Eps 10 - SL 4 - Nembak (?) Nge-date (?)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dian lagi-lagi dibuat tersenyum oleh tulisan Liana.

Bisa ae tuh anak. Motong adegan pas lagi dialog kaya gitu pula.

Huft...

Baca next part aja lah...

——————————

"How Could She?"

In Game - The Play Ground

...

"...gimana?..",

Izza bertanya.

"...wanita panggilan yang bisa baca pikiran... masih mau berteman?".

Josh terpaku untuk sejenak.

Semenjak beberapa detik yang lalu, ia melihat gadis ini turun dari papan ayunan, berdiri, menepuk nepuk rok!! mendekatkan wajah. 'tersenyum lagi !?!?'.

Ketepatan waktu, efisiensi, koordinasi.

Pemilik avatar gadis ini melakukan semuanya dengan ketepatan yang luar biasa. Walaupun Josh sangat tau, di jaman ini teknologi VR dan motion tracking sudah mulai maju. 'tapi ndak sampe mainin ekspresi jugak kalee, masak iya orang ini bela-belain masang marker buat tracking semua gerakan wajah!?!?'.

Kalau misalnya pun hal-hal tadi memang benar dilakukan oleh pemilik avatar, maka Josh pasti akan terkejut dengan jumlah kapital yang fantastis. Namun jika bukan itu semua, bagaimana sebenarnya pemilik avatar ini melakukan semua hal ajaib ini.

Seberapa jago kemampuan manusia yang berada di balik avatar ini untuk mengendalikan. Orang macam apakah dia. Atau jangan jangan, makhluk yang berada di depan nya ini bukan manusia.

Tiba-tiba ia merasa semacam merinding...?

"umm... earth to Josh, bumi kepada Josh!!.. Kamu gapapa kan? ".

Suara Izza membuyarkan ke-terpakuan Josh. Ia memperhatikan wajah gadis ini. Mata nya berkedip kedip.

"..uhm... Anu... ".

Masih belum sepenuh nya kembali dari lamunan, hanya itu yang bisa keluar dari mulut Josh.

Lalu semacam memahami keadaan Josh. Izza memundurkan posisi nya. Agak memiringkan kepala. Dan hal yang kemudian terjadi adalah ,

'gua berani sumpah, gadis ini lebih nyata dari hal apapun yang ada di game ini. Dan gua nyesel nggak ngerekam apapun yang terjadi'. Sesal Josh dalam hati.

Ialah, Izzara yang melihat-lihat ke arah seluruh tubuh nya sendiri. Mulai dari kaki, lengan lengan nya. Baju, topi.

Lalu Josh mendengar suara lirih, gadis itu seperti agak menggerutu.

"...hmm.. Apa aku agak keterlaluan ya..." Ujar gadis itu.

Masih beberapa kali melihat-lihat bagian-bagian tubuh, terlihat seperti mencari-cari kemungkinan ada yang salah dengan nya.

"ah !!",

lalu Josh mendengar semacam teriakan kecil.

"tunggu bentar ya Josh...".

Entah apa yang terjadi. Sedetik.

Cuman dalam waktu satu detik.

Josh melihat avatar Izza seperti mengalami flicker, atau glitching. Keadaan seperti terkena sengatan listrik. Menghilang, lalu muncul kembali dalam waktu cuman sepersekian detik. Kemudian avatar gadis itu berjalan mendekat lagi kearah Josh. Tersenyum. Namun dengan keadaan yang sama sekali sudah berbeda.

"maaf Josh... kalau aku tadi agak keterlaluan, gak sadar kalo masih dalam keadaan "service mode". Aduh... Maaf banged ya Josh... kamu pasti bingung ya?",

suara Izza terdengar seperti berusaha menjelaskan sesuatu, dan bersamaan dengan itu avatar nya semacam tiba tiba "terasa" seperti avatar pada umumnya. Walaupun secara visual, tak ada yang berubah dari penampilan nya. Kulitnya, pakaian nya. Semua masih terlihat sama. Tetapi tak ada lagi hal-hal atau ekspresi atau momen-momen ajaib. yang aneh nya, Josh memahami nya.

Sesaat kemudian Josh tersadar. Wait 'whaat!?!'.

Gadis itu melakukan nya lagi. Gadis ini lagi-lagi membaca situasi Josh. Sedemikian hingga, Josh merasa semacam "telanjang" sekarang. 'How in the Hell, did she know!?, how could she... !?!?'. Teriak Josh dalam hati.

"...uhm...untuk yang satu itu aku ndak bisa ngilangin. Maaf Josh... bawaan lahir...hehe".

Izza sekali lagi melakukan nya.

Josh melepas head set nya. Meletakannya di sisi kanan meja kerja. Meraup seluruh permukaan wajahnya dengan telapak tangan. Diam. Dengan perasaan agak kecewa, ia memandagi layar PC nya sejenak. Lalu mulai mengetikkan sesuatu.

"miss Izza, maaf kan aku. Tapi... Kok rasa nya semacam jadi ndak punya privasi ya. Aku benar-benar minta maaf".

Dengan segenap perasaan yang memenuhi kepalanya, Josh hati-hati sekali berusaha untuk mengatakan apa yang sedang dipikirkan nya sembari berusaha juga untuk tidak terlihat kurang ajar.

Beberapa detik Josh menunggu balasan. Ia mematikan fungsi Head set nya. Dan mengembalikan Audio ke mode normal. Speaker nya menyala. Namun ia tak mendengar suara apapun kecuali Background music yang mengalun lembut. Lalu tiba-tiba sesuatu muncul didalam chatt box, balasan yang muncul tepat dibawah posisi kalimat nya tadi.

"ah... Maaf kan aku Josh. Sungguh sungguh aku minta maaf. Aku berusaha menunjukkan seperti apakah Aku ini karena, Aku hanya ingin memastikan saja apakah kamu bener bener ingin berteman dengan ku. Uhm... kalau aku terlalu berlebihan. Sekali lagi maaf kan aku. Aku akan berhenti melakukan nya. Aku akan menjauh Josh... ". Balas Izza. Tak lama kemudian gadis itu mengkah pergi.

Dibaca nya dengan hati-hati tiap kalimat yang diketik oleh gadis itu. Semacam merasa bersalah. Tetapi sisi lain dari hati nya juga merasa perlu untuk dihormati. Tapi tunggu...

'kenapa gua ngerasa kayak gini ya? Ketemu jugak belum se-Jam. Kok kayak ngerasa udah konflik ber-episode episode ya?. Gua kenapa sih?'.

Terburu buru Josh mengetik sesuatu.

"miss Izza. Tunggu!!". Josh menggerak kan avatar nya mendekat ke Izza.

Gadis itu terdiam. Namun masih dengan posisi memunggungi Josh. Izza mengetik, "aku mau tanya sekali lagi. Josh... apa kamu yakin mau berteman dengan ku?"

Avatar Josh berhenti. Berpikir sejenak. Lalu diketik nya...

"ya, aku mau. Tapi please... bukan maksudku untuk ragu-ragu tapi... Beri aku ruang untuk terbiasa.. beri aku waktu untuk memahami... aku mau kita berteman".

"kamu yakin Josh?"

"ya aku sedikit yakin, kamu mau?". Josh berusaha mati matian melawan perasaan yang sangat sangat aneh dirasa nya. Sebuah permohonan pertemanan yang 'rasa-rasa nya kok lebih mirip kayak nembak cewe ya!?'.

Namun ini semua harus dilakukan nya.

Beberapa detik ini Josh berfikir.

Gadis ini, or at least, pemilik avatar yang bernama Izza ini sungguh membuat nya tertarik. Walaupun Josh tau mungkin dengan berbagai cara yang mungkin gadis ini gunakan, Josh akan merasa agak kehilangan privasi. Tapi, jauh di dalam pikirannya, Josh merasa harus tau, bagaimana gadis ini melakukan nya. Dengan cara apa. Atau paling tidak orang seperti apakah dia. Itu yang dikatakan oleh harga diri Josh sebagai manusia.

Namun...

Hatinya berkata lain. Dari semua hal yang baru saja dialami sepanjang 8 tahun. Berujung kejadian beberapa minggu yang lalu. Kehadiran Izza memberikan angin segar. Individu yangjauh dari kata normal. Jauh dari semua nilai-nilai logis yang pernah dijumpainya dalam hidup. Individu yang punya nilai-nilai sendiri.

Menarik, tapi menakutkan.
Terasa dekat, tapi tak terjangkau.

Josh ingin lebih dekat karna ia ingin lebih memahami. Sebuah bentukan lain dari kehidupan. Mencoba berfilosofis. Mencari cari alasan untuk memantap kan keputusan yang diambil nya.

"hmm...", Balas Izza.

Josh mencoba fokus, menunggu kalimat lanjutan.

"pria yang masih punya prinsip. Namun hati nya jujur dan lembut. Ia harus mencari tau sampai ke akar, tapi nggak mau ngecewain karena ingin kenal lebih jauh...".

Mata Josh terbelalak membaca tiap kata dari kalimat balasan itu. Kali ini Josh sadar sudah terlalu jauh ia melangkah. Izza secara akurat memprediksi apa yang sedang dipikirkan nya.

Sebuah kemampuan yang tak bisa dicapai meskipun dengan kemampuan hacking di atas rata-rata. Sebagian dari hati nya, Josh merasa mau tak mau harus menerima kenyataan legitimasi entitas bernama Izzara ini.

Mendengus lemah, lalu sedetik kemudian ia menelangkup seluruh bagian wajahnya dengan sebelah telapak tangan. Memejamkan mata. Terdiam agak lama.

Sebuah suara terdengar dari ke dua sisi speaker. Suara seorang gadis.

"aku mau Josh... ".

Josh membuka mata nya. Suara itu terdengar agak serak. Lalu Josh mengetik,

"walaupun kayaknya aku harus mulai membiasakan diri sama kemampuan aneh mu, tapi... ayo kita berteman"

"tapi tolong pahami juga kalau... kurang lebih aku seperti ini. But.. i'll try my best untuk belajar berteman sama kamu...", lagi lagi suara Izza terdengar semakin serak. "ehem..maaf...".

Josh kembali mengenakan head set nya, memindah fungsi audio ke mode auxilary, mendekatkan posisi micropone ke bibir.

"jadi sekarang kita temenan nih... ?".

Josh melihat ke arah avatar gadis itu.

Dan hal yang dilihat nya cuman senyuman, lalu anggukan dari avatar gadis itu.

Dan tiga menit kemudian mereka terjebak dalam suasana aneh. Sesekali saling melirik avatar masing-masing.

Sampai pada akhirnya Josh merasa yakin untuk memulai pembicaraan, berusaha memecah sunyi nuansa akward yang menyelimuti mereka.

"kita mau kemana nih?".
"kamu ada ide ga mau ngapain?".

Kedua avatar itu berkata hampir bersamaan.

Beberapa detik mereka saling terdiam.

"kamu duluan deh".
"ladies first".

Mereka melakukannya lagi.

"..."
"..."

Terdiam sejenak, lalu mereka tertawa.

Setelah puas tertawa, Josh mencoba untuk mengatur nafas, lalu ia mutuskan untuk diam, memberikan kesempatan kepada sang gadis untuk berbicara terlebih dahulu.

Seakan faham dengan maksud Josh, gadis itu hanya tersenyum. Kepalanya menggeleng beberapa kali.

Dengan gerakan tangan, Izza mempersilahkan Josh untuk mengutarakan maksud lebih dahulu.

"Ah... Olrite, ehem...", Josh menyatakan setuju. "...tadi aku mau nanya ke kamu... kali aja punya kepinginan pindah tempat".

Izzara memiringkan kepala,
"..umm... ada sih. Sebuah resto kecil. Tapi... Aku ga yakin kamu mau kesana".

"hmm...", Josh membenahi posisi duduk nya, "...coba aja deh. gua nyantai kok. Jauh?".

Gadis itu mengangguk, "...aku kesana duluan ya. Tungguin bentar. Nanti kukirim teleport request, ok?".

"ok, i'll wait". Tukas Josh.

Bintik-bintik cahaya mulai menyelimuti tubuh Izza. Berputar. Sedetik kemudian disusul dengan lenyap nya tubuh gadis itu.

2 detik kemudian muncul dialog window yang menginformasikan adanya permintaan teleport, beserta sebuah tautan. Dengan cepat Josh memberikan "klik" pada tautan itu, yang disusul dengan suasana gelap pada monitor.

Loading...

1 detik

2 detik

.......

Angelique Dolce - Kumapon Theme Park

Layar nya mulai menampilkan beberapa objek dasar. Bentukan balok-balok polos dan beberapa kubus. Sedetik kemudian pemandangan di depan Josh mulai semakin jelas.

Josh berada di sebuah ruangan. Ia menoleh keatas. 'hmm, ruangan tertutup'. Kemudian ia menoleh ke kanan. Seseorang menyambut nya.

"Good evening Sir... Apakah anda sudah melakukan pemesanan?", tanya seorang pria berpakaian kemeja putih dan sebuah vest hitam.

Josh mengamati pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Mendapati pria itu mengenakan celemek hitam pendek dari pinggang ke lutut. Menutupi sebagian celana bahan berwarna hitam. Disusul dengan sepasang sepatu pantofel hitam mengkilat. 'wow, bener-bener deh. Jaman sekarang detail banged'. Josh berkata dalam hati. Menimbang-nimbang keinginan nya untuk mengambil gambar pelayan itu.

"Sir? ". Seru pelayan itu, memanggil Josh kembali dari lamunan.

"umm... Anu...", Balas Josh agak terbata.

"dia bersama ku Nath!", suara Izza terdengar datang dari arah belakang Josh. Membuat Josh dan pelayan yang dipanggil gadis itu dengan panggilan "Nath" ini menoleh.

Pelayan itu mengangguk. "baiklah miss Izza", lalu pria itu kembali menoleh ke arah Josh, "...kalau begitu, akan kutinggalkan anda. I hope you enjoy your evening sir", mengangguk agak dalam, lalu pria itu melangkah meninggalkan Josh.

Josh berjalan mendekati Izza yang sudah mengambil tempat disalah satu meja di tepian sebuah jendela.

"silahkan duduk Josh".

Josh menoleh kearah sebuah kursi yang berada pada sisi berlawanan dengan posisi duduk Izza. Menyentuh kursi dengan telunjuk nya dua ketukan. Sejenak kemudian muncul menu singkat.

- Duduk disini?
- Menarik keluar untuk orang lain.

Josh memilih yang pertama. Dan kemudian avatarnya bergerak duduk.

"wow..!!", seru Josh pelan. Ia tak bisa menahan dirinya untuk menyapukan pandangan nya ke segala penjuru resto ini.

"nggak kepingin ambil-ambil foto dulu?", Izza bertanya ke arah Josh.

"emangnya boleh?". Tanya Josh ragu

Gadis itu menjawab dengan sebuah anggukan dan tersenyum. Lalu agak mendekat kan wajah nya, Izza agak berbisik,..

"..tapi hati-hati ya, biasanya sih ga boleh".

"waduh... kok gitu ya? nggak jadi deh. Gua takut". Josh mengurungkan niat nya.

"gapapa, nanti kalo ketahuan, aku aja yang ngomong. kalau enggak ketahuan, ya udah. Ayo cepet, aku yang tanggung deh".

Josh berpikir sebentar. Melihat-lihat ke sekitar meja mereka. Lalu seakan mendapat ide, sisi mana yang akan di ambil gambar oleh nya, Josh dengan cekatan mengubah view menjadi independent mode. Mengatur angle dan fokus, lalu...

"josh...", panggil Izza, membuyarkan konsentrasinya.

"ya?", Josh menajamkan indera nya. Menoleh ke kanan-kiri. "pelayan tadi kesini? Atau ada yang ngeliat kita?".

"nggak kok, cuman mau bilang, kalo kamu mau klik perintah capture image, coba barengan dengan tekan tombol shift".

"shift ?, ok ok". Josh lembali mengatur angle dan fokus. Kamudian muncul notifikasi proses penyimpanan gambar.

Saving image...

Josh terkejut kagum. Ia sama sekali tak mendengar suara yang selalu menyertai ketika ia sedang mengambil foto.

"gimana?" tanya gadis itu

"thanks Izz, keren, suara nya ndak keluar!". Jawab Josh antusias. Lalu Josh menekan kombinasi tombol pada keyboard untuk membuka inventory, memilih folder image. "mau lihat gambar nya?".

Gadis itu mengangguk, dan seperti sebelum sebelum nya, dengan senyum yang begitu manis.

Josh mencari-cari gambar yang baru saja diambilnya, lalu menandai file tersebut, kemudian berpikir sejenak, kemudian menandai beberapa foto lagi. Dengan ujung telunjuk nya Josh menekan gambar-gambar yang sudah ter-seleksi bersama, melakukan gerakan semacam melempar kumpulan images itu dari Inventory window ke arah avatar Izza.

"waaaahh... josh. Makasiih... Ini bagus lhoo...", seru gadis itu.

Sebuah perasaan hangat menyeruak dari dalam dada Josh. Ia tersenyum.

"gua kasi sekalian ke kamu foto-foto yang gua ambil tadi. Suka?", kata Josh dengan agak berusaha tampak tidak terasa canggung.

Gadis itu mengangguk, "bentar ya... kusimpan dulu di inventory".

"ok". Seru Josh. Lalu mengamati gadis itu menggerak-gerak kan tangan di ruang udara kosong di depan avatar nya. Lalu tiba-tiba muncul sebuah bentukan di atas meja. "pigura?"

Izza mendekatkan tangannya ke pigura itu, lalu menggeser dan mengarahkan sisi depan pigura ke arah Josh. Tampak sebuah foto.

"ini favorit ku. Ku simpan ya? Biar aku inget kapan pertama kali aku ngerjain kamu." gadis itu kembali tersenyum sambil menunjukkan foto dirinya yang diambik Josh waktu gadis itu duduk di papan ayunan.

"hahaha... Sialan. Sukur deh kalo suka". Balas Josh seraya menutup semua window yang dibukanya tadi.

Menunggu gadis itu menata susunan inventori, Josh kembali melihat ke sekeliling. Resto ini tidak besar. Tapi entah kenapa terasa nyaman. Dinding nya dilapis wallpaper. Warna putih gading dengan motif bunga-bunga kecil berwarna magenta. Bagian atas adalah susunan balok kayu penahan atap berwarna Red Wine. Menambah kesan hangat ruangan kecil ini.

Cuman terdapat tujuh formasi meja dan kursi. Masing masing adalah meja persegi dengan dua kursi tunggal di setiap sisi. Tiga formasi menempati sisi resto yang berbatasan langsung dengan jalan, menempel pada tiga buah jendela lebar. Empat formasi sisanya menempal pada dinding.

Di depan terdapat lobby. Tempat dimana Josh tadi muncul setelah ber-teleport kesini. Lalu ada semacam etalase jendela. Terpajang beberapa bentukan kue tart. Dua ekor anjing tampak mengintip dari luar. Seekor Shiba berwarna putih dan Beagle putih coklat. Pemandangan yang tadi ia ambil.

Josh melemparkan pandangan keluar jendela. Tampak beberapa avatar berjalan melintas dengan berbagai dandanan dan bentuk. Beberapa membawa balon. Ada juga yang membawa gula-gula kapas. Josh melihat ke arah Izza.

"ini tempat apa ya Izz?".

"umm...bentar ya...", gadis itu terlihat menggerak-gerak kan tangan di ruang kosong di depan avatarnya. Lalu terlihat dua kali melakukan gerakan menekan dengan telunjuk. "... Yay...udah...". Kembali melihat ke arah Josh. "ehem... ini tempat favorit ku nomor dua, setelah taman bermain yang tadi."

Izza melihat Josh mengangguk, lalu melihat avatar pria itu sedang melirik ke arah luar jendela. "ah...iya. resto ini terletak di dalam sebuah Taman Hiburan. Nama nya "Kumapon Theme Park". Kalau kamu mau, kita nanti bisa jalan-jalan keluar...". Meng-akhirinya dengan tersenyum.

Setelah puas melihat-lihat suasana diluar jendela, Josh kembali menatap Izza. Josh mendapati sesuatu yang aneh. Avatar gadis itu terdiam, terduduk kaku. Matanya seperti menerawang jauh.

"Izz...". Josh memanggil teman baru nya ini.

"Izza... lu kenapa ya? Lu gapapa Izz?".

"Izz... beneran deh. jawab donk".

Tiba-tiba kepala avatar Izza tertunduk. Muncul sebuah status box diatas kepala Izza. Sebuah tulisan dengan huruf-huruf kapital.

AFK (Away From Keyboard)

"huft... ", Josh menghela nafas.

'afk ga pake pamit. Mungkin penting banged ya'. Kata Josh dalam hati.

Melepas fokus pada layar, Josh melirik sebuah Mug di salah satu sisi meja kerja nya. Menggapai Mug itu, lalu menyeruput sedikit kopi dari dalamnya. 'eh! udah dingin'. Melirik ke arah monitor, melihat avatar Izza masih dalam status AFK, Josh berdiri dari kursi sambil membawa Mug itu, berjalan kearah dapur.

Head set masih di kepala. Sambil mendengarkan bacground music resto yang mengalun lirih dalam beat Bosanova, Josh memasukkan Mug berisi kopi itu ke dalam perangkat microwave. Menutup nya, lalu menekan tombol yang ada di sisi luar perangkat itu, 200° Celcius, 1 menit.

"pip !!".

Josh melihat dengan seksama Mug nya mengalami gerakan "berputar" perlahan di dalam perangkat microwave, lalu ia mengalihkan pandangan ke sebuah kulkas dua pintu. Membuka pintu yang bawah, melongok sebentar ke dalam.

"huft...". ia mengela nafas, kecewa.

Menutup kembali pintu kulkas, melempar pandangan ke arah samping wastafel. Ke sebuah kerangjang kecil seukuran gelas beer. Melangkah mendekat kesana, lalu menarik sebuah sendok pendek.

Melirik keatas, tangannya menggapai kenop sebuah pintu lemari pantry, membuka nya. Mengambil sebuah toples dari dalam.

"Ting!!"

Suara bel datang dari arah perangkat microwave. Josh meletakkan sendok kecil dan toples tadi di meja, lalu melangkah ke arah perangkat microwave. Mengambil sebuah lap yang menggantung diatas, membuka pintunya, lalu dengan lap tadi Josh meraih telinga Mug yang dari dalamnya tampak mengepulkan asap.

Josh memutar tubuhnya kearah meja, meletakkan Mug nya disamping toples dan sendok kecil. Menoleh ke belakang untuk menutup pintu perangkat microwave, lalu kembali kearah meja.

Sambil masih menikmati alunan musik Bosanova background music restoran maya, ia membuka toples yang berisi krim bubuk, memasuk kan sesendok ke dalam Mug nya, mengaduk nya sekali. Disendoknya sedikit, dan mencicip nya.

"kamu lagi bikin apa Josh?". Tiba-tiba suara Izza terdengar.

Serta merta Josh menoleh ke belakang untuk mencari sumber suara. Sedetik kemudian ia teringat, head set masih menempel rapi di telinganya.

"umm... Maaf kalo aku bikin kaget..maaf banged...". Tiba-tiba gadis itu sudah meminta maaf.

"oh..nggak, nggak papa kok. Aku yang minta maaf, udah ninggal bikin minum ga bilang-bilang", Josh meminta maaf, agak sedikit menyindir.

"iya deh... Maaf, tadi ada telfon tiba-tiba. Harus aku angkat, dari Klien... Maafin ya...sama tadi udah bikin kaget juga, maafin lagi ya...". Suara Izza terdengar menyesal.

'hmm...klien ya...'. Mendengar kata itu entah kenapa hati Josh terasa seperti menyusut. Ruang dada nya terasa ngilu. "iyaa..iya... udah gapapa lagi...".

"trus, masih bisa Online?... Kliennya gimana? Ndak nyariin?". Tanya Josh sambil melangkah kembali ke arah meja kerja, bersama dengan Mug berisi kopi plus krim.

"Ndak papa kok. Bukan sesuatu yang urgent banged...", Jawab Izza. "...eh Josh..".

Josh menyeruput kopinya, "hmm ?".

"minta kopinya dong".

Terkejut mendengar Izza mengatakan nya, hampir membuat Josh menyembur layar monitor nya dengan kopi.

Di telannya beberapa tetes kopi yang baru ia minum, "set dah Izz, kalem atuh neng...sumpah lu bikin kaget. Lagian juga lu tau dari mana kalo gua nyeruput kopi, bukan teh!".

"kan bau nya nyampe kesini..", jawab Izza enteng.

"emang lu lagi dimana sih? deket apartemen gua?", tanya Josh asal.

"umm...aku jawab sambil masak boleh?, aku laper. Tenang aja, gak bakal ku tinggal lagi". Terdengar suara langkah kaki beberapa kali. Seperti suara seseorang berjalan dari suatu tempat ke tempat lain.

"okay...", Josh setuju. "...oh yak ampun, gua juga lupa balikin toples".

"hahaha... Sana balikin dulu gih. Di semutin lho krimer nya.."

"set dah Izzaaaa... Lu tau dari mana juga kalo tuh toples isi nya krimer...", Josh berjalan menuju ke dapur sambil menggerutu. "sumpah, kayaknya bakal berat gua nge-biasain diri temenan sama mutant".

"ih..kok mutant sih..", cetus Izza. Terdengar suara seperti seseorang mnyalakan kompor. Sesaat kemudian suara benturan antara mata pisau dan alas pemotong beberapa kali. Runtut dan pasti, terdengar kalau yang melakukan sudah cukup ahli. "Gini-gini aku masih manusia laah..".

Lalu tak lama kemudian terdengar suara riuh, sesuatu sedang dimasukkan kedalam wajan dengan minyak yang sudah cukup panas.

"kamu lagi bikin apa Izz? Kok denger suaranya, kayaknya enak banged. Lu jago masak ya?", setelah selesai memasukkan toples kembali ke lemari pantry. Menaruh sendok ke dalam wastafel. Josh kembali ke meja kerja nya.

"i'm trying to make a friedrice right now... di tempat ku.., masak itu kayaknya wajar sih buat cewe". Jawab Izz, diselingi suara gesekan spatula dan wajan beberapa kali.

Josh mengeryitkan kulit dahi nya. "wow, nasi goreng...ludah gua dah keluar lho...padahal cuman denger lu masak".

"i wish you can smell the aroma too, hahaha...". Celetuk Izza.

"emang lu dari mana Izz? gw udah hampir mikir lu ternyata tetanggaan ma gua. Lantaran lu bilang aroma kopi gua nyampe ke tempat lu. Eh...giliran lu masak, nggak kecium sama sekali dari sini. Dan lu bilang, masak udah biasa buat cewe di sana".

Izza terdiam sebentar mendengar rentetan pertanyaan Josh. "ehem...bentar ya, ntar bakal aku jawab".

Josh mendengar dentingan, seperti benturan kecil keramik dengan keramik. Sudah tak ada lagi suara kompor dan kegiatan goreng menggoreng. "lu lagi masukin nasi goreng ke piring ya?".

"eh...si Josh udah mulai pinter baca pikiran nih", goda Izza. Lalu terdengar suara kaki melangkah beberapa kali. Lalu kemudian hening.

"yaelah non, kan kedengeran suara piring lu". Kilah Josh. "gua kan nggak sakti kayak lu Izz".

"hehe, iya deh...aku sakti. Aku mutant". Jawab Izza, terdengar merajuk. Lalu terdengar suara sendok mengadu fisik dengan piring, suara nya diredam oleh sesuatu. "aku makan dulu ya Josh".

"yeah sure. But seriously, di tempat lu biasa ya cewek bisa masak? Jangan jangan punya kemampuan cenayang juga biasa disana?".

Terdengar suara seperti terburu-buru menelan sesuatu, dikuti suara tenggakan minuman yg terdengar agak kasar juga. "wah Josh, ampir aja aku ketawa lo denger pertanyaan mu. Untung masih bisa nahan, biar gak kluar semua nih makanan".

"kalo masak, emang iya. Di negara ku wajar banged. Emang di tempat kamu enggak?", jawab gadis itu. Lalu terdengar ia menyuap makanan lagi ke mulut nya.

"umm...kalo di tempat lahirku mungkin iya sih. Kalo disini... kayaknya sedikit banged deh. Emang...lu di negara mana Izz?"

"dijawab ga ya...", Izza agak ragu.

Terdiam sejenak, Josh menyadari sesuatu, "ah sorry...gua tarik pertanyaan gua. Sorry sorry, gua gak maksud nanyain soal RL ke lu...". Josh agak panik.

"hahaha...santai aja lagi Josh. Kalo masih negara sih gapapa. Tapi...ini batas paling jauh ya...". Jawab Izza.

"...aku dari Indonesia Josh".

Josh mengernyit, "Indonesia?"

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro