang ditinggalkan Papi. Beruntung papi memiliki asisten yang sangat tangguh dan setia. Pak Yahya, orang kepercayaan papi ini benar-benar membimbingku memimpin perusahaan. Tak heran Papi memberinya gaji dengan nominal yang tidak lazim.

Hingga Densi Auto Mall, perusahaan kami, berkembang dengan demikian pesat. Bahkan kami dipercaya menjadi pemegang lisensi sebagai importir mobil mewah. Jangan ditanya berapa digit keuntungan yang bisa kami raih dalam setahun, karena keuntungan sebulan saja digitnya membuat orang geleng kepala.

Dari beberapa proses promo produk, aku bertemu dengannya.

Gadis muda yang usianya mungkin sejajar dengan Melly, adikku satu-satunya. Saudara satu-satunya yang Papi dan Mami tinggalkan untukku. Bagaimana tidak ? Papi dan Mami adalah anak semata wayang. Sementara Kakek dan nenekku, mereka telah tiada semua. Ya, keluarga kami sebagian telah tiada, bahkan saat mereka belum mencapai 70 tahun.

Selama pameran promo yang kami gelar untuk memperkenalkan salah satu mobil keluaran dan type terbaru, aku selalu berada di sana. Mengawasi beberapa manajer melaksanakan tugas mereka masing-masing. Tapi kehadiran seorang laki-laki yang, oke memang terlihat sangat tampan dan elegan, bersama seorang gadis yang demikian belia, menarik perhatianku.

Hei, rasanya gadis itu masih duduk di bangku SMA. Atau mungkin malah masih SMP ? Entahlah, aku bahkan tak peduli meskipun dia masih duduk di bangku sekolah dasar sekalipun. Karena jujur saja, aku terpesona ...

Dan kupastikan, dari penampilan fisiknya yang meskipun sederhana, aku tahu dia bukan perempuan dari kalangan biasa. Karena beberapa saat kemudian, kulihat sepasang suami istri menyusul mereka melihat-lihat produk mobil yang kami tawarkan.

Dan lihatlah ...

Mereka kini sedang bertransaksi untuk sebuah mobil mewah tanpa banyak pertimbangan. Tak bisa kubayangkan, sekaya apa mereka.

"Siapa mereka, Pak Yahya ?", aku bertanya pada asisten kepercayaanku ini.

"Mereka keluarga Saleem, Pak Ben"

Aku menatap Pak Yahya.

"Kelihatannya Bapak mengenal mereka dengan baik ?", aku bertanya menyelidik.

"Mereka keluarga pengusaha bidang property yang membangun beberapa pemukiman mewah di Jakarta ini, Pak"

"Mereka membeli mobil kita ?"

Pak Yahya mengangguk.

Kembali kulihat mereka, lebih spesifiknya gadis belia itu. Dia terlihat sangat ceria bersama orang-orang disekitarnya yang aku yakin adalah keluarganya. Dan laki-laki tampan itu ? Hei, kalau dia adalah kakaknya, mengapa pandangan matanya begitu lembut dan memuja ? Ups !!! Tentu saja karena gadis itu memang sangat mempesona.

Beruntunglah yang suatu saat memilikinya, siapapun itu ...

Lalu sebuah pertemuan tak terduga terjadi antara aku dan lelaki tampan keluarga Saleem itu. Ketika itu, aku ikut menghadiri sebuah lelang tender pembangunan mall di kawasan pinggiran Jakarta. Oke, aku bersama seorang teman memang patungan menjajal keberuntungan di dunia bisnis property. Dan untuk memulai sebuah pembelajaran, aku mulai aktif mengikuti beberapa undangan lelang tender.

Di sinilah aku kembali bertemu dengan laki-laki itu, yang tak kusadari bahwa suatu saat aku merasa bahwa aku memang harus bersaing dengannya. Dalam hal apapun. Dan perlu aku akui, bahwa dia berikut pegawainya sangat piawai dalam memberikan presentasi yang membuatnya memenangkan tender itu.

Tentu saja, karena  laki-laki ini demikian sempurna.

Dan puncaknya ketika seorang investor memberitahuku bahwa akan ada lelang pembangunan salah satu hunian mewah. Memang perusahaan yang kudirikan patungan dengan Aldi ini pernah menangani beberapa proyek. Tapi tak sebesar proyek pembangunan apartemen ini. Dari beberapa referensi dan desas – desus yang kudengar, perusahaanku digadang-gadang akan diserahi proyek ini.

Tapi lihatlah siapa yang menyulut api permusuhan di sini ?

Ketika akhirnya proyek pembangunan hunian mewah itu akhirnya jatuh ke tangan SALEEM GROUP, bahkan tanpa proses lelang sebagaimana mestinya. Semua angan – anganku buyar. Sebuah prestasi yang semula akan kucapai, kini harus musnah.

Saleem ... kau mengibarkan bendera perang untukku !!!

Dengan berbagai macam cara aku mengorek keterangan tentang keluarga mereka. Alamatnya, prestasinya, siapa saja anggota keluarganya, masa lalu mereka, dan yang lebih mengejutkan, keluarga mereka ternyata memiliki sejarah kelam dengan keluargaku.

Itu kutahu dari Pak Yahya, yang kupaksa bercerita.

"Ayahnya Pak Yudhis itu dulu teman dekat Ibu. Bahkan mereka hampir bertunangan"

Gila !!!

Bagaimana mungkin ini terjadi ? Mamiku dulu hampir bertunangan dengan Ayah dari laki-laki tampan yang kini kuikrarkan menjadi rivalku ini ?

"Kenapa mereka tak jadi menikah, Pak ?"

"Pak Romi dijodohkan dengan perempuan lain oleh Bapaknya", Pak Yahya menjelaskan.

Dan aku yakin, perempuan cantik yang meskipun usianya tak muda lagi itu adalah perempuan yang menjadi saingan Mamiku.

"Akhirnya karena sesuatu masalah, mereka bubar. Pak Romi menikah dengan Ibu Rin, dan Ibu akhirnya ditolong oleh Bapak"

"Di tolong ?", aku heran, mengapa Mami sampai ditolong oleh Papi. Apa yang terjadi pada saat itu ?

Pak Yahya mengangguk.

"Bisa Bapak jelaskan dengan lebih gamblang ?"

Dan mengalirlah cerita kelam itu. Dimana Mami terpaksa berurusan dengan penjara karena kemarahannya pada Pak Romi. Oke, laki-laki keturunan Keluarga Saleem itu memang gagah meskipun sudah tua. Tak heran Mami tergila-gila dan tak terima ketika diputuskan.

Dan karena hal itulah maka Mami rela hidup jauh dari tanah air dan merantau di Singapura. Memang kemudian Papi dan Mami meraih kesuksesannya di sana, tapi mereka bahkan jarang sekali datang ke Jakarta. Mereka tak mau membuka luka lama.

Semua usaha yang kini kujalankan, nyaris seratus persen dihandle oleh Pak Yahya. Papi hanya datang sebulan sekali, atau jika diperlukan.

Mendengar kisah mereka, tak urung hal itu semakin mengobarkan dendam di hati ku. Keluarganya ternyata telah mengacaukan kehidupan kami. Salahkan jika aku membenci mereka ? Hingga kini pun, anak-anak mereka selalu menghalangi langkahku untuk maju.

Strategi harus kususun.

Serapi mungkin.

Sejeli mungkin.

* * * *

Hari-hari berikutnya, selain kesibukanku mengembangkan usaha otomotifku, aku juga ikut terjun langsung dalam bisnis property yang kubangun bersama Aldi. Namun yang tak kalah pentingnya adalah aku harus menemukan titik lemah keluarga Saleem.

Dan aku tak tahu apakah aku harus bersedih membayangkan kesialan keluarga Saleem ataukah aku harus tertawa devil dengan keberuntunganku, ketika aku akhirnya mengetahui bahwa kelemahan keluarga Saleem, terutama laki-laki gagah nan tampan itu, adalah terletak pada gadis muda belia yang sialnya sangat mempesona itu. Oke, kuakui memang dia sangat mempesona, bahkan ketika dia hanya tersenyum.

Ya, kelemahan keluarga mereka terletak pada Bella. Nama gadis itu. Dan aku tahu, dari sinilah aku harus memulai semua yang kurencanakan untuk kehancuran keluarga Saleem.

Lantas aku menyuruh Soni, orang kepercayaan sekaligus bodyguard yang selalu bersamaku nyaris sepanjang hari. Dan untuk dedikasinya, aku tak sayang mengeluarkan nominal besar untuk kesejahteraannya dan keluarganya. Karena memang kinerjanya sangat memuaskan.

Termasuk ketika aku memulai menjalankan rencanaku yang mungkin memang gila, tapi aku tak peduli. Sudah beberapa bulan ini aku menugaskan Soni untuk mengawasi gerak dan keseharian Bella. Maka seperti halnya bodyguard gadis itu, maka Soni pun kuberi tugas mengawasi Bella.

Dan keberuntungan berpihak padaku ketika Soni mengabarkan bahwa bodyguard Bella tiba-tiba pergi dan membiarkan gadis itu lepas dari pengawasannya. Maka aku segera melesat ke sekolah Bella, menunggu gadis itu keluar dari sekolahnya sebelum penjaganya datang kembali.

Dan aku tak tahu mengapa aku seberuntung ini, ketika kulihat gadis itu keluar dari halaman sekolahnya dengan mata celingukan seolah mencari seseorang. Dan akal seorang Ben kini mulai bermain.

Aku mendekatinya. Memberinya senyum mencoba sedikit ramah. Tapi reaksinya jelas sangat terlihat bahwa dia kurang bersahabat dengan orang yang baru dikenalnya.

"Halo, Bella kan ?", aku mencoba akal bulusku.

Dia menatapku penuh selidik.

Ya, Tuhan ... ditatap penuh kecurigaan bukan membuatku merasa jengah, karena aku justru merasa menggelenyar. Ada sesuatu yang terusik dalam diriku. Kau tentu tahu itu, Kawan ...

"Maaf, siapa ya ?"

Oh, my God ...bahkan suaranya begini merdu ???

Aku tersenyum mendengar pertanyaan penuh curiga yang meluncur dari mulutnya.

Huft !!!

Sungguh, jika saja hatiku tak begini hitam diselimuti dendam, mungkin aku akan gila dan mengejar cintanya. Oke, dia memang gadis yang masih sangat belia, bahkan masih duduk di bangku SMA. Tapi siapa orangnya yang sanggup menolak pesonanya ?

"Saya teman Pak Yudhis. Beliau ada meeting siang ini, sementara penjaga kamu juga sedang pergi", aku memberinya kabar.

Kabar bohong memang, karena aku sebenarnya tak tahu kemana penjaganya berada. Bahkan tak peduli apakah Yudhis meeting atau tidak. Persetan dengan semuanya, karena yang aku tahu, aku harus menjalankan strategiku menghancurkan mereka.

Sekarang ? Atau kesempatan kedua tak akan pernah datang.

"Kok kakak tak memberitahuku ?", lihatlah, meski dalam raut bingung pun dia cantik luar biasa.

"Dia terburu-buru. Dan saya disuruh menjemput kamu untuk segera diantar pulang", aku mencoba beramah tamah untuk melunturkan kecurigaan yang masih timbul.

"Anda tidak bohong kan ?"

Aku tertawa serenyah mungkin.

"Untuk apa saya berbohong ? Jadi .... silahkan ikut dengan saya. Dan saya akan mengantar kamu pulang"

Sejenak dia ragu, tapi anggukannya seperti kembang api yang bermunculan memenuhi ruang otakku.

"Baiklah, Silahkan"

Aku masih mencoba ramah untuk mempersilahkan dia memasuki mobilku. Dan Soni  sangat tahu apa yang harus dilakukannya.

Dan begitulah, Soni yang meninggalkan mobilnya terparkir di dekat SMU Bella, langsung menggantikan aku untuk memegang kemudi. Dan jangan ditanya bagaimana aku bisa membuat gadis ini pingsan, karena dengan cara termudah aku akhirnya berhasil membekapkan obat bius yang telah kusiapkan, ke hidungnya.

Hanya dalam hitungan detik, si gadis sempurna ini terkulai dalam dekapanku. Aku hanya menatap sekilas ke arah Soni. Wajah laki-laki itu sedenikian datarnya, seolah selalu mengerti setiap tindakan yang kulakukan. Dan dia membiarkan ini terjadi, tanpa mau ikut campur.

"Kemana kita, Pak ?"

"Ke rumah, Soni. Aku akan membawanya ke rumah"

"Bukannya berbahaya kalau gadis ini tahu alamat rumah, Pak ?"

Aku tersenyum devil.

"Itu yang aku mau, Soni. Agar Kakaknya yang menyebalkan itu tahu tempatku bersarang. Agar dia datang dan mengemis untuk gadis ini"

Soni mengangguk patuh.

Lantas dia melajukan mobilku menuju istanaku. Oke, ini memang tak semegah istana negara, tapi layak disebut mansion mengingat gaya arsitekturnya yang dibuat papi menyerupai bangunan ala eropa. Nyaris mirip dengan bangunan peninggalan Belanda. Meski interiornya demikian modern, tapi klasiknya membuatku nyaris seperti Pangeran era jaman Belanda.

Dengan kastilnya yang megah.

Dan di mansion inilah aku meretas jalanku yang hitam penuh dendam. Saleem ... tak kan kubiarkan aku menjadi pecundang.

Kutatap Bella yang kini kuangkat keluar dari mobilku. Kusuruh Soni berlalu, dan aku menyusuri rumah megahku menuju kamar pribadiku. Aku akan berpesta. Ya, aku akan bercinta dengannya.

Poor Bella ...

* * * *

Dan kejadian itu telah berlalu lebih dari sebulan yang lalu. Dan entah mengapa, aku demikian riang menjalani hariku. Merasa ringan karena aku berhasil mengawali langkah balas dendamku, dendam Mami, dan juga .... entah mengapa, Melly juga terlalu membenci gadis itu.

"Tenang saja, kita mulai berhasil meretakkan keluarga Saleem. Dan kita akan menyaksikan keruntuhan mereka yang Kakak rasa tak akan lama lagi", ujarku suatu malam ketika aku dan Melly duduk berdua di mini bar mansionku ini.

Melly tersenyum smirk mendengar penuturanku.

"Memangnya kenapa kamu nggak menyukai gadis itu ?", aku penasaran mengapa Melly begitu membenci Bella.

Sejenak adikkku ini menghembuskan nafs panjangnya.

"Dia merebut laki-laki yang menjadi incaranku"

"Pacarmu ?"

Dia menggeleng.

"Bukan. Emm...setidaknya belum"

Aku tersenyum.

Belum menjadi pacar kok dibilang merebut ?

"Siapapun laki-laki itu, Kakak yakin dia tak akan mau dengan perempuan yang sudah tidak perawan lagi", aku berkomentar.

Melly tergelak.

"Kakak memang laki-laki terhebat yang pernah Melly temui. Oke, by the way ... apa mereka tahu bahwa laki-laki bejat itu adalah Kakak ?"

Aku terdiam.

Aku sendiri juga tak yakin apakah mereka tahu bahwa akulah yang menikmati mutiara mereka ? Kalau mereka tahu, mengapa tak berurusan denganku ? Menantangku mungkin ? Atau menuntutku ?

Ah, ya .... aku yakin mereka tahu siapa aku karena waktu itu aku memperkenalkan namaku dengan sengaja kepada gadis cantik itu.

Gadis cantik ?

Hei, kenapa aku harus mengurusi wajahnya ?

Cantik atau tidak, itu bukan urusanku, dan tak seharusnya aku mengingat kecantikannya. Karena tentu saja aku memiliki koleksi puluhan perempuan cantik yang juga seksi, yang akan dengan sukarela telanjang di depan mataku jika aku menginginkan mereka.

Menginginkan mereka ???

Ups ?!

Mengapa aku justru lupa bahwa sudah lama aku tak menginginkan mereka ? Atau bahkan menyentuhnya ? Baru kusadari bahwa aku terlalu sibuk menyusun strategi dendamku, hingga keberadaan perempuan pemuasku tak pernah terlintas di kepalaku.

"Hei, Kakak melamun ?", Melly mengagetkanku.

Aku menggeleng.

"Kakak nggak bisa bohong sama Melly. Kakak ngelamunin Bella, ya ? ", pertanyaannya menohok hatiku.

"Buat apa Kakak mikirin perempuan itu ?", aku mengelak.

Melly tersenyum dengan ekspresi menyebalkan.

"Apapun alasannya, melly tak  mau berurusan dengan Bella. Cukup selama ini Bella merebut perhatian Ronald, jadi aku tak ingin dia kembali merebut perhatian Kakak dariku"

Lihatlah, usai berkata sinis seperti itu dia malah melenggang meninggalkan aku sendirian di mini bar ini. Kutenggak minumanku, sekedar menenangkan hatiku dari tuduhan Melly bahwa aku mulai melamunkan Bella.

Bella ?

Hei, siapa laki-laki yang mampu menolak pesona gadis itu ? Oke, dia bukan gadis lagi, karena aku telah merampasnya. Dan jikapun ada yang menolak pesona Bella, kupastikan bahwa dia adalah laki-laki buta. Dan aku bukan salah satu dari yang buta itu.

Berarti aku juga terpesona ???

Huft !!!

Lihatlah ! Tuduhan Melly nyaris menjadi kutukan buatku.

Bella ??? Entah mengapa, hanya dengan mengingat wajahnya yang tak berdaya di bawah kuasaku waktu itu, ada sesuatu yang terusik dalam diriku. Yang kusadari bahwa selama sebulan lebih ini 'dia' bahkan tak pernah terpikirkan olehku.

Wow ... whats wrong here ??

Oke, aku harus mencari pelampiasan malam ini. Aku tak mau mati merana karena tersiksa oleh libidoku sendiri. Bagaimanapun, aku butuh partner untuk memuaskanku. Meski hanya

Malam ini. Harus. Dan aku tahu harus menghubungi siapa. Deswita. Perempuan seksi satu ini yang selalu tahu bagaimana cara memuaskan aku.

* * * * *

Dan aku sekarang disini, di sebuah bar terkenal di Jakarta. Karena disinilah aku berjanji untuk ketemuan dengan Deswita. Jangan tanya kenapa, karena kamu akan tahu apa yang akan kami lakukan. Oke, kami memang partner untuk urusan ranjang. Tapi tidak melibatkan hati di sini. Karena bagiku, urusan ranjang tak perlu melibatkan hati.

Termasuk dengan Bella. Sial !!! Kenapa semua masalah akan berujung pada Bella ? Ini tak bisa dibiarkan.

Kulirik arloji mewahku hadiah ulang tahun yang dibelikan Melly untukku. Sudah lima belas menit Deswita melewati waktu dari apa yang dia janjikan. Dan untuk membuang kejenuhan, kupesan minuman yang sudah dihapal oleh bartender di bar ini.

Suasana demikian hingar binger, tapi tak mampu menyembunyikan sosok seorang laki-laki yang gesture nya sangat kuhapal, bahkan di alam bawah sadarku sekalipun.

Yudhis.

Ya, di sudut sana kulihat Yudhistira Saleem sedang duduk gelisah. Seperti menantikan seseorang. Maka aku segera menyelinap, mencari perlindungan agar aku tak terlihat olehnya. Aku ingin tahu apa yang dia lakukan di sini.

Tak sulit bagiku untuk mencari tempat yang terlinding namun masih bisa melihat dia dengan demikian jelas. Deswita seketika hilang dari daftar pentingku malam ini.

Masih kulihat, bagaimana laki-laki itu terlihat jelas bahwa dia sangat gelisah. Beberapa kali dia melirik jam di tangannya. Penampilannya malam ini terlihat sangat kusut. Tapi kemeja abu-abu gelap yang lengannya telah menyingsing sampai siku, tak bisa menyembunyikan tubuh tegapnya. Oke, dia memang sangat mempesona. Tak heran jika adiknya juga demikian mempesona.

Adiknya ?

Aaarrrggghhh ... !!!!!

Kenapa semua masalah selalu bermuara pada perempuan kecil itu ? Sial !!!

Tiba-tiba seorang perempuan dengan penampilan tak kalah elegan datang padanya. Baju yang dikenakan perempuan itu terlihat resmi. Tak jelas kulihat siapa perempuan itu, tapi yang aku tahu mereka terlihat berbicara dengan demikian serius.

Laki-laki itu bicara dengan mimic serius, tapi perempuan itu terlihat seperti emosi. Dan yang paling mengejutkan, perempuan itu menampar Yudhis. Dan heran, laki-laki itu bahkan tak terlihat marah atau apa. Bakhan ekspresinya terlihat demikian datar.

Sialan !!!

Bagaimana mungkin dia demikian hebat mengendalikan diri dari kemarahan perempuan cantik itu ? Hingga si perempuan meninggalkan Yudhis, laki-laki itu hanya diam tanpa mencegah kepergian si perempuan.

Kulihat si perempuan bergegas meninggalkan Yudhis. Ketika si perempuan lewat dekat dengan tempatku bersembunyi, aku demikian terkejut. Tentu saja aku terkejut. Bagaimana mungkin dia mengenal Yudhis ? Ada hubungan apa sebenarnya mereka berdua, dan ada masalah apa sehingga perempuan ini menampar Yudhis dengan sedemikian marah ?

Huft !!!!

Sepertinya ada sesuatu yang harus aku cari tahu. Dan sesuatu itu bisa aku dapatkan dari dia, perempuan yang baru saja menampar Yudhis dengan berani. Ya, aku harus mencari tahu darinya.

Ratna.

Ada banyak hal yang bisa kutahu dengan mengorek keterangan dari perempuan ini. Karena dia, Ratna, adalah salah satu partner one night stand-ku.

Ctakk !!!

Kujentikkan jariku untuk keberuntungan yang beruntun datang padaku, dari berbagai arah, dari berbagai sisi.

 * * *

Ratna PoV

Ini akan kucatat sebagai malam tersial yang pernah mampir kedalam kehidupanku. Dan aku akan selalu mengingatnya. Bagaimana senja tadi dia menghubungi aku. Aku tentu saja bahagia, karena dia pasti akan meminta maaf karena beberapa hari lalu membiarkan aku pergi hanya karena dia lebih mementingkan adiknya.

Ya, dia adalah Yudhistira.

Laki-laki yang bersamanya aku menghabiskan hariku selama dua tahun terakhir ini. Laki-laki kaya yang dengannya aku berangan bahwa aku akan hidup dengan cukup mapan tanpa harus menghabiskan hariku menghadapi mahasiswa dan mahasiswi itu.

Dengan masih mengenakan baju yang kugunakan untuk mengajar sore ini, aku langsung menuju bar yang dia janjikan akan menungguku. Hingar bingarnya sejenak membuatku ragu untuk masuk. Meski ini bukan pertama kali aku masuk tempat seperti ini, tapi entah mengapa aku merasa deg-degan.

Menyebalkan !!!

Rasanya seperti kencan pertama saja. Disanalah aku menemukan sosoknya. Sosok lelaki gagah yang kurindukan, bahkan sangat kuinginkan meskipun tak sekalipun keinginanku menggiringnya ke ranjang untuk bercinta tak pernah berhasil. Apes, karena lelaki ku ini memang bukan penganut free sex. Jenis laki-laki langka memang mengingat bagaimana lingkungannya yang demikian memungkinkan untuk free sex.

Tapi itulah Yudhis, yang mampu membuatku jatuh cinta meski kadang aku selalu jadi nomor dua, karena nomor satunya adalah keluarganya, terutama Bella. Perempuan muda yang meskipun dia adalah adik Yudhis, tetapi selalu membangkitkan sisi devilku karena merasa selalu cemburu dengan kedekatan mereka, apalagi dengan perhatian Yudhis yang di luar normal.

"Hei ?", aku menyapanya dengan senyum termanis yang ingin kusunggingkan.

Entahlah, aku ingin membuang jauh amarahku kemarin.

"Hei", dia menyahut datar.

Datar ?

Hellooo...ada apa ini sebenarnya ? Mengapa aku merasa ada sesuatu yang tak mengenakkan akan terjadi ?

"Lama menunggu ?"

"Lumayan. Tapi tak sampai setengah jam"

"Oke, ada sesuatu kah sampai kamu memintaku menemuimu di sini ?"

Dia diam dan menatapku dengan pandangan yang tak bisa kuartikan.

Aku juga diam, tak ingin mengulang pertanyaan yang aku yakin dia dengar dengan baik.

"Maaf, Ratna. Kita tak bisa melanjutkan hubungan kita"

Dan petir yang menggelegar tak kan sedahsyat ini efeknya.

"What ? Kamu nggak serius kan ?", aku mencercanya dengan suara tinggi yang tak bisa kukontrol lagi.

Aku memang harus memasang suara tinggi untuk mengalahkan suara musik yang berdentum dengan kerasnya.

"Sayangnya aku serius", jawabnya datar.

"Kenapa ?", aku nyaris menangis dengan ketenangannya.

"Karena aku akan menikah", jawabnya membuatku seperti dihantam godam yang menghancurkan batok kepalaku.

"Menikah ? Dengan siapa ?", aku mengeraskan volume suaraku.

"Maaf, aku harus menikahi Bella"

Dan aku benar-benar hancur detik itu juga. Dan geramku sudah tak bisa kukendalikan lagi.

Plakk !!!

Aku tak bisa menahan tanganku untuk tidak menamparnya. Aku yakin dia merasa panas dan nanar dengan tamparanku, karena telapak tanganku pun terasa demikian panas.

Tapi dia yang diam tak bereaksi atas tamparanku membuatku semakin marah.

"Kamu bajingan !!!"

Aku lantas berlalu dari hadapannya. Dan laki-laki brengsek itu bahkan tak menahanku. Dan ini benar-benar sial !!! Aku harus pergi dari neraka ini, karena aku yakin bila aku tak segera pergi dari sini, sisi devilku akan muncul lagi.

Kuhela langkahku meninggalkan bar ini, menuju tempat parkir dimana aku menaruh mobilku tadi. Duduk dengan menghempaskan tubuhku dengan kasar, aku diam sejenak. Kuatur nafasku yang memburu. Kecurigaanku benar, Yudhis dan Bella memiliki hubungan yang tak biasa.

Drrttt... ddrrtt... ddrrtt...

Ponselku bergetar. Kulihat siaopa penelepon yang menghubungi aku pada saat yang sangat tidak tepat. Tak ada nama di sana. Penelepon baru, siapa ?

"Hallo ?"

"Selamat malam, Baby ..."

Aku mendengus.

"Siapa ya ?"

"Kamu mengenalku, Baby ...", suara di seberang telepon terdengar sedikit familiar dengan telingaku.

Dan sebutan 'baby' itu hanya diucapkan oleh satu orang. Dan dia .... Jantungku berdetak ketika dikepalaku muncul satu nama.

Dia ...

* * * *


Ditunggu vote dan koment nya yaaa....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro