Kakak-Beradik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Angel POV

Aku terduduk di balkon sambil membaca novel, tiba-tiba saja ka Dion menghampiriku.

"Dek, hari minggu di rumah aja?"

Aku menutup novel yang sedang kubaca, setelah itu aku menoleh ke arahnya. "Ya, gitu deh. Habisnya mau ngapain lagi?"

"Ya..., gak jalan sama siapa gitu?"

Aku tertawa sumbang, "Hahaha, apa banget coba kak. O, ya, ada tujuan apa kaka ke kamarku?"

"Emangnya kalo ke kamar kamu harus ada tujuannya dulu?"

"Nggak juga sih."

"Mau temenin kaka jalan nggak? Kaka mau beliin kado nih buat Reina, dua hari lagi dia ulangtahun. Tapi, kaka bingung."

O, ya, fyi aja nih ya. Reina itu calon tunangannya ka Dion. Saik banget ye kan?

"Engga ah kak. Aku lagi males."

Ka Dion tersenyum miring. "Lupa sama tiga permintaan kaka? Sekarang kaka pake satu permintaan itu. Dan sisa satu permintaan lagi. Kamu nggak boleh menolaknya."

Aku mengangguk. "Yaudah, aku temenin. Tapi, sekarang kaka keluar dulu dari kamarku."

Ka Dion mengecup puncak kepalaku sekilas. "Thankyou my best sista."

***

Aku dan ka Dion berjalan menuju lantai 2, sekarang kami berada di Mall yang cukup terkenal di daerah Jakarta.

"Kak, udah tau apa yang mau dibeli?" tanyaku ke ka Dion yang sedang berkutat dengan ponselnya.

Huh, enak ya emang kalo udah ada yang punya. Lah? Gue? Hahaha ngenes banget handphone aja sepi. Sepi dalam artian kata nggak ada kabar dari Nathan, nggak seperti biasanya.

Dia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana jeansnya. "Sudah dong." jawabnya seraya tersenyum simpul.

"Lah, tadi katanya bingung mau beli apa? Sekarang malah udah tau. Emangnya mau beli apa sih kak?"

"Ikut kaka aja." jawabnya seraya menggenggam tanganku.

Dan tak lama kemudian kami berhenti di sebuah toko berlian, aku membelalakan mata tak percaya.

"Kak jangan bilang kalau----"

"Iya. udah ayo." tukas ka Dion.

Kami memasuki toko tersebut, dan ternyata ka Dion sudah mempunyai pilihan cincin yang ingin dibelinya.

Setelah membeli cincin tersebut, kami bergegas menuju bioskop.

"Ka, sebentar ya aku ke toilet dulu." pamitku berbisik ke Ka Dion yang sedang mengantre membeli tiket.

"Iya, jangan lama-lama." sahutnya, sejurus kemudian aku berlalu meninggalkannya.

Saat aku menuju toilet, tak sengaja aku melihat dua orang yang kukenal. Dia terlihat sangat mesra, tangan si cowok merangkul dan mengusap-ngusap rambut si cewek. Sedangkan, kepala si cewek bersandar di pundak cowok. Sepasang orang itu adalah Katy dan Nathan.

Aku memutuskan untuk menguntitnya dan mereka berdua berjalan ke tempat makanan siap saji. Aku memilih tempat duduk yang tidak terlihat dengan mereka.

Entah apa yang mereka bicarakan. Aku tidak bisa mendengarnya karena jarak kita yang tidak dekat. Tapi tiba-tiba saja tangan kanan Nathan menggenggam tangan kanan Katy dan Nathan mengecup punggung kanan Katy. Seulas senyum terlihat jelas di muka Nathan. fyi mereka duduknya saling berhadapan.

Sial. Seharusnya gue nggak lihat kejadian ini.

Genggaman tangannya pun tak lepas sedetik pun. Tak lama kemudian, tangan kiri Nathan mengelus pipi kiri Katy. Katy tersenyum bersamaan dengan airmata. Terharu mungkin?

Wait. Terharu? berarti Katy menyukai Vian?

Mataku memanas, aku merasakan dada yang mulai sesak. Tanpa kusadari ternyata aku sudah menangis. Dering teleponku membuatku tersentak, aku melihat ID Caller: Ka Dion.

"Hallo, Angel? Di mana kamu? Filmnya udah mau mulai." tanya ka Dion saat aku menerima sambungan teleponnya.

"Aku mau pulang sekarang. Aku tunggu di Basement." jawabku dengan suara serak khas seseorang sehabis menangis.

"Dek, kamu nggak apa-apa 'kan? Di mana kamu sekarang? Bilang sama kaka!"

Aku memutuskan sambungan telepon secara sepihak, sedetik kemudian aku melesat menuju basement dengan air mata yang sudah menetes sedaritadi.

***

Hari ini aku hampir telat dan kuedarkan pandangan mencari bangku kosong. Aku tidak mau duduk dengan Katy.

Aku pun berjalan menuju Orin yang duduknya di barisan ketiga dekat pintu, jauh dari tempat dudukku yang di depan. Agnes, Katy dan Nathan menatapku. Namun, aku tak acuh.

"Orin, gue duduk sini, ya? Lo duduk di tempat gue." ucapku, Orin terdiam sesekali melirik tempat dudukku yang berada di samping Katy.

"Mau ya? pleas." Mohonku dengan puppy eyes. Dia mengangguk dan menyambar tasnya kemudian berjalan menuju tempat dudukku.

Aku pun duduk di tempat Orin. Aku tau pasti semua orang lagi pada penasaran sama aku, buktinya saja semua mata tertuju ke arahku. Dan dengan sengaja aku pun menyibukan diri dengan novel.

"Angel, lo kok pindah tempat duduk, sih?" tanya Katy saat dia berada di sampingku.

Aku melihatnya dari ekor mata. Katy memegang bahuku, "Hei, lo kenapa sih? Cerita lah." ucapnya lagi.

Aku menepis tangannya dengan kasar. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali, dia tidak percaya kalau aku akan melakukan itu.

"MY ANGEL!!" bentak Nathan yang ternyata berada di samping Katy dan ada Agnes juga.

Aku mengangkat dagu, menantang. "Apa? Hah?!"

"Wow! Ada pertunjukan seru!" seru Bryan dari tempat duduknya.

"Lo kenapa, Ngel? Apa ada yang salah sama gue?" tanya Katy dengan suara pelan.

Acting? Huh, memuakkan sekali.

"Hey menurut kalian siapa yang bakal menang? Katy atau Angel?" seru Bryan lagi dengan berteriak kepada murid di kelas, suasana kelas menjadi gaduh.

"Bryan! Berhenti! Ini bukan pertarungan!" geram Nathan, seketika kelas pun menjadi hening.

"Iya, memang bukan pertarungan. tapi ini perlombaan untuk mendapatkan hati seseorang." celetuk Leo.

***

AUTHOR POV

Katy dan Nathan memutuskan untuk mampir ke Cafe, menghilangkan kejenuhannya.

"Orange juice satu, apple juice satu, dan dua tiramitsu." sebut Nathan.

Pelayan itu pun pergi, saat selesai menulis pesanan Nathan.

"Than, Angel kenapa ya tadi tiba-tiba seperti tadi?" tanya Katy.

"Mungkin, dia lagi PMS." jawab Nathan tak acuh.

"Tapi, ini aneh. Biasanya walaupun dia sedang PMS, dia nggak pernah seperti tadi." bantah Katy.

"Permisi, ini pesanannya, selamat menikmati." ujar pelayan itu ramah. Dan dijawab ramah oleh Katy. Pelayan itu kembali ke asalnya.

"Apa dia marah, karena udah tahu masalah kedekatan kita?" tanya Katy hati-hati.

Nathan memegang kedua bahu Katy, membuat mereka saling menatap satu sama lain. "Maafin gue, karena gue bawa lo ke masalah ini." lirih Nathan.

"Apapun itu akan gue lakukan buat lo, Nathan." timpal Katy dengan senyuman yang tulus.

Jantung Katy berdegub lebih cepat dari biasanya. Membuat Katy gelisah, takut Nathan mendengar detak jantungnya yang tak karuan.

"Terimakasih, Kat." Nathan pun memeluk Katy.

"Sama-sama, Than." Katy tidak membalas pelukan Nathan, sadar akan hal itu Nathan melepaskan pelukannya.

"Maaf, Kat, tadi gue refleks." Nathan menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

Katy tertawa canggung. "Hahaha, iya iya gak apa-apa."

"Kenapa pipi lo merah gitu?" tanya Nathan sembari menatap pipi Katy lekat-lekat.

"Ha? Ah ini----ngga kok." Katy gugup, bahkan sangat gugup saat Nathan menatapnya.

Hening. Katy maupun Nathan sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Nathan berdehem kecil. "Hm. Kat, gue suka sama lo. Lo mau jadi pacar gue?" tembak Nathan berhasil membuat Katy terdiam.

Nathan melambaikan tangannya. "Hei, Katy."

"Tapi bagaimana dengan----"

"Lo tau 'kan? Gue sama dia gak akan bisa bersatu."

"Gue gak mau hanya menjadi pelampiasan lo doang." lirih Katy dengan kepala yang menunduk.

Nathan mengangkat dagu Katy, ia menatap intens Katy. "Dengerin gue, gue nggak menjadikan lo pelampiasan. Gue mencintai dan menyayangi lo tulus, Katy." tutur Nathan.

Katy tersenyum tulus dengan mata yang berbinar-binar. "Gue mau jadi pacar lo." jawabnya, sejurus kemudian Nathan menghambur pelukannya.

Katy melepaskan pelukannya. "Jadi, sekarang kita---"

"Ya, kita pacaran." tukas Nathan.

Saat Nathan dan Katy bercanda-canda layaknya orang pacaran, tanpa mereka ketahui di depan mejanya ada seseorang yang memerhatikannya sedaritadi dengan rasa cemburu dan sakit.

"Angel?" gumam Katy saat melihat Angel melewati mejanya. Angel menghiraukannya.

Orang itu adalah Angel.

Kontan Katy terus mengejar Angel yang diikuti oleh Nathan, sampai akhirnya Katy berhasil menarik tangan Angel saat mereka berada di luar Cafe.

"Tunggu, gue bisa jelasin semuanya." kata katy seraya melepaskan tangan Angel.

Angel terdiam sejenak, menahan airmatanya yang akan keluar.

Plak!

Satu tamparan keras dari Angel mendarat di pipi mulusnya Katy, tangan Nathan mengusap punggung Katy.

"Angel! Lo gak seharusnya menampar Katy tanpa lo tau kejadian yang sebenarnya." bentak Nathan. Namun, diabaikan oleh Angel.

"Itu nggak seberapa dengan rasa sakit hati gue, Katy! Gue udah percaya sama lo. Tapi, lo malah berkhianat, lo rebut Vian dari gue, puas lo?!" cerca Angel.

Katy meringis kesakitan. Dia tidak membalas tamparan Angel karena dia tau, dia lah yang salah di sini.

"Tapi, gue bisa jelasin semuanya, Ngel." ucap Katy dengan mata yang berkaca-kaca.

"Gak ada yang perlu dijelasin lagi, tadi gue udah dengar semuanya. Lo sama aja seperti wanita di luaran sana, b*tch!" ucap Angel sarkastik

Plak!

Plak!

Dua tamparan kanan-kiri dari Nathan untuk Angel. Angel terdiam dan perlahan tapi pasti airmatanya keluar, sebelumnya ia tidak pernah ditampar oleh siapapun termasuk orangtuanya.

Nathan dengan beraninya menampar Angel dua kali, padahal Angel hanya menampar Katy sekali. Dan Nathan meninggalkan warna merah yang ketara jelas di pipi Angel.

"Jaga omongan lo! Katy gak salah apa-apa. Dia gak seburuk yang lo kira. Dan yang salah di sini itu kita, karena kita gak seharusnya saling mencintai, gak seharusnya kita saling menyayangi seperti sepasang kekasih. Kita kaka-beradik, Angel. Mommy lo ternyata melahirkan anak kembar---"

Sebelum Nathan menyelesaikan ucapannya, Angel terlebih dahulu lari meninggalkannya. Dia tidak sanggup mendengarkan itu semua secara detail.

Dia masih belum bisa terima kenyataan yang ternyata sosok yang dicintainya selama ini adalah kembarannya. Saudara kandungnya.

TO BE CONTINUE

Holla maafkan jika typo bertebaran dimana - mana.

Jangan lupa vommentnya ditunggu sekali;))

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro