Tiga Permintaan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Angel Pov

"Kaaaak?!!" Panggilku sembari mengetuk kamar ka Dion.

1 detik

2 detik

3 detik

4 detik

5 detik

Tidak ada jawaban darinya, terpaksa aku masuk tanpa izin.

"KA DIOOONN BANGGUUUN!!!" Aku teriak tepat di telinganya, membuat ia kesal dan melempar bantal ke mukaku.

"Kamu ini, ya, bisa nggak sih nggak teriak-teriak? Nanti yang ada telinga kaka jadi bermasalah gara-gara kamu!"

"Lagian siapa suruh susah dibangunin!"

"Terserah kaka dong- Eh ini masih pagi tumben kamu udah rapih? mau ke mana?" Tanya ka Dion seraya merubah posisinya menjadi duduk bersandar di tempat tidur.

"Mau pergi ketemu Katy, ada yang mau aku bicarakan sama dia." jawabku yang duduk di tepi tempat tidurnya.

"Terus kamu ngapain ke kamar kaka? Ada hubungannya emang?"

Aku mengangguk kecil seperti anak kecil, "Ada."

Ka Dion menaikan sebelah alisnya dengan tatapan bingung, "Apa?"

"Aku mau kaka temenin aku."

"Ogah!"

"Ayolah kak anterin aku, mau yaa? pleass.." aku merajuk dengan menunjukkan puppy-eyesku.

"Kaka mau ikut asalkan ada tiga permintaan kaka." ucapnya dengan seringaian yang menyeramkan.

Aku berdiri menghadapnya, "Oke, fine. Tiga permintaan nggak lebih! Sekarang bersiap-siaplah. Aku tunggu di ruang tamu, nggak pake lama!"

Aku pergi meninggalkannya sembari berkutat dengan ponselku. Tiba-tiba ada chat Line dari Katy.

Katy Piere: Mau berangkat bareng ngga, Ngel? Atau langsung ketemuan aja di tempat?

AngelicaV: Langsung ketemuan di tempat.

Balasku singkat.

Aku pun membuka Socmed yang lainnya, rame sih tapi nggak ada minat buat balesnya. Aku memasukan ponsel ke dalam tas saat melihat ka Dion menuruni tangga.

"Yaudah ayo." ajak ka Dion. Aku hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang.

"Kita mau ke mana?" tanya ka Dion saat mobil yang dikendarainya sudah keluar dari rumah.

"Cafe yang deket sama Smk StarLight."

ka Dion langsung melajukan mobilnya ke Cafe yang kumaksud.

"Ngel?" Panggilnya dan masih terfokus dengan mengendarai mobilnya.

"Apa?" sahutku yang menoleh ke arahnya.

"Kaka 'kan ada tiga permintaan. Dan kaka mau pake satu permintaan itu sekarang." ucapnya tiba-tiba, ia melirikku sekilas.

Aku memutarkan bola mata jengah, "Yayaya, apa permintaan kaka?"

Dia menghela nafas berlebihan, " Kaka mau, kamu hilangkan perasaan kamu terhadap Nathan dan jangan pernah menangisinya."

Aku memukul lengannya, "Ah! Itu mah dua bukan satu." protesku.

"Itu menurut kaka satu." bantahnya.

"Itu dua! Berarti masih sisa satu permintaan lagi." tandasku.

"Itu satu atau kaka nggak mau menemani kamu!" ancamnya.

"Oke, fine. Tapi, aku nggak bisa melakakukan permintaan itu." tolakku.

Ka Dion mengernyitkan dahinya, "Pertama, karna aku udah lama memedam rasa ini. Kedua, yaa..., karna aku nggak bisa." aku menjelaskannya.

"Gak bisa? Yaudah simple! Kita pulang sekarang dan kaka gak perbolehkan kamu keluar rumah!" lagi-lagi dia mengancamku.

Aku mendengus kesal, " Oke, iya! Aku usahakan! Mainnya anceman udah kayak cewek aja, hih!" desisku, dia pun tersenyum penuh kemenangan.

Huh! Pasti ini gara-gara kemarin aku pulang sekolah masuk kamar dan menangis semaleman. Menangisi kejadian konyol yang tak terduga itu, makanya permintaan ka Dion seperti itu.

"Keluar kita udah sampe." suara ka Dion membuatku kembali ke bumi, ia bergerak turun mengitari mobilnya. Dan membukakanku pintu.

Dengan wajah cemberut aku keluar dari mobil, dia tersenyum seraya merangkulku. "Jangan cemberut gitu, Ngel. Aku melakukan ini untuk kebaikan kamu juga. Udah ah jangan ditekuk terus mukanya nanti jadi jelek lho. Ya, walaupun memang jelek, sih."

Dia terkekeh membuatku semakin jengkel dan kesel. "Kak! Ih ngeselin banget sih kamu!"

Kita pun memasuki cafe tersebut dan mencari sosok Katy, nothing.

"Mana? Katanya janjian sama Katy tapi kok nggak ada dia?" Ka Dion bertanya sembari membantuku mencari sosok Katy.

Aku mengedikan bahu, bertanda aku tidak tahu. "Entah. Mungkin Dia belum datang. Yaudah, kita tunggu aja." Aku memutuskan untuk duduk di tempat yang dekat dengan jendela besar.

Ka Dion duduk di hadapanku sesekali dia mengejek dan menertawakanku, membuat kaum hawa tak lepas memandangi ka Dion.

"Coba tanya Katy lagi di mana, kok dia lama banget." ucap ka Dion.

Aku langsung mengetik sesuatu di room chat Katy.

AngelicaV: Gue udah sampe. Lo di mana?

Katy Piere: Gue dikit lagi sampe kok. Sabar ya dear;)

"Katanya, sih, dikit lagi sampe, kak."

Ka Dion mengangguk kecil, "Oh. Mau pesan makanan sekarang atau tunggu Katy?"

"Sekarang aja kali, ya? Mungkin kaka udah laper gara-gara tadi gak sempet sarapan. Iya, kan? benerkan? " tudingku seraya tertawa mengejek.

Dia memutar bola matanya malas. "Ya ya. Aku memang udah laper, Angel."

Ka Dion memanggil Waitress dan memesan makanan. "Nasi gorengnya satu, orange juicenya satu. Kamu apa, Ngel?" tanya ka Dion.

"Cheesh cake satu sama jus alpukatnya."

"Serius mau itu doang? Kenyang nggak itu? Tenang nanti kaka yang bayar deh."

"Cih, belagu sekali kamu, kak. Itu aja lagi males makan."

"Saya ulang ya. Nasi goreng satu, cheesh cake satu. Orange jus dan jus alpukat? Apa ada yang mau ditambahkan lagi?" ucap Waitress tersebut dengan ramah.

"Nggak ada lagi, udah itu saja."

Waitress pun pergi meninggalkan meja kami. Tak lama kemudian Katy datang menghampiriku.

"Hai, Ngel. Maaf ya, lo jadi nunggu lama." Ucap Katy dengan senyuman semringah.

Alis ka Dion saling bertautan menatap sesuatu yang membuatnya bingung, "Nathan?" gumamnya, refleks aku menoleh ke belakang.

Benar aja! Ternyata ada Nathan. Aku nggak tau kalau ternyata Katy datang bersama Nathan.

karena apa? Pertama, Katy nggak kasih tau kalo dia dateng bersama Nathan.

Kedua, karena aku yang duduk membelakangi pintu.

Jonathan langsung menghampiri ka Dion dan bertos ala cowok, "Oh. Hai Dion. Apa kabar?"

"Alhamdulillah, baik. Lo sendiri gimana?"

"Baik juga."

Jonathan duduk di sampingku dan Katy duduk di samping ka Dion. Katy memanggil Waitress dan memesan makanannya dengan Jonathan.

Aku berdehem kecil, "Ehm. Kat ada yang mau gue tanyain sama lo." ucapku membuat tiga pasang mata tertuju padaku.

"Apa itu? Katakanlah. Gue akan menjawabnya." ujarnya dengan senyuman.

Bodoh! Umpatku. Kalo ada Nathan di sini bagaimana bisa aku menanyakannya. Ya kali gitu aku tanya tentang Nathan ke Katy, sedangkan di sini ada Nathannya.

Katy menjetikan jarinya tepat di mukaku, "Hei. Ada apa? Apa yang mau lo tanyain?" tanyanya membuat lamunanku buyar.

"Makanan kita udah datang, lebih baik kita makan dulu." aku mengelak.

Kami pun makan bersama dengan pembicaraan yang diselingi oleh lelucon.

Nathan izin ketoilet sebentar dan ini kesempatanku untuk bertanya. "Katy ada hubungan apa lo sama Vian?" tanyaku to the point, membuat ka Dion dan Katy membulatkan matanya.

"Apa maksud lo bertanya kayak gitu?" tanya Katy.

"Akhir-akhir ini kalian terlihat sangat dekat. " jawabku sambil menghela nafas berlebihan, "Apa kalian ada hubungan lebih dari sekedar teman?"

Dengan cepat Katy menggelengkan kepalanya, "Nggak, Ngel. Gue nggak ada hubungan apa-apa sama Nathan. Gue juga gak tau kenapa tiba-tiba kita bisa sedekat ini."

Aku hanya mengangguk, kemudian mengalihkan pandangan kearah jendela. Suasana menjadi hening, awkward.

"Maaf ya menunggu lama." ucap Nathan sembari tersenyum.

"Nope." Sahut ka Dion.

Aku dan Katy sama sekali tidak membuka mulut, kami saling terdiam. Katy memutuskan untuk ke toilet sebentar.

"Ada apa, sih? Kok jadi pada berubah gini, ya? Emang tadi lagi ngomongin apa Ngel, Di?" tanya Nathan yang merasakan perbedaan dengan suasana tadi.

"Angel inget yang tadi aku bilang." Peringat ka Dion, aku hanya bisa menghela nafas dengan kasar.

"Ya, aku ingat. Tapi aku gak janji bisa menjalankan permintaan kaka."

Nathan mengernyitkan dahinya. "Permintaan apa?"

Aku menggeleng dan menatapnya, "Nggak penting bahas itu. Vian, menurut lo Katy itu orangnya kayak gimana, sih?" Aku menatapnya mencari tau apa di sana ada kebohongan.

"Menurut gue Dia itu baik, ramah, cantik, dewasa. Dan bisa buat siapa aja nyaman didekatnya, dia itu asik deh pokoknya." Jawabnya dengan antusias.

Kata-katanya sangat menyakitkan secara nggak langsung. Dan... Berarti selama ini dia nyaman sama Katy? Terus kalo sama gue?

"Kalau Angel, menurut lo gimana?" tanya ka Dion, aku melemparkan tatapan membunuh kepadanya.

"My Angel? Menurut gue, dia itu unik." Jawabnya.

Aku mengernyitkan dahi, "Unik? Maksud lo apa?" tanyaku dengan mengangkat dagu.

"Unik. Ya lo itu unik. Lo selalu berubah-rubah moodnya. Dan lo punya beribu-ribu ekspresi. Lo mempunyai dua sisi. Dan lo bisa menempatkan sisi lo dengan tepat, di mana lo harus bersikap dewasa, dan di mana lo harus bersikap seperti anak kecil." tuturnya.

Katy pun datang dan langsung duduk. "Ngomongin apa, sih? Kok serius banget kayaknya?" Tanya Katy yang tidak digubris.

"Terus lo lebih nyaman sama siapa?" Tanya ka Dion dengan tatapan penuh slidik.

Nathan hanya berdiam, sepertinya ia bingung harus menjawab apa.

"Kenapa lo Diem? Jawab pertanyaan ka Dion." ucapku.

Aku, Vian. Pleas bilang kalau aku yang membuat kamu nya----

"Gue nggak bisa jawab." Lirihnya sembari mengusap mukanya dengan gusar.

Oke, Ngel. Tenang.

Ka Dion berdiri dari tempat duduknya, "Gue harap lo sadar diri, Nathan. Dan gue harap lo bisa memilih wanita yang benar. Jangan buat wanita itu terlalu jauh masuk dalam kebohongan lo, Nathan." cetus ka Dion sarkastik. Berhasil membuat kami bertiga--aku, Vian dan Katy-- membeku mendengar ucapannya yang sarkastik.

Ka Dion mengambil beberapa lembar uangnya dalam dompet, kemudian meletakannya dimeja. Dan menarik aku keluar dari cafe itu.

'Jangan membuat wanita itu terlalu jauh masuk dalam kebohongan lo, Nathan' Kata-kata itu sangat mengganggu pikiranku.

"Angel, ponselmu itu berisik sekali." celetuk ka Dion yang masih fokus mengendarai mobilnya.

Ya, semenjak kejadian tadi ka Dion langsung mengajakku pulang. Dan di sinilah kita sekarang di mobilnya dan terjebak macet.

Aku pun langsung mengambil ponsel di tas. Dan mengecek notification.

Aku heran dengan notification yang tertera di layar ponselku, ini nggak biasanya seramai ini.

100 Mentions, 60 Direct Messages dari Twitter

120 Questions dari Ask.Fm

Aku shock saat membuka satu persatu notif tersebut. Dan aku tidak harus bagaimana lagi.

- TO BE CONTINUE -

Hai ini udah mulai puncaknya wakakakak engga deng.

Nanti akan ada Karakter yang baru yuhuuu

Oh ya jangan lupa Vomment nya ditunggu sekaleeeee!!! Muah:*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro