Lima

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
***[Chapter Lima]**

'Kira-kira, Zei mau ngajak gua kemana ya? Gua jadi penasaran.' Batin Velia.

Velia berjalan memasuki rumahnya. Back to kamar. Eh? Hadeh... Bahasa kok campuran gini! Author gaje emang! Udah ih!

Di kamar Velia, ia kembali merebahkan diri di tempat tidurnya. Handphone Velia pun berdering. Iya berdering, tandanya ada telephon masuk. Tanpa pikir panjang, Velia langsung mengangkatnya tanpa melihat nama kontaknya terlebih dahulu

"Hallo?" sapa Velia mengangkat telephon.

"Yo, Ratu Sensi!" jawab seseorang diseberang sana.

Velia pun tersentak kaget. Ia cepat-cepat melihat nama kontak yang sedang menelephonnya.

"Elu!?" seru Velia.

"Ya, kenapa?! Kaget? Hahaha," tanya Zei mengeluarkan tawanya.

"Sotoy! Gua pikir tadi siapa, ternyata elu," jawab Velia.

"Harusnya tuh, lu bersyukur bisa ditelephon sama cogan kayak gua," kata Zei sok kegantengan, tapi emang ganteng sih, walau gak banget.

"Ih, ogah! Eh, muka lu sama tembok aja masih gantengan tembok," kata Velia ngasal.

"Hilih, di mulut sih bilangnya gitu. Tapi, hatinya berkata laen!" Ucap Zei.

Velia pun dibuatnya malu-malu sendiri. Senyuman terukir di bibir Velia. Jantung Velia pun kembali berdetak dengan kencang.

"Au ah, bodo amat! Udahlah, telephonan sama lu itu gak penting! Buang waktu gua aja," ucap Velia.

"Eh, eh... Jangan di matiin dulu!" seru Zei.

"Kenapa?" tanya Velia kebingungan.

"Gua mau bilang, nanti gua jemput lu! Lu harus berpakaian yang cantik. Kalo perlu, dandan aja sekalian biar tambah cakep!" ucap Zei.

"Harus?" tanya Velia.

"Iya harus! Karena gua mau ngajak lu ke suatu tempat, ada yang mau gua omongin disana," jawab Zei.

"Ngomongin apaan? Ngomong disini aja gampang kan?" tanya Velia bingung.

"Argh, nurut aja napa sih!? Susah bener dah!" jawab Zei.

"Kasih tau dulu!" seru Velia.

"Enggak!" balas Zei.

"Kasih tau, atau nggak,"

"Atau nggak apa?" tanya Zei.

"Atau nggak, gua gak bakal ngikut!" ucap Velia.

"Bodo, lu pokoknya harus ikut! Bye, ntar gua jemput! No tolak!" seru Zei sembil mematikan telephonnya.

"Eh?! Main dimatiin aja nih anak," gumam Velia. "Huh, sabar gua."

...

Velia sedang memainkan laptopnya. Gamers kelas atas, anzay. Handphone Velia kembali berdering.

"Siapa nih? Ganggu aja dah," gumam Velia. "Ah elah, ni bocah lagi!"

Hahaha, bisa tebak dong itu siapa? Ya Zei lah :b

"Hn, halo?! Ngapain lagi sih?" tanya Velia seaya mengangkat telephon dari Zei.

"Oy, Ratu Sensi! Gua dah didepan ruamah lu! Keluar cepetan napa!" jawab Zei.

"Ha?!" Velia terkejut lalu ia pun menengok jendelanya. "Gila lu ya?! Gua belum siap apapun tau gak?!" seru Velia.

"Ah, bodo! Gua tunggu, cepetan!" ucap Zei.

"Argh... Iya-iya, tunggu!" kata Velia sembari menutup telephonnya.

"Argh... Nih anak ngeselin emang!" gumam Velia yang tergesa-gesa untuk bersiap diri.

~~

Zei melihat jam tangan yang ia kenakan. "Cih, lama amat sih! Cewe emang," gumam Zei.

Terbukalah pintu rumah yang berada di depannya itu. Keluarlah seorang putri yang amat sangat cantik.

'Anzay, Velia cantik bener! Ah, gua makin cinta sama lu,' Batin Zei.

Zei melamun karena kecantikan Velia yang luar binasa. Jarang-jarang Velia terlihat cantik seperti itu dimatanya.

Velia mendekat kepada Zei. Ia berjalan sedikit cepat. Ah, biar gak lelet-lelet amat :v

"Eh, sorry gua lambat banget!" ucap Velia.

Zei masihlah benging akan penampilan Velia yang berubah. Velia yang melihat itu pun menyadarkan Zei dari lamunannya.

"OY!" teriak Velia.

"Eh, kenapa?" tanya Zei.

"Jadi gak? Kalo nggak gua masuk lagi nih," ucap Velia.

"Eh, em... I-iya jadi," jawab Zri terbata-bata.

Zei pun membukakan pintu mobilnya untuk Velia. Walaupun mobilnya gak terbilang mewah-mewah amat. Tapi, lumayanlah.

'Ah, jantung gua rasanya pengen berenang di air comberan, njir. Cantik bener Velia,' Batin Zei.

...

"Jadi, kita mau kemana?" tanya Velia ketika mereka masih berada diperjalanan.

"Jangan bawel! Bentar lagi juga sampe," jawab Zei masih fokus menyetir.

"Ish~" Velia mendesis.

Beberapa menit kemudian, sampailah mereka di sebuah taman. Tamannya cantik tau!-,-

"Ah, dah sampe," gumam Zei.

"Hn," Velia hanya mendeham lalu keluar dari mobil milik Zei itu.

"Eh, lu mau kemana? Kan gua yang ngajak," ucap Zei. "Matalu gua tutup dulu."

"Eh?" Velia hanya terdiam tak menghentikan apa yang Zei buat itu.

Diikatlah penutup mata itu dengan kuat. Hahaha, penyiksaan! Njir :v

"Aw! Sakit, elah~" kata Velia.

"Eh, iya sorry!" kata Zei meminta maaf.

Mereka berdua pun mulai berjalan kesuatu arah, suatu tujuan.

"Mau kemana?" tanya Velia.

"Ikutin aja napa!" jawab Zei.

...

"Sekarang, gua buka penutupnya!" seru Zei kepada Velia.

Zei pun membuka matanya dan melihat begitu indah tempat itu. Disitulah Zei merendahkan dirinya dan memerlihatkan satu rangkaian bunga yang indah.

"Velia, gua tau ini terlalu cepet! Maaf, ini terlalu terburu-buru. Jujur, gua udah suka sama lu sejak pertama kali kita bertemu," ucap Zei panjang lebar.

"Hn, terus?"

"Terus, gua mau lu jadi pacar gua. Lu mau kan?" tanya Zei serius kepada Velia.

"Nggak," jawab Velia.

Zei pun berdiri dengan memasang wajah sedihnya.

"Enggak?" gumam Zei.

"Nggak nolak maksudnya!" seru Velia yang langsung disambut pelukan hangat oleh Zei.

"Makasih, Velia!" kata Zei memeluk Velia dengan bahagia.

Velia hanya tersenyum manis.

'Makasih, Zei! Lu dah buat gua jatuh cinta sama lu dengan cara lu sendiri! Terimaksih, Zei!' Batin Velia.

.
.
.

END
827 Words'

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro