Dia Berubah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Angel Pov

Sudah beberapa hari ini kepalaku pusing banget, dan sering kali aku  pingsan karena pandanganku yang tiba-tiba buram berlanjut dengan gelap.

Hari ini aku terpaksa berangkat ke sekolah, karena aku nggak mau mengecewakan ka Dion. Ya, walaupun keadaanku sekarang lagi kurang baik.

Aku tarik napas dalam-dalam setelah keluar dari kamar Apartemenku.

Seketika aku teringat waktu pertama kumenginjakan kaki di Apartement ini, seorang wanita menghampiriku.

"Nona Angel?" Sapa wanita itu.

"Iya... Ada apa ya?" sahutku heran.

Dia tersenyum ramah. "Tadi siang Tuan Dion mencari anda dengan seorang lelaki yang saya tidak ketahui namanya. Kira-kira dia seumuran dengan, Anda."

Semua orang yang bekerja di sini memang telah mengenalku dan keluargaku, kecuali Nathan.

Aku manggut-manggut. "Oh, Oke. Terimakasih Informasinya." ucapku, Dia mengangguk dan tersenyum.

"Untung aja gue ke sini malem. Jadi, nggak bertemu dengan mereka." gumamku dan berjalan menuju lift.

***

Jonathan Pov

Aku menutup pintu loker, dan bersandar di loker dengan mata yang terpejam. Di mana sih Angel? ya Tuhan.

"Hai Angel."

"Angel."

Aku mendengar beberapa murid yang menyebut nama Angel. Oh, ralat mereka memanggil Angel.

Aku membuka mata dan terlihatlah jelas Angel sedang berjalan dengan anggunnya seraya mengangkat dagunya, memperlihatkan keangkuhannya. Dia juga mengabaikan sapaan semua orang.

Angel yang kukenal nggak pernah bersikap seperti itu. Dia selalu ramah kepada semua orang--kecuali The king-- bukan seperti ini.

Senyumku mengembang saat dia berjalan tepat di hadapanku. "Angel?" 

Dia menengok dan menatapku sinis dari atas sampai bawah, senyumku memudar saat dia berjalan meninggalkanku tanpa membalas sapaanku.

Seseorang menepuk pundakku. "Dia kembali seperti Angel yang empat  tahun lalu. Angel yang bukan dirinya sendiri." ucap Katy dengan wajah datar dan tatapan kosong.

Aku menatap Katy, ada yang tidak beres ini. Sejurus kemudian, aku memutuskan untuk mengajaknya ke kantin.

"Maksud dari perkataanmu tadi apa, sayang?" tanyaku lembut.

Dia tersenyum kecut dan tatapan kepedihan terlihat jelas di matanya. "Aku gak bisa menjelaskannya. Angel kembali seperti ini karena aku. Karena aku telah mengulang kejadian terburuknya." ucap Katy dan menunduk.

Aku menangkup wajahnya. "Ini semua bukan salah kamu, sayang. Kita akan buat Angel seperti dia yang kita kenal. Bukan yang seperti sekarang, Okey?" ucapku dan dia menatapku sembari tersenyum.

"Ada apa emang dengan kejadian empat tahun yang lalu?" tanyaku dengan mengernyitkan dahi.

"Aku gak bisa menjelaskannya, kamu bisa tanya sendiri ke Agnes atau bahkan ke Angelnya langsung."

"Hm, okey nanti aku tanya salah satu di antara mereka."

"Angel, sini makan bareng kita." Terdengar sekelompok cewek yang menawarkan Angel untuk bergabung. Ia hanya menatapnya sekilas dan melengos pergi, membuat mereka kaget. Tak percaya Angel menjadi dingin.

"Lihat sendiri 'kan?" lirih Katy.

"Iya, aku lihat, sayang." kataku dengan terus menatap punggung Angel yang sedang berjalan dengan angkuhnya.

"Dia benar-benar kembali seperti empat tahun yang lalu." gumam Katy.

Aku menggenggam tangan Katy mengajaknya pergi dari kantin, kalau  dia terus-menerus di sini dan melihat Angel yang sombong, Katy akan menyalahkan dirinya.

Dan sekarang di sinilah sekarang kami berada, kelas. Tampak sepi karena kebanyakan murid belum datang.

Tiba-tiba Agnes datang dengan senyum kecutnya. "Udah datang dari tadi?" tanya Agnes sembari meletakan tasnya di atas meja.

"Ya, gitu deh. Ada apa emangnya?" tanya Katy.

"Yang gue takutkan terjadi." Jawab Agnes pelan seperti berbisik.

"Sebenarnya ada apa sih? Kenapa daritadi kalian berdua misterius banget?" Tanyaku yang mulai frustasi.

"Angel ada apa sama lo? Ada yang perlu kita omongin." terdengar suara Rio yang mulai jengkel.

Sontak kami bertiga menengok ke arah pintu, terlihatlah Angel memasuki kelas tanpa memerdulikan Rio yang memohon.

Ada apa dengan dia? Kenapa berubah sekali.

"Lo kenapa sih? Apa ada yang salah sama gue?" Suara Rio meninggi satu oktaf.

Angel membalikan tubuhnya dan menatap Rio datar. "Jangan deket-deket gue lagi." jawabnya dingin. Oh tuhan, nada suaranya pun berbeda.

Dia benar-benar berubah.

"Angel, gue gak ngerti tiba-tiba lo kayak gini. Satu hal yang harus lo tau gue gak akan menjauh dan gue akan mencari tau siapa yang buat lo seperti ini." gertak Rio kemudian berlalu.

Oh, Rio tampak kecewa sekali dengan perubahan Angel, sama sepertiku.

Angel duduk di bangkunya yang beberapa hari lalu bertukar dengan Orin. Dia asik berkutat dengan ponselnya dan berpura-pura tidak menyadari keberadaan kami---aku, Katy dan Agnes---

"Angel...." Panggil Agnes dengan lemah. Dia berjalan menghampiri Angel, yang dipanggil tetap setia dengan aktivitasnya.

"Angel, kami minta maaf." lirih Agnes.

"Angel, ini semua salah gue. Marahlah ke gue jangan ke mereka yang gak tau apa-apa." geramku dan berdiri dari posisi duduk.

Angel menatapku tanpa ekspresi seperti tadi menatap Rio, kemudian dia bangkit dari tempat duduknya.

Mataku membulat sempurna ketika melihat pacarku berlari kecil menyusul Angel yang ingin keluar kelas dan memeluk Angel sambil  menangis. Sedangkan Angel tidak membalas pelukannya.

Angel terdiam mematung. Aku dan Agnes menghampiri mereka.

"Angel, gue tau gue salah. Gu-gue gak bermaksud buat lo terluka. Sumpah." lirih Katy ditengah isakan tangisnya.

"Ma-maafin gu-gue." lirihnya lagi tanpa melepaskan pelukannya.

Aku melirik Agnes yang ternyata matanya sudah mulai berkaca-kaca.

Aku tidak tega melihat Katy menangis terisak seperti itu di depanku. Kualihkan landanganku menatap Angel, raut wajahnya sama sekali tidak berubah. Datar. Angel sama sekali tidak merespon.

Sejak kapan lo jadi wanita yang gak punya hati Angel?

"Angel, kembalilah seperti lo yang dulu. Jangan kayak gini gue mohon." celetuk Agnes dengan suara yang bergetar menahan tangis.

Tiba-tiba saja Angel mendorong bahu Katy degan kasar membuat Katy kehilangan keseimbangan, untung dengan sigap aku menangkap tubuh Katy agar dia tidak terjatuh.

"Angel lo——" geramku terhenti saat Angel telepon seseorang yang aku gak tau siapa.

"Ambilkan baju ganti saya di mobil. Cepat jangan lama! Saya tidak suka baju basah. Sangat menjijikan!" perintahnya kepada orang di sebrang sana. Kemudian memasukan ponselnya ke saku baju.

Aku dan Agnes menatap Angel nggak percaya. Bajunya itu basah karena Katy tadi menangis dan barusan dia bilang sangat menjijikan? Benar-benar keterlaluan.

"Gue gak percaya, Ngel. Lo bakal ngomong begitu. Keterlaluan banget!" desis Agnes dengan menggelengkan kepalanya.

Angel hanya melirik Agnes sekilas kemudian berlalu meninggalkan kami. Katy masih menangis. Aku membawanya dalam pelukan.

"Udah jangan nangis terus, gak ada gunanya kita menyesali ini. Kita harus bertindak agar Angel bisa berubah seperti dulu." ujarku.

"Ini semua karena kalian berdua." gumam Agnes yang masih bisa kudengar.

***

Angel pov

Aku terpaksa harus seperti ini. Aku capek seperti dulu. Aku capek selalu dikhianati, aku benci sama semua orang kecuali ka Dion.

Aku tidak peduli dengan omongan-omongan atau bisikan-bisikan semua orang yang mengatakan Angel berubah, dan mereka semua mulai tidak mendekatiku karena takut.

Itu yang kuinginkan sekarang, menjadi wanita yang paling disegani. Aku tarik kata-kataku yang dulu, aku tidak ingin menjadi wanita yang disegani.

Setelah mengganti seragamku. Aku  memilih duduk di pinggir lapangan Indoor.

"Ehm. Hai?" terdengar suara seseorang yang kuhindari selama ini. Leo.

Aku menatapnya sekilas dan dia kembali buka suara. "Apa kabar? Lama lo nggak masuk sekolah."

Aku tidak menggubrisnya dan hening cukup lama. Dia tidak membuka suara lagi, aku meliriknya sekilas dari ekor mata.

"Ada tujuan apa lo temuin gue?" tanyaku dingin.

Mulai sekarang aku harus berubah menjadi dingin, maksudku berubah tidak menjadi wanita yang lembut dan ramah.

"Apa gue harus menemui lo kalo ada perlunya aja?" tanyanya balik tanpa menjawab pertanyaanku.

Aku beranjak dari tempat duduk berniat meninggalkannya. Bisa gila kalau aku terus berada di sampingnya. Namun, langkahku terhenti saat Leo membuka suara.

"I miss you so badly." Terdengar suara sendu Leo. Aku membalikan badan dan menatap intens matanya. Dia tersenyum.

Terlihat jelas ada kerinduan di matanya. Ingat Ngel, mereka semua itu sama saja. Penjahat. Pengkhianat. Bermuka dua!

Sedetik kemudian senyumannya memudar saat aku pergi meninggalkannya.

***

Leo Pov

Aku memasuki lapangan indoor berniat mengusir kepenatan dengan bermain basket. Namun, aku  mengurungkan niat saat melihat Angel sedang duduk menyendiri.

Aku mendekatinya dan duduk bersebelahan dengannya. Tapi Angel mengabaikanku bahkan dia tidak menengok ke arahku.

"Ehm. Hai?!" sapaku. Angel hanya melihatku sekilas tanpa menyahut sapaanku.

"Apa kabar? Lama lo gak masuk sekolah." Aku kembali buka suara.

Namun, dia tetap tidak menggubrisnya. Dan hening cukup lama.

Apa benar kata-kata orang? Angel telah berubah?

"Ada tujuan apa lo temuin gue?" tanyanya dingin.

Ah! Akhirnya dia buka suara! Tapi nada bicaranya beda. Dia lebih dingin dari sebelumnya.

"Apa gue harus menemui lo kalo ada perlunya aja?" tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaannya.

Dia beranjak dari tempatnya berniat meninggalkanku. Namun, langkahnya terhenti saat aku membuka suara.

"I miss you so badly." Ucapku.

Ah! Mulut ini kenapa gak bisa diajak kompromi

Namun, wow! Angel membalikan badannya dan menatapku intens. Aku tersenyum. Aku rindu padanya.

Sedetik kemudian dia pergi meninggalkanku. Disaat yang bersamaan senyumku memudar. Aku menatap punggung Angel yang semakin lama semakin jauh dan menghilang.

***


"Eh, nanti basket gak?" tanya Bryan.

"Basketlah." jawab Rio.

Ya, The King sedang berkumpul di kantin. Kami menghabiskan waktu istirahat di kantin.

"Lo kenapa Ri? Lagi galau?" Tanya Bryan.

Rio mengedikan bahunya tak acuh. "Entahlah." Jawabnya tak acuh.

"Masalah Angel?" celetuk Gio yang dijawab anggukan kecil oleh Rio.

"Gara-gara dia berubah ya Ri? Apa emang bener Angel gak mau bertemen dengan siapapun lagi? Termasuk lo?" tanya Bryan.

Rio menghela napas. "Sepertinya iya. Dia mulai menjauh dari siapa pun, dia juga udah mulai tak acuh sama semua orang, dia mulai dingin sama siapapun termasuk gue." Jawab Rio sendu.

Ternyata Angel seperti itu gak cuma sama gue. Tetapi dengan Rio juga.

"Akan gue cari tau siapa yang membuatnya begini." geram tertahan Rio.

Aku melihat kilatan amarah di mata Rio. Dan sepertinya Rio sedang menahan emosinya.

"Sahabatnya sendiri." celetuk Gio yang tadi sedang berkutat dengan ponselnya.

Sahabatnya sendiri? Maksudnya?

Semua mata tertuju pada Gio dengan tatapan bingung. Gio pun meletakkan ponselnya di atas meja.

"Kalian ingat kejadian empat tahun yang lalu? Saat kita masih smp? Dia juga pernah 'kan berubah seperti itu?" Tanya Gio. Kami terdiam berpikir.

Gio mengibaskan tangannya dan beranjak dari posisi duduknya. "Nggak usah dipikirkan. Kita basket sekarang." Ujar Gio.

Aku pun bangkit dan berlalu mengikuti mereka. Namun, sepanjang perjalanan menuju lapangan aku  memikirkan kata-kata Gio.

Kalian ingat kejadian empat tahun yang lalu? Saat kita masih smp? Dia juga pernah 'kan berubah seperti itu?

Kata-kata itu selalu mengulang diotakku bagaikan kaset rusak.

TO BE CONTINUE

Holla jangan lupa vommentnya yaaa;)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro