Perdebatan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Angel POV

Braak!!!

"Angel, apa-apaan sih kamu tiba-tiba dateng ke kamar kaka seperti itu." tegur Ka Dion.

"Aku mau kaka jelasin ke aku, sejak kapan aku punya kembaran?" tanyaku dengan emosi dan napas yang bergemuru.

Seketika ka Dion terdiam, wajahnya berubah menjadi pucat seperti melihat setan.

Aku berjalan mendekat dan mencengkram baju ka Dion. "JAWAB KAK JAWAB! SEJAK KAPAN AKU PUNYA KEMBARAN!" teriakku frustasi, perlahan namun pasti setetes dua tetes airmataku mengalir.

Sedetik kemudian ka Dion memelukku erat dan membiarkanku menangis di dalam pelukannya. "Kaka akan menceritakan semuanya. Tapi, kamu tenang dulu." ucapnya seraya mengusap punggungku.

Aku merasakan lebih tenang dan berhenti mengeluarkan air mata. Di saat itu juga ka Dion melepaskan pelukannya.

"Udah tenang?" Tanyanya lembut. Aku mengangguk.

ka Dion menyuruhku duduk di tepi ranjangnya. Kami berdua duduk dalam diam, hanya terdengar sisa isakan tangisku. Ka Dion berlutut di depanku dan menggenggam tanganku.

Oh, kalian jangan berpikiran kalau ka dion akan menembakku, karena itu tidak mungkin.

"Maafin kaka, maaf kaka nggak bilang ini semua dari awal. Iya, kamu memang punya kembaran, Angel." lirih ka Dion.

Aku mendongak menatapnya dengan tatapan sendu. Aku juga melihat ada kesedihan dan juga kecewa.

"Apa benar kalau kembaran aku Nathan?" tanyaku pelan. Ka Dion mengangguk sembari tersenyum. Aku menundukan kepala.

Entah apa yang aku rasakan saat ini. Aku kira tadi Vian berbohong dan aku berharap ka Dion menggelengkan kepala. Tapi kenyataannya tidak.

"Awalnya kaka gak tau bahwa Nathan adalah kembaranmu. Namun, waktu kamu seminar, dia main ke sini dan kaka kenalin Nathan ke Mom and Dad. Mereka mematung saat Nathan memperkenalkan dirinya.

"Disitu Mom menanyakan tentang orangtua Nathan. Saat Nathan bilang mamanya bernama Fitaloka Diarla mama kaget. Dan hari itu juga mom bilang bahwa Nathan adalah kembaranmu. Mom dulu sempat menitipkan Nathan ke sahabatnya--Fitaloka Diarla--karena menurut mama dia tidak mungkin mengurusi dua anak bayi sekaligus." tutur ka Dion yang kini duduk di sampingku dengan tatapan lurus ke depan.

"Kenapa mom harus menitipkannya di sahabatnya? Kenapa dia gak menyewa baby sister untuk mengurusi kami?" tanyaku seraya menatap ka Dion yang masih menatap lurus ke depan.

"Kaka juga berpikiran seperti itu. Tapi, Mom nggak mau menitipkan anaknya pada orang yang belum dikenalnya. Dia takut. Ya, Mungkin takut di bunuh atau dibawa kabur? Ck, Mom dan Dad memang Korban berita.

"Maka dari itu dia menitipkannya ke Tante Loka. Sahabatnya dari kecil yang pada saat itu Tante Loka dan suaminya memang belum dikaruniai seorang anak. Padahal sudah menikah selama dua tahun dengan senang hati Tante Loka menerima tawaran Mom untuk mengasuh Nathan." jelas Ka Dion.

Aku terdiam menunggu kelanjutan cerita ka Dion.

"Mom dan Dad sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sampai mereka tidak sadar kalau mereka sudah enam bulan tidak mendengar kabar Nathan dari Tante Loka. Mom dan Dad pergi ke rumah Tante Loka untuk memastikan bahwa Nathan baik-baik saja. Namun, saat mereka di sana, rumahnya kosong dan kotor tak berpenghuni, ternyata tante Loka dan suaminya pindah rumah tanpa kasih kabar ke mom dan dad."

"Apa Mom dan Dad nggak berusaha mencari Nathan?"

"Tentu mereka berusaha, Angel. Namun, hasilnya nihil. Sampai akhirnya pas perpisahan kamu pas SD, Mom melihat Tante Loka bersama anak kecil. Cowok. Saat itu, Mom sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Dia mematung di tempat berbarengan dengan airmata yang mengalir. Saat itu rasanya Mom ingin berlari dan memeluk erat bocah kecil itu. Karna dia tahu itu anaknya yang selama ini dicari. Namun, saat Mom berlari menghampiri mereka. Mobil yang mereka tumpangi melaju cepat.

"Sampai pada akhirnya, Mom dan Dad dapat kabar bahwa keluarga Tante Loka pindah ke Jepang. Saat itu juga Dad menyuruh asistant pribadinya untuk mencari Tante Loka. Dan, lagi-lagi hasilnya nihil mereka tidak bisa melacak keberadaan Tante Loka."

"Lalu, kenapa kaka merahasiakan ini semua dari aku?" tanyaku dengan menatapnya tajam.

Dia menatapku balik. "Tadinya kami mau buat surprise buat kamu. kaka pikir pasti kamu senang punya kembaran seperti Nathan, karena 'kan kalian kelihatan sangat dekat. Tapi saat kaka tau kamu mencintai Nathan, kaka jadi gelisah. makanya waktu itu kaka bilang ke kamu untuk menghilangkan perasaan kamu ke Nathan. Dan jangan menangisinya." Ucapnya dengan senyuman yang hangat.

Aku beranjak dan tersenyum kepada ka Dion. " Terimakasih untuk semuanya." lirihku dan tersenyum miris.

"Dek tapi ka--"

"Aku gak apa-apa kok." Sedetik kemudian aku pergi meninggalkannya.

***

JONATHAN POV

Daritadi aku tidak bisa tenang. Gelisah. Aku menyesal telah menamparnya tadi sumpah itu di luar kendaliku. Aku merasa bersalah, aku bingung harus berbuat apa. Handphoneku berdering tertera ID Caller : Dion

"Hallo, Yon." Sahutku. Aku mendengar Dion menghela napas membuatku semakin gelisah.

"Mom dan Dad minta lo buat tinggal di sini besok. Mereka akan menjemput lo Jam 10." Ucapnya namun aku bisa mendengar ada kecemasan di nada bicaranya.

"Baiklah. Apa Angel baik-baik aja?" Tanyaku hati-hati.

"Jauh lebih baik kalo lo menjalankan rencana kita." jawabnya sarkastik.

Aku tau aku salah. Harusnya aku ingat rencana kami---aku, Mom, Dad dan Dion---kasih tau ini semua disaat kami sedang berpesta ralat merayakan. Gagal total.

"Maa--"

Tuuuut

Dion mematikan sambungan telpon secara sepihak. Aku mengusap wajah gusar. sesekali menjambak rambutku sendiri.

Berkali-kali aku mencoba menghubungi My Angel. Tapi ia tidak mengangkatnya sama sekali. Bahkan sekarang nomernya tak aktif.

***

Angel POV.

Semalaman aku tidak bisa tidur. Airmata dan tenagaku sudah terkuras habis. Aku tidak menyangka semua ini bisa terjadi. Rumit sekali.

Aku melirik jam di atas nakas sudah menunjukan pukul 11.00 aku beranjak dari tempat tidur. berjalan ke kamar mandi melihat pantulanku di cermin sangat menyeramkan. Ada lingkaran hitam di mataku. Kurang tidur.

Setelah 30 menit merapihkan diri, aku mendengar di bawah seperti ada tamu dan tiba-tiba ketukan pintu terdengar.

"Nona, disuruh Tuan untuk turun ke bawah." ucapnya ketika pintu kamarku terbuka.

Aku mengangguk. "Baiklah, saya akan segera turun."

Pelayan itu menutup kembali pintu kamarku dan berlalu. Aku pun turun ke bawah. Sesampainya di lantai bawah, aku melihat Nathan sedang mengobrol diselingi oleh canda tawa dengan Mom dan Dad. Aku melihat ka Dion yang tampak tak tertarik dengan kedatangan Nathan.

Ada apa sebenarnya dengan ka Dion?

Daddy, Mommy dan Nathan terdiam saat sadar kehadiranku yang baru datang.

"Sayang, kemari lah." ujar Daddy membuatku tersadar dari lamunan.

Aku terdiam tidak bergerak sama sekali. Aku melirik sinis Nathan, dia malah tersenyum ke arahku. Aku mengalihkan pandangan.

"Sayang dengar 'kan tadi Daddy bilang apa?" tanya Mommy lembut namun tegas.

"Nggak." bantahku dan berbalik badan hendak menaiki tangga.

"Kamu mau Daddy marah padamu?" geram Daddy yang tertahan.

ka Dion menghampiriku dan menggenggam tanganku.

"Nggak sekarang, Angel. Ke sanalah jangan membuat daddy marah padamu, jangan membuat dia berubah lagi kepadamu." Bisik ka Dion tepat di telingaku membuatku mematung, ia menarik tanganku. Dan aku duduk di samping ka Dion.

Mommy tersenyum saat melihatku ikut berkumpul. Mommy merangkul Nathan. "Sayang, Dia--"

"Aku tau." tukasku dengan wajah datar. Senyuman Mommy, Daddy dan Nathan memudar.

"Sekarang dia akan tinggal di sini bersama kita." ucap daddy yang membuatku terlonjak kaget. Namun, sedetik kemudian aku biasa saja. "Maaf karna kami baru--"

"Nggak ada yang perlu dimaafin dan disesali. Semua sudah terlanjur terjadi." sergahku lagi seraya berdiri.

"Angel. Duduk. Kamu tidak sopan dari tadi Mommy dan Daddy berbicara selalu kamu potong! Apa kamu lupa sopan santun yang Daddy ajarkan ke kamu?! Jangan jadi anak yang durhaka kamu!" Bentak Daddy yang ikut berdiri.

ka Dion berdiri juga. Entah mau ngapain. "Daddy!! Nggak seharusnya daddy membentak Angel. Dia butuh waktu untuk ini semua." Sungut ka Dion. Kemudian dia melirik Nathan. "Harusnya Daddy tanya sama dia, Apa yang dia lakuin kemarin kepada Angel di depan Cafe." Ucap ka Dion.

Aku terkejut mendengar pembelaan ka Dion, yang lebih mengejutkan lagi saat ka Dion mengungkit kejadian di depan cafe. Apa yang dia tau? Waktu kejadian 'kan dia tidak berada di tempat. Bahkan, aku tidak menceritakannya.

Nathan seketika mukanya berubah menjadi pucat dan keringat dingin. Apa dia takut?

Mommy melirik Jonathan seperti minta penjelasan. Namun, Nathan bungkam. Dasar pengecut.

Aku berlalu menuju kamar dan sepertinya mereka lagi... entahlah lagi apa. Aku merapikan pakaian dan memasukan ke dalam koper, kuambil sebuah kunci di laci. kunci Apartement yang diberikan Daddy 2 tahun yang lalu.

Aku segera turun ke bawah dengan membawa satu koper. Sesampainya di ruang tamu, semua menatapku dengan tatapan bingung.

"Kamu mau ke mana?" tanya Daddy yang sepertinya sudah emosi.

Mommy melirik koper yang berada di sebelahku. "Jangan bilang kalau ka--"

"Ya, aku akan pergi dari sini dan aku butuh waktu untuk menerima kenyataan ini." Sergahku cepat. Hening.

Aku bergegas menuju pintu utama sambil menarik koper, aku meraskan mereka semua mengikuti di belakang. Ketika sudah di luar aku berbalik badan. Benar saja mereka mengikutiku.

"Kamu mau pergi ke mana, Dek?" tanya ka Dion dengan tatapan sendu.

"Ke suatu tempat di mana aku bisa menenangkan pikiranku." jawabku singkat.

"Kasih tau kami di mana tempat itu, nak." lirih Mommy.

"Maaf, Mom. Aku gak bisa. Aku mohon jangan mencari aku nanti, biarkan aku sendiri dulu. Jika aku sudah siap menghadapi ini semua, aku akan kembali."

"Oke, Daddy biarkan kamu pergi asalkan kamu bisa jaga diri di sana. Jangan pernah merepotkan kami!" Ucap Daddy sarkastik kemudian pergi masuk ke dalam.

Sakit! Bokap sendiri bisa-bisanya bersikap seperti itu. Daddy yang dulu sekarang kembali lagi. Sabar Angel.

"Jangan dengarkan kata-kata Daddy." ujar Ka Dion. Aku tersenyum dan menganggukan kepala.

Aku melirik sinis ke arah Nathan. "My Angel ka--"

"Stop! Jangan panggil gue dengan sebutan menjijikan itu." Sergahku. Mata Nathan membelalak kaget, termasuk Ka Dion dan Mommy.

"Nona, Maaf barang ini sepertinya tertinggal. Tadi saya menemukan ini di atas tempat tidur, Nona." Ujar Surti seraya menyerahkan kotak berwarna Ungu dan frame yang memajang fotoku dan Nathan.

Aku melihat sekilas Nathan. Dia tersenyum simpul. "Nggak. Itu nggak berguna lagi. Buang saja, bi. semua barang-barang itu sampah." Ucapku sarkastik, aku melihat senyuman Nathan menghilang.

"Dek, bukankah semua barang-barang itu--" Ucap ka Dion.

"Itu dulu." Sergahku cepat, "Aku harus pergi sekarang, jaga diri kalian baik-baik." Ucapku dan memeluk ka Dion.

Aku beralih memeluk Mommy yang berada di samping ka Dion. "Mommy, aku bakalan kangen sama Mom." Lirihku.

"Maafkan kami, sayang. Kami belum bisa menjadi orangtua yang baik buat kamu." Ucap Mommy kemudian mengecup keningku.

Aku melihat Nathan yang sudah merentangkan tangannya. Aku melengos. "Gue Engga?" tanyanya dengan suara pelan.

Aku mengabaikannya dan berjalan menuju taksi yang sudah kupesan tadi. Sebelum aku masuk ke dalam taksi, aku melihat sekilas wajah mereka yang terlihat sedih? Mungkin.

Mungkin.

- TO BE CONTINUE -

Menurut readers siapa yang jahat ? Angel atau Jonathan ?

By the way jangan lupa tinggalkan Vomment kalian;)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro