Maafkan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Angel POV

Sudah seminggu identitasku terbongkar dan sudah seminggu juga aku menjadi sorot perhatian siswa-siswi Smk StarLight. Aku benci. Benci jadi sorot perhatian.

Aku menggebrak meja kantin dan berdiri, semua pasang mata yang tadi menatapku sontak kaget. Siswa-siswi di kantin pun terdiam dan menatapku takut. Hening.

"JANGAN MENATAP GUE SEPERTI ITU! GUE CUMA SISWI SMK STARLIGHT SAMA SEPERTI KALIAN. JANGAN TAKUT BERTEMEN SAMA GUE DENGAN SENANG HATI GUE AKAN MENERIMA PERTEMENAN KALIAN. GUE GAK SEPERTI YANG KALIAN PIKIRKAN, GUYS!" teriakku dengan mata yang sudah memanas dan nafas yang sesak.

"Gue mohon sama kalian, jangan takut sama gue cuma karena gue anak pemilik sekolah ini." lirihku kemudian beranjak pergi ke toilet.

Aku mengunci pintu toilet dan menyandarkan tubuhku di pintu. Aku memejamkan mata bersamaan dengan keluarnya airmata, tubuhku bergetar. Menangis.

Semua ini gara-gara Daddy! Andaikan Daddy nggak menjodohkanku sama Leo, pasti ini nggak akan terjadi. Aku juga benci Leo. Dia telah ingkar janji. Aku benci juga dengan Vian disaat aku seperti ini dia malah asik dengan Katy.

"GUE BENCI SAMA SEMUANYA!!" teriakku frustasi.

***

Aku memasukan buku ke dalam tas, menyambar tas dan beranjak meninggalkan kelas.

Aku terkejut dengan keberadaan Leo yang di ambang pintu.

Mau ngapain dia masih di sini? Bukannya The King sudah pada pulang daritadi? -

Sedetik kemudian raut wajahku menjadi biasa saja seolah tidak kaget dengan keberadaannya. Aku berjalan melewatinya.

"Tunggu," cegah Leo menggenggam tanganku. Aku langsung menarik kasar tanganku dari genggamannya.

Aku melengos dan berjalan meninggalkannya tanpa menggubrisnya.

"Ngel, gue mau ngomong sama lo. Gue nyesel udah berbuat seperti ini."

Aku menghiraukannya. Aku memasang earphone dan kuputar lagu Keisha - Tik Tok. Aku merasakan tanganku ditarik seseorang.

Leo menarik tanganku menuju parkiran, aku berjalan susah payah karna langkah kakinya yang terlalu cepat.

Aku melepaskan earphone, ingin mengatakan sesuatu. Namun, bibirku terkatup lagi saat mendengar Leo menegaskan kata "Masuk!"

Aku berbalik badan dengan cepat Leo menarik tanganku sehingga aku sama dia berhadapan. "Gue mau pulang!" ucapku datar.

Leo menggertakan giginya dan mukanya merah menahan amarah. "Masuk atau lo pulang tinggal nama!" Dia mengancamku.

Aku membelalakan mata dan mulut yang menganga. Apa-apaan dia mengancamku begitu? Dia mau bunuhku gitu, kalau aku tidak menurutinya?

Leo menyeringai dan mendekat badannya ke arahku membuat aroma tubuhnya sangat menusuk di penciumanku, aku bergidik ngeri.

Aku mendorong tubuhnya membuat dia mundur beberapa langkah, "Oke fine! Gue masuk." ucapku pasrah kemudian masuk kedalam mobil Leo dan duduk di depan---bangku penumpang---

Leo berjalan mengelilingi mobil Juke nya yang berwarna merah dan duduk di bangku pengemudi. Leo mengendarai mobilnya ke sebuah taman.

Dia membukakan pintu mobilnya, mempersilahkanku untuk keluar bak putri raja.

"Makasih,"

"Kita duduk di sana saja." ucapnya seraya mengedikan dagunya ke arah yang dia maksud.

Kursi panjang yang bisa di tempati dua orang, berada di bawah pohon rindang, berhadapan langsung dengan danau yang ada angsa sedang berenang dan beberapa tanaman bunga.

Kami duduk dalam diam. Hening beberapa saat nggak ada yang membuka mulut di antara kita.

"Apa-"

"Gue- "

Aku dan Leo berbarengan berucap sehingga aku memutuskan untuk diam dan membiarkan Leo berbicara.

Leo berdehem kecil dan menatap Danau. "Gue..., gue mau minta maaf. Gue sangat menyesali perbuatan gue tempo hari, Ngel. Gue nggak tau kalau jadinya seperti ini. Karna gue, lo jadi merasa asing. Semua pada menghindar dari lo, Agnes jadi marah sama lo, Begitu pun dengan Rio." lirihnya di akhir kalimat.

Aku masih terdiam membiarkan Leo melanjutkan ucapannya, Leo menarik nafas dan dia menatapku. Walaupun pandanganku fokus ke danau, namun aku bisa merasakan tatapannya.

"Gue baru tau kalau lo menyembunyikan identitas lo agar semua orang bisa bersikap biasa saja ke lo, nggak seperti sekarang ini. Gue benar-benar menyesal telah membongkar rahasia lo. Sekali lagi gue minta maaf sama lo, Angel.

Gue harus berbuat apa biar lo bisa memaafkan gue, Ngel? Jujur gue gak tenang kalau lo belum bisa maafin gue." lirihnya.

Aku menoleh dan menatap tepat di manik matanya, ada ketulusan dan penyesalan yang kulihat di sana. Dan nggak ada secuil pun kebohongan yang terpancar.

"Gue maafin lo. " ucapku membuat bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman.

Aku kembali memandangi Danau. "Lo nggak perlu berbuat apa-apa. Cukup lo pergi dari kehidupan gue dan anggap kita nggak pernah kenal satu sama lain." lanjutku. Aku melihat sekilas Leo, senyuman yang tadi kulihat tiba-tiba saja memudar.

"Tapi kenapa?" tanya Leo dengan nada kecewa.

Aku mengambil nafas dalam-dalam dan menatapnya. "Ini jalan yang terbaik. Yang terbaik untuk melupakan semuanya." gumamku, kemudian pergi meninggalkannya yang masih mematung dan menatap kepergianku dengan tatapan kosong.

***

Sebulan sudah kejadian di mana semua orang tau siapa aku sebenarnya dan perlahan semua membaik. Agnes dan Rio pun sudah memaafkanku. Aku jadi mempunyai banyak teman.

Dan juga, dua minggu berlalu di mana aku memutuskan untuk tidak saling mengenal dengan Leo. Kami sama-sama menjauh. Bahkan, dia tidak lagi seperti dulu yang selalu mencari masalah.

"Heh! Kenapa lo melamun, Ngel?" tanya Agnes dengan menyenggol sikutku.

Sontak aku kaget. "Ha? Siapa yang melamun?" tanyaku dengan muka polos.

"Lo lah Angel siapa lagi? Daritadi lo dilihatin terus sama bu Mega-guru akuntansi yang sedang mengajar di kelas kami- " Jawab Katy

"Angel, Ibu perhatikan kau daritadi melamun saja. Kau itu sedang memikirkan apa? Janganlah kau pikirkan cabai yang sekarang sedang melonjak naik, karena nggak ada hubungannya dengan pelajaran kita sekarang!" tegurnya rada mengejek dan memakai logat Bataknya. Sontak semua siswa-siswi tertawa, tidak denganku yang menahan malu, bahkan aku merasa pipiku sudah mulai memerah.

"Makanya kalau lagi pelajaran bu Mega jangan melamun. Kena sendiri 'kan akibatnya." desis Katy.

Aku mengerucutkan bibir. "Ih! kan mana gue tau kalau gue tadi melamun." Nathan yang mendengar perkataanku dia berdecak dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lagian tuh guru nggak bisa seneng dikit apa liat siswinya lagi melamun. Kayak dia gak pernah melamun aja." gerutuku.

"Emang lo ngelamunin apa sih, Ngel?" tanya Agnes.

"Ssstt, jangan berisik. My Angel, lo mau dipermalukan lagi untuk ke dua kalinya?" tanyanya tepatnya teguran. Aku menggeleng. "Yaudah makanya diem. Jangan berisik mendingan dengerin dia tuh lagi ngejelasin tentang Kartu Piutang. " Lanjutnya seraya mengedikan dagunya.

***

Author POV

"Lo ini lagi kenapa sih, Le? Daritadi Shoot tapi bolanya gak masuk-masuk? tumben banget." tanya Rio lebih tepatnya menyelidiki.

Leo melemparkan bola basketnya ke Gio dengan sigap Gio menangkapnya. "Nggak tau kenapa. Mungkin lagi males aja." jawabnya seraya mengedikan bahunya tak acuh.

"Leo yang kita kenal nggak pernah males kalo main basket. Pasti ada alasan lain. Jangan bilang lo lagi galau ya? ya, kan?" goda Bryan dengan menaik-turunkan alisnya.

Leo mengibaskan tangannya ke udara, "Sok tau. Najis!" jawabnya sambil berjalan ke arah tempat duduk di pinggir lapangan yang sudah sepi karena sudah pada pulang. Hanya ada anak basket saja yang berada di sekolah.

Ketiga temannya mengekorinya di belakang. Rio berdehem. "Ehm. Leo sebenarnya lo lagi ada masalah ya?" tanya Rio hati-hati.

Leo duduk dan melihat team yang lain sedang bermain. Dia mengedikan bahunya. "Entahlah, gue sendiri bingung."

Bryan menaikan satu alisnya. "Lah kok bisa gitu, Le? Coba cerita ke kita. Mungkin kita bisa kasih solusinya." sahut Bryan.

Leo mengusap mukanya dengan gusar, "Bingung. Bingung harus mulai ceritanya dari mana. Udahlah jangan dibahas yang ada malah buat pusing." jawab Leo.

"Lo sama Angel terlihat saling menghindar dan seperti orang nggak mengenal satu sama lain." celetuk Gio yang berada di samping Leo.

Leo memiringkan kepalanya dan menatap Gio tak percaya. "Ma-maksud lo?" tanya Leo gugup.

"Lo pasti ngerti maksud gue." jawab Gio santai sambil melihat team yang lain main.

"Saling menghindar? Dan gak kenal? Maksudnya apa nih? Gue gak tau dan gak ngerti." selidik Bryan memincingkan matanya ke Leo.

Leo hanya mengedikan bahunya dan gak berminat menjawab pertanyaan Bryan.

"Lo lagi ada masalah sama Angel?" tanya Rio.

Pletak!

Rio mendapat jitakan di kepalanya dari Bryan. Rio mengusap kepalanya yang menjadi korban.

"Sakit bodoh!" geram Rio.

"Lagian lo tanyanya gak bermutu sama sekali. Leo dan Angel itu emang selalu ada masalah, Ri. Lo lupa? Mereka musuh bebuyutan dari Smp. Tapi yang kita anehin sekarang kenapa mereka berdua gak pernah bertengkar atau semacamnya." ujar Bryan.

Sontak semuanya menatap Bryan. Bryan pun menjadi salah tingkah, dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Itu lo tau. kenapa tadi lo bilang gak tau dan gak ngerti?" Selidik Rio dengan memincingkan matanya.

Bryan berusaha bersikap biasa saja. "Tadi cuma asal jeplak aja, ternyata benar, ya?" tanyanya sok polos.

"Bohong. Tadi Bryan berpura-pura nggak tau." tandas Gio membuat Bryan senyum-senyum tidak jelas.

Leo berdecak kesal dan berlalu meninggalkan teman-temannya yang menurut dia akan membuat kepalanya pusing mendengarkan perdebatan yang tak penting.

- TO BE CONTINUE -

Hola halo jangan lupa buat tinggalkan Vomment yaaa guys! ;)

Ditunggu sekali loh;p

Buat Silent Readers cepatlah bertobat dan tinggalkan Vomment kalian.

Ohyes! Follow twitter aku yaa (kalo mau) @SasqiaaaDN
Ig, snapchat & line: sasqiadn

Dan kalo mau tanya-tanya juga bisa di Ask.fm : SasqiaDN

Thanks Before{}

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro